Gapeka 2019 Ambyar Dihantam Covid 19

Gapeka 2019 Ambyar Dihantam Pandemi Covid-19

Gapeka 2019 yang didalamnya mencakup perpanjangan rute kereta api Bandung ke Jakarta ternyata hanya seumur jagung. Alih-alih sukses dan memberi banyak pilihan ke pelanggan. Justru malah ambnyar dihantam Pandemi Covid-19. Alhasil rute-rute itupun kembali lagi seperti semula. Ada juga produk yang hingga kini belum lagi beroperasi.

Pemberlakuaan pola perjalanan baru pada bulan Desember 2019 itu di satu sisi seperti memberi angin segar. Terutama bagi pelanggan yang domisilinya di Priangan Barat seperti sekitaran Cimahi dan Purwakarta. Mereka nggak perlu lagi jauh-jauh harus ke Stasiun Bandung dulu untuk bisa menikmati layanan kereta api jarak jauh ke Jawa.

Begitupula pelanggan setia koridor Jakarta Bandung yang telah lama menjadi tambang emas PT. KAI lewat KA Argo Parahyangan, KA Pangandaran dan KA Serayu. Sejak pemberlakuan itu punya alternatif kereta yakni KA Argo Wilis, KA Malabar, KA Mutiara Selatan, dan KA Turangga. Intinya pola perjalanan baru diklaim untuk memanjakan pelanggan-pelanggan tersebut.

Pendahuluan

Artikel ini adalah penyempurnaan dari artikel terdahulu yang pernah tayang di situs Manglayang ID. Namun karena situs tersebut kini akan difokuskan untuk konten pariwisata dan transportasi umum non kereta api, maka semua konten kereta api akan diarsipkan terlebih dahulu dan dibuat versi penyempurnaannya di sini. Bagi kamu yang pengen baca artikel aslinya bisa download di sini >> Gapeka 2019 Aslinya Penyiksaan dan GakPeka

Pro dan Kontra Gapeka 2019

Perpanjangan Rute Bagian dari Gapeka 2019

Namun ternyata nggak semuanya setuju dengan Gapeka 2019. Perpanjangan rute ke Jakarta dianggap hanya menguntungkan segelintir pihak. PT. KAI pun dituding hanya mementingkan keuntungan semata tanpa memperhatikan kenyamanan pelanggan. Dianggap memanjakan nyatanya nggak sedikit pelanggan yang mengeluh setelah mencoba sendiri produk hasil dari perpanjangan rute itu.

Contohnya pelanggan KA Mutiara Selatan, dianggap kereta dengan waktu tempuh paling lama se-Indonesia. Bahkan hampir menyaingi Fuji Blue Train Japan dan Trans Siberia. Dari Jakarta ke Bandung dulu udah itu lanjut via Priangan Timur hingga selatan Jawa Tengah sampai tiba di Surabaya Gubeng. Nah disitu menunggu lagi putar arah lokomotif hingga diberangkatkan ke Stasiun Malang.

Sepanjang Priangan Timur pun dah banyak hadapi persilangan. Apalagi KA Mutiara Selatan seringkali banyak mengalah dengan kereta lainnya. Untuk koridor Priangan Timur sendiri ada satu kewajiban yang sangat saklek harus dipenuhi semua kereta yakni berhenti di Stasiun Cipeundeuy Kabupaten Garut untuk pemeriksaan rem.

Selain pelanggan yang kurang nyaman dengan panjangnya durasi perjalanan, juga para pakar transportasi banyak menyoroti soal teknis pengoperasian lokomotif. Perpanjangan hingga Jakarta dianggap penyiksaan. Armada lokomotif udah cukup capek untuk ke Bandung aja lantaran banyak melewati jalur ekstrem di Priangan Timur. Ini malah dibablasin lagi ke Jakarta walaupun jalurnya nggak seekstrem Priangan Timur.

Jadi memang nggak bisa disalahkan anggapan Gapeka 2019 hanya menguntungkan segelintir pihak namun nggak sedikit pula yang dirugikan. Seperti Jakarta Bandung Kereta Malabar, Argo Wilis, Mutiara Selatan, dan Turangga. Yang kaya begitumah enak ya. Punya banyak pilihan nggak hanya Gopar lagi, Serayu lagi, Pangandaran lagi. Itu mah enak diuntungkan.

Nah gimana dengan pelanggan yang mengeluh lamanya perjalanan. Juga PT. KAI sendiri sebetulnya juga menyadari armadanya terlalu dihajar sedemikian rupa. Harusnya istirahat setelah “capek” lewat jalur ekstrem. Bukannya dipaksa ke Jakarta. Sehingga bisa memperpendek masa pemakaian lokomotif.

Akhirnya Tamat Dihantam Covid-19

Namun angan-angan untuk memperbesar keuntungan lewat perpanjangan rute dan euforia sebagian pelanggan tadi nggak berlangsung lama. Tertanggal 2 Maret 2020 pemerintah mengumumkan kasus pertama Covid-19 di Indonesia. Sejak saat itu Covid-19 terus menyebar hingga terjadi transmisi lokal (awalnya sih hanya kasus impor yang dibawa turis asing). Kematian pun terus bertambah.

Nggak Berlangsung Lama Keburu DIhantam Pandemi Covid-19

Sebulan setelah kasus pertama ditemukan, pemerintah memutuskan untuk memberlakukan PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) secara total yang mirip dengan lockdown. Keputusan itu terpaksa diambil untuk mengendalikan wabah. Apalagi di saat yang sama terjadi kelangkaan masker dan hand sanitizer.

Dua senjata utama untuk hadapi virus di saat vaksinasi belum ada (udah ada vaksin juga tetap dipake kok). Dampaknya tentu saja besar, tapi terpaksa diambil ketimbang nanti virusnya jadi nggak terkendali.

Dampak dari lockdown itu tentu sangat besar dirasakan di dua sektor yakni Pariwisata dan Transportasi. Untuk kereta api sendiri setelah sempat ada penutupan Stasiun Tasikmalaya seiring pemberlakuan lockdown lokal di daerah itu, PT KAI memutuskan untuk membatalkan seluruh perjalanan Kereta Api Jarak Jauh (KAJJ). Termasuk produk-produk Gapeka 2019.

Praktis sepanjang periode lockdown itu nggak ada Perka sama sekali. Jalur kereta pun kosong layaknya jalur non-aktif. PT. KAI hanya menjalankan sebagian rangkaian aglomerasi untuk mengakomodasi warga yang nggak bisa WFH (Work From Home) seperti KA Lokal Bandung Raya. Itupun nggak sampai malam. Di periode itu juga ada Ramadhan dan Lebaran. Otomatis momen keduanya pun nggak bisa dirasakan.

Terlebih pemerintah sendiri ikut memperkuat pembatasan total itu dengan larangan Mudik Lebaran 2020. Harusnya itu jadi momen panen raya bagi PT. KAI maupun mitra-mitra resminya. Namun semuanya ambyar gegara Covid-19. Bukannya panen malah gagal panen. Pembatasan total juga membuat PT. KAI harus merasakan kerugian untuk pertama kalinya sejak 11 tahun.

Sempat ada pengoperasian KLB dengan syarat dan ketentuan berlaku. Tentunya dengan tarif yang mahal dan bisa sampai Rp 500.000,00. Setelah pemerintah mengakhiri pembatasan total, sebagian rangkaian kereta pun bisa beroperasi lagi. Namun dengan pembatasan kapasitas dan syarat yang ketat seperti kewajiban test Covid-19. Kewajiban begini jelas menyurutkan minat pelanggan.

Kereta yang dijalankan pun sifatnya situasional. Memang kereta-kereta yang diperpanjang sempat dioperasikan lagi. Tapi rutenya dipotong menjadi hanya sampai Stasiun Bandung. Nggak ada lagi cerita Jakarta Bandung Kereta Malabar. Praktis sejak saat itu Gapeka 2019 tamat dihantam Covid-19 dan berbagai pembatasan yang ada di dalamnya.

Nasib Produk Gapeka 2019 Setelah Tamat

Riwayat Gapeka 2019 benar-benar tamat setelah PT KAI memberlakukan Gapeka 2020 sekitar bulan Oktober 2020. Produk-produk Gapeka 2019 seperti perpanjangan rute ke Jakarta pun dihapus. Semuanya kembali seperti semula. Dikembalikan jadi hanya sampai Stasiun Bandung. Nggak disangka-sangka kisah cinta terutama sebagian pelanggan pun harus berakhir cepat.

Produk Gapeka 2019 lainnya yakni kereta-kereta baru seperti KA Dharmawangsa tetap dan masih beroperasi hingga kini. KA Pangandaran di rute Gambir-Banjar hanya dioperasikan secara Fakultatif. Namun nasib kurang beruntung harus dirasakan KA Sancaka Utara yang hingga kini belum jelas apakah akan dioperasikan lagi atau nggak.

Ada yang nggak enak KA Mutiara Selatan. Memang nggak sampai dihapus. Tapi udah mah dikembalikan ke asalnya yakni Stasiun Bandung, perpanjangan ke Malang pun ikutan dihapus. Jadi beneran kembali ke khitahnya di rute Surabaya Gubeng – Bandung PP. Kini menggunakan rangkaian milik Dipo Induk Sidotopo (SDT) setelah sebelumnya milik Jakarta Kota (JAKK).

Ada yang apes banget yakni KA Galunggung dihapus dari Gapeka 2020. Nggak usah heran sih, sejak diberlakukannya tarif normal langsung berkurang drastis hingga keterisian pun kerap dibawah 30%. Weekend pun sama, diharapkan bisa paling nggak 75% tapi tetap aja di bawah. KA Galunggung sendiri beroperasi gunakan rangkaian KA Lokal Bandung Raya di Gapeka 2019. Sebelum itu gunakan idle KA Kahuripan.


Stasiun Purwakarta hanya ramai sejenak

Gapeka 2019 turut memberi dampak positif ke Stasiun Purwakarta. Diperpanjangnya rute kereta membuat stasiun itu menjadi ramai dan lebih hidup. Sayang semua nggak berlangsung lama. Kemesraan itu harus ceoat berakhir akibat hantaman Covid-19. Gapeka-nya tamat, perka kembali seperti sedia kala, Stasiun Purwakarta pun kembali ke setelan pabrik


Gapeka 2019 dan Stasiun Purwakarta Hanya Ramai Sejenak

Di antara stasiun kereta api yang menggeliat pasca diberlakukannya Gapeka 2019 ialah Stasiun Purwakarta. Tentunya menjadikan animo masyarakat di sekitarnya pun meningkat. Apalagi dengan pola perjalanan baru itu mereka nggak perlu lagi ke Jakarta atau Bandung hanya untuk menikmati layanan jarak jauh ke Jawa. Sebuah barang langka tentunya. Bisa naik kereta langsung dari Purwakarta dan non stop ke Jogja atau Malang misalnya.

Cuma Kereta Panturaan Aja dan KA Serayu

Sejujurnya kereta api jarak jauh (KAJJ) di Stasiun Purwakarta itu bukannya nggak ada. Cuma terbatas aja kereta yang lewat jalur pantura (KA Ciremai dan KA Harina) dan KA Serayu jurusan Kroya-Purwokerto via Bandung. Ditambah beberapa perka Argo Parahyangan juga ada pemberangkatan dari Stasiun Purwakarta.

Namun pasca berlakunya Gapeka 2019 KA Argo Parahyangan nyaris nggak ada yang berhenti di sini. Sebagai gantinya perpanjangan rute kereta seperti KA Malabar dan KA Mutiara Selatan diberhentikan di sini. Nah dengan demikian warga sekitar Purwakarta yang hendak ke Jogja dan Malang nggak perlu lagi ke Bandung atau Jakarta dulu.

Itu artinya Gapeka 2019 di sisi mereka sangat menguntungkan. Terlepas dari durasi perjalanan yang bisa jadi lama hingga menimbulkan kritik dari sebagian lain pelanggan kereta. Adanya pola perjalanan baru mulai Desember 2019 membuat Stasiun yang pernah punya Dipo Lokomotif aktif itu lebih hidup dari sebelumnya.

Kembali ke Setelan Pabrik

Sayang sekali kemesraan ini sangat cepat berlalu. Awal Maret 2020 pemerintah telah mengumumkan kasus pertama Covid-19 di Indonesia. Seiring waktu jumlah kasus terinveksi virus asal Wuhan Tiongkok itupun terus bertambah. Di waktu bersamaan pula terjadi kelangkaan masker dan hand sanitizer.

Padahal dua alat itu jadi instrument penting di saat virus mulai menyebar dan belum ada vaksin apalagi obat sama sekali. Tepat sebulan kemudian Pemerintah memberlakukan pembatasan total atau dikenal PSBB Total. Efeknya ke perjalanan kereta api. PT. KAI menindaklanjuti dengan membatalkan seluruh perjalanan kereta api jarak jauh dan menengah.

Sejak saat itu secara de facto Gapeka 2019 telah berakhir. Berselang tujuh bulan akhirnya benar-benar tamat dengan diluncurkannya Gapeka 2020. Semua rute kereta api yang diperpanjang kembali seperti semula. Nggak ada lagi cerita Jakarta Bandung Kereta Malabar apalagi Argo Wilis. Stasiun Purwakarta pun kembali ke setelan pabrik.