Dibangun bersamaan dengan pengembangan Stasiun Malang, Jembatan Buk Gluduk Malang menjadi bagian penting jalur kantong. Kini jadi daya tarik Kampung Warna Warni Jodipan dan sekitarnya.
Pendahuluan
Jalur kereta api negara pertama (Staats Spoorwegen) akhirnya tembus ke Malang tahun 1879. Disitulah awal mula sejarah perkeretaapian di Malang Raya. Waktu itu Stasiun Malang menjadi terminus di sisi selatan.
2 tahun kemudian, Staats Spoorwegen membangun jalur kereta Solo Surabaya dengan percabangan Kertosono – Kediri. Jalur tersebut mulai dioperasikan tahun 1884.
Seiring berjalannya waktu Stasiun Malang kemudian dikembangkan sehingga tak lagi jadi terminus. Dengan memperpanjang lintas kereta api menuju Blitar di tahun 1897. Bersama dengan itu Jalur Trem Malang ikut dikembangkan.
Terdapat satu bangunan penting yang nggak boleh dilupakan di sini. Sebuah jembatan yang melintas tepat di atas jalan raya dan Sungai Brantas.
Jembatan Buk Gluduk Malang Hubungkan Utara dan Selatan
Kota Malang sejatinya terbagi menjadi dua bagian yakni Kota Baru dan Kota Lama. Kedua wilayah tersebut dipisahkan oleh aliran Sungai Brantas yang hulunya di Gunung Arjuna.
Nah untuk menghubungkan Kota Baru dan Kota Lama dengan rel kereta api dibangun sebuah jembatan yang membelah jalan raya sekaligus sungai Brantas. Posisinya tepat di sisi selatan Stasiun Malang.
Jembatan Buk Gluduk Malang itulah namanya. Bagian penting dari pengembangan jaringan perkeretaapian Malang Raya. Menghubungkan Stasiun dengan Kawasan Kota Lama hingga ke Blitar.
Di Atas Jalan Raya dan Sungai (Sama Aja)
Ada dua macam jembatan. Satu diatas jalan raya (kini Jalan Sudirman) dan satunya di atas Sungai Brantas. Nah yang di jalan itu namanya Viaduct. Sedangkan di atas sungai itu Jembatan.
Pada hakikatnya itu sama-sama aja. Tetap aja namanya Jembatan Buk Gluduk Malang. Baik yang diatas jalan raya (disebut Viaduct) maupun menyeberangi Sungai Brantas.
Jembatan Buk Gluduk Malang dan Jalur Kantong (Loop Line)
Tahun 1884 percabangan dari Kertosono telah mencapai Blitar. Menyusul peresmian lintas Malang – Bliitar tahun 1897. Sejak saat itu terbentuklah sebuah jalur lingkar (loop line) yang dikenal dengan nama Jalur Kantong.
Ketika awal tersambung merupakan lintas penting Staats Spoorwegen (SS). Demikian pula sekarang untuk lalu lintas kereta api jarak jauh (KAJJ) maupun Lokalan Komuter.
Di antara bagian penting di jalur kantong ini tentu saja jembatan ini. Hingga kini masih eksis dan kokoh berdiri di atas aliran Sungai Brantas kawasan Jodipan Kota Malang.
Jembatan Buk Gluduk Malang Sebuah Daya Tarik
Sekarang selain bagian penting untuk sarana perkeretaapian Malang Raya di Jalur Kantong, Jembatan ini menjadi sebuah daya tarik tersendiri di kawasan kampung wisata Jodipan.
Siapapun yang mengunjungi Kampung Warna Warni Jodipan Malang, Kampung Tridi, maupun kampung wisata lain di sekitarnya nggak akan melewatkan pemandangan sebuah jembatan baja kokoh peninggalan Belanda di atas Sungai Brantas.
Apalagi jika kebetulan ada kereta api yang lewat di atasnya. Dimana lintas ini selain melayani KA JJ juga ada layanan lokal Komuter hingga Kereta Pertamina Malang. Bagus bangtet diabadikan jadi foto atau video.
Kesimpulan
Jembatan Buk Gluduk Malang dibangun bersamaan dengan pengembangan jalur kereta api dari Malang ke Blitar di tahun 1897. Setelahnya menjadi bagian penting dari jalur kantong (Loop Line).
Saat ini jembatan merupakan daya tarik utama dari kawasan kampung wisata Jodipan. Misalnya Kampung Warna Warni Jodipan Malang, kampung Tridi, dan lainnya yang masih di sekitaran.
Leave a Reply