Dari dua layanan kereta api perkotaan, efektifitas KA Lokal Baraya sebagai salah satu andalan warga Bandung apakah sudah menjawab kebutuhan sekaligus kerinduan akan si ular besi? Terlebih bila melihat headway-nya saat ini? Seperti apakah solusinya? Yuk disimak!
Pendahuluan
Seperti telah dibahas sebelumnya dalam konten berjudul Moda Transportasi Impian Warga Bandung, keberadaan jaringan kereta api tentu bukan hal baru di kota kembang. Tentunya disamping jalur utama saat ini.
Dahulu pemerintah Kolonial Belanda telah meninggalkan jaringan rel kereta api yang menghubungkan Kota Bandung dengan wilayah selatan seperti Ciwidey dan Majalaya. Juga di dalam kota sendiri meski jangkauannya agak terbatas.
Sayangnya seiring berjalannya waktu jaringan rel kereta api percabangan itu ditutup. Alasannya karena faktor ekonomi. Kereta Api dianggap nggak seefisien ban karet yang bisa point to point.
Alhasil tinggalah jalur utama yang saat ini dilayani oleh KA Lokal Bandung Raya dan KA Garut Cibatuan. Keduanya merupakan layanan kereta api komuter perkotaan saat ini. Cukup diandalkan warga Bandung.
Masalahnya apakah udah efektif atau belum? Maka dari itu kita akan membahas tentang Efektifitas KA Lokal Baraya sebagai urban railway yang diandalkan warga Bandung saat ini.
Efektifitas KA Lokal Baraya, Secara Umum Diandalkan
Kalo melihat secara umum, Efektifitas KA Lokal Baraya udah dirasa cukup dari sisi kehandalan. Gimana nggak, kereta tersebut selalu penuh di jam-jam sibuk. Aslinya KA Lokal Baraya melayani rute Padalarang-Cicalengka PP.
Dari kedua sisi yakni Padalarang di Barat dan Cicalengka di Timur, kebanyakan warganya beraktivitas di Kota Bandung. Baik pekerja kantoran, pabrik, hingga pedagang di pasar. Dengan tarif Rp 5.000,00 sekali jalan udah bisa ke kota bahkan dari ujung ke ujung yang jaraknya lumayan jauh.
Meski demikian ada satu hal yang sedikit mengganjal bila bicara efektifitas dari sisi yang lain. Okelah mungkin udah terjawab dari sisi kehandalan dan tarif murah. Namun dari sisi yang satu ini boleh jadi berbeda.
Apakah itu? Yakni headway atau jarak antar kereta. Satunya lagi ialah integrasi dengan sesama kereta maupun moda transportasi jalan raya.
Headway 30-45 Menit (Komuter 15 Menit)
KA Lokal Baraya memang tersedia dari pagi hingga menjelang tengah malam. Nah buat kamu yang ingin tahu detail jadwalnya bisa langsung ke konten ini: KA Lokal Bandung Raya Komuter Priangan Barat.
Disitu nampak headway atau jarak antar kereta 30 hingga 45 menit. Jika diamati itu sangat jauh dari ideal. Sebagai bandingan dengan MRT Jakarta dan KRL Commuter Line Jabodetabek itu headway-nya 15 menit.
Misalkan kamu ketinggalan kereta, untuk menunggu kereta berikutnya nggak perlu lama-lama. Harusnya memang kaya gitu layanan kereta api perkotaan (komuter). Masalahnya di KA Lokal Baraya bila ketinggalan satu tunggu-nya nyaris 1 jam!
Karenanya Efektifitas KA Lokal Baraya di sini sama sekali belum menjawab kebutuhan dan kerinduan warga Bandung akan si ular besi. Ya bayangin aja coba, harus menunggu 45 menit gitu kan banyak waktu terbuang percuma.
Efektifitas KA Lokal Baraya dari Sisi Integrasi
Masalah lainnya yang menghambat efektifitas KA Lokal Baraya ialah intergarsi. Moda transportasi perkotaan modern harusnya saling terintegrasi. Baik dengan sesamanya maupun transportasi yang beda.
Untuk kasus kereta, integrasi tentunya antar sesama kereta baik satu operator maupun beda operator. Juga antara kereta dengan angkutan jalan raya seperti Bus Line dan Bus Rapid Transit (BRT)
Nah dalam hal ini KA Lokal Baraya sama sekali belum terintegrasi. Baik dengan sesama kereta lokal dibawah PT Kereta Commuter Indonesia (KCI) maupun dengan layanan bus, sebut aja Trans Metro Pasundan (TMP) dan Trans Metro Bandung (TMB). Masih jalan sendiri-sendiri.
Integrasi ini juga boleh jadi yang menyebabkan banyaknya angkutan kereta api kalah saing di masa-masa kelam dengan jalan raya. Harusnya saling melengkapi bukan malah bersaing secara terbuka.
Jadi Gimana Solusinya?
Agar bisa lebih efektif lagi dalam memenuhi kebutuhan dan kerinduan warga Bandung akan kereta api perkotaan, pelayanan KA Lokal Baraya wajib ditingkatkan. Sebagai tahap awal bagaimana caranya agar memperpendek headway.
Pembangunan Double Track Bandung yang kini telah 80% merupakan jawaban atas memperpendek headway. Maklum aja lintas Kiaracondong-Cicalengka sebelumnya kan single track. Inilah yang bikin headway nyaris 1 jam.
Adapun soal integrasi, meskipun ini jadi keharusan dalam sistem manajemen transportasi modern, harus melibatkan banyak pihak. Untuk Lokal Baraya minimal gimana caranya bisa terintegrasi dulu dengan KA Lokal Garut Cibatuan. Misalnya dengan tarif integrasi. Baru setelahnya dengan transportasi lain.
Tarif Integrasi nggak harus seperti di Jak Lingko dan semisalnya. Bisa juga gini, penumpang Lokal Baraya yang kebetulan dapatnya Garut Cibatuan tetap membayar sesuai dengan tarif Lokal Baraya yang Rp 5.000. Bukannya Garut Cibatuan yakni Rp 7.000 hingga 14.000.
Intinya selama masih berada di koridor Padalarang-Cicalengka itu tarifnya Rp 5.000,00 mau itu Lokal Baraya ataupun Garut Cibatuan. Juga Lokal Baraya yang jurusan Purwakarta.
Efektifitas KA Lokal Baraya Belum Menyeluruh
Nah sampelah kita pada kesimpulan bahwa efektifitas KA Lokal Bandung Raya dalam satu atau dua point mungkin udah menjawab kebutuhan warga Bandung. Khususnya di sisi dapat diandalkan dan tarif murah.
Namun dalam hal jarak kedatangan antar kereta (headway) yang masih 30-45 menit ditambah belum terintegrasi dengan baik belumlah menjawab kebutuhan warga. Jelas warga ingin agar headway bisa maksimal 15 menit.
Begitu juga soal integrasi. Lokal Baraya dan Garut Cibatuan aja masih jalan sendiri-sendiri. Masa iya mentang-mentang Garut Cibatuan Cuma dari Bandung ke Cimindi aja kena Rp 8.000,00 ? Harusnya tetap Rp 5.000,00 saja.
Leave a Reply