Kesamaan KA Gopar dan Tumapel : Jadi Kereta Sapujagat!

01 kesamaan ka gopar dan tumapel jadi kereta sapujagat

KA Gopar (Argo Parahyangan) dan Tumapel kini punya kesamaan. Keduanya jadi kereta sapujagat bila dihitung dari penggunaan sarananya. Selain itu sama-sama korban “Produk Baru”.

Pendahuluan

Apakah boleh menyebut Argo Parahyangan nasibnya miris? Kereta ini jelas masih eksis. Bahkan sangat beruntung karena sempat diwacanakan akan dipensiunkan. Nyatanya tetap dinas ketika Kereta Cepat Whoosh mulai beroperasi.

Argo Parahyangan belum bisa dibilang miris. Hanya saja titisan sang legenda kini nggak punya lagi sarana sendiri. Dua sarana tersisa telah digunakan untuk Kereta Api Papandayan dan KA Pangandaran. Bahkan punya Harina pun nggak bisa lagi dipinjam karena harus dibagi untuk KA Malabar Pagi.

KA Gopar Harus Menunggu Sarana

Situasinya sekarang ialah KA Gopar (Argo Parahyangan) harus menunggu antrian sarananya selesai dipakai oleh kereta lain. Kalopun mengawali perjalanan namun baliknya nggak bisa lagi dengan sarana yang sama.

Ambil contoh Trainset 2 berangkat dari Bandung sebagai Argo Parahyangan. Namun setibanya di Stasiun Gambir Jakarta Pusat, papan namanya diganti jadi KA Pangandaran.

Bahkan untuk kembali ke Bandung sebagai Argo Parahyangan harus menunggu besoknya, Itupun sarananya masih harus dinas dulu sebagai Kereta Api Papandayan

Adapun Trainset 1 mengawali perjalanan sebagai Kereta Api Papandayan. Untuk bisa digunakan Argo Parahyangan lagi-lagi harus menunggu petang hari. Besoknya dari Bandung masih sebagai Argo Parahyangan lantas tiba di Gambir balik lagi sebagai KA Pangandaran.

KA Gopar Jadi Kereta Sapujagat

Bila melihat dari pola pengoperasian Trainset 1 dan 2 tadi maka bisa kita simpulkan bahwa KA Gopar kini telah menjadi kereta Sapujagat. Menunggu sarananya selesai dinas kereta lain dulu baru bisa digunakan sebagai Argo Parahyangan.

Situasi yang sama pun berlaku untuk perjalanan Fakultatif yang menggunakan rangkaian KA Argo Wilis dan Turangga. Untuk rangkaian Argo Wilis itu dinasnya malam hingga dini hari. Sementara Turangga di pagi dan siang hari.

KA Gopar Kini Seperti Kereta Api Tumapel

Nah situasi yang dialami KA Gopar kini percis seperti Kereta Api Tumapel di Daop 8 Surabaya. Padahal keduanya sama-sama punya sejarah panjang. Meski kelanjutan dari Argo Gede, peran KA Parahyangan tetap nggak bisa dinafikan dari Argo Parahyangan.

KA Parahyangan mulai dinas 31 Juli 1971. Sementara Kereta Api Tumapel lebih dulu di tanggal 14 Januari 1971. Keduanya merupakan kereta unggulan pada saat ini. Namun seiring perjalanan waktu Kereta Api Tumapel terus mengalami kemuduran hingga berujung jadi Lokalan Sapujagat.

Adapun KA Parahyangan harus purnatugas di tanggal 27 April 2010. Kemudian digabungkan dengan KA Argo Gede hingga lahirlah Argo Parahyangan. Sempat berjaya antara tahun 2017-2019, hadirnya Whoosh ternyata cukup berdampak pada Titisan Sang Legenda.

Jadwalnya berkurang dan puncaknya di 24 Januari 2024 harus terima nasib tanpa sarana sendiri. Menjadi kereta sapujagat layaknya Kereta Api Tumapel di koridor Surabaya-Malang.

Korban “Produk Baru”

Pamor KA Gopar seolah meredup seiring beroperasinya Kereta Cepat Whoosh. Bahkan kini KCIC telah menetapkan tarif dinamis mulai Rp 150.000,00 yang setara dengan layanan ekonomi premium-nya Gopar.

Walaupun penumpang tujuan Kota Bandung masih harus berganti Feeder di Stasiun Padalarang, waktu tempuh lebih cepat jadi keunggulan tersendiri. Inilah yang menjadikan Whoosh lebih dilirik.

Flashback lagi ke tahun 1980-an ketika KA Penataran pertama kali dinas. Seiring berjalannya waktu, KA Penataran terus berkibar dan banyak diminati oleh masyarakat. Apalagi setelah menjadi KA Penataran Dhoho yang juga melayani Kertosono dan Kediri.

Hal tersebut menjadikan pamor sang legenda Kereta Api Tumapel terus tergerus. Hingga berujung menjadi kereta sapujagat. Hanya beroperasi malam dari Stasiun Surabaya Gubeng dan pagi buta dari Stasiun Malang.

Baik KA Gopar maupun Tumapel merupakan korban “Produk Baru”. Bila Tumapel masih dari operator yang sama yakni PJKA (kini PT. KAI), KA Gopar dikalahkan oleh operator lain yakni KCIC.

Kesimpulan

Dampak dari beroperasinya Whoosh ialah berkurangnya jadwal perjalanan Argo Parahyangan. Puncaknya terjadi di tanggal 24 Januari 2024 dimana ketika itu KA Gopar nggak lagi punya sarana sendiri. Dua sarana dipakai Kereta Api Papandayan dan KA Pangandaran.

Agar bisa beroperasi, harus menunggu dulu selesai dipakai dinas dua kereta tersebut. Nasibnya kini serupa dengan Kereta Api Tumapel yang harus menjadi kereta sapujagat. Juga sama-sama kalah pamor oleh “Produk Baru”.

Kereta Api Tumapel tergerus oleh KA Penataran Dhoho yang mulai dinas tahun 1980-an. Sedangkan titisan sang legenda meredup oleh Kereta Cepat Whoosh milik KCIC. Terlebih dengan berlakunya tarif dinamis.

Galeri Foto

Comments

Leave a Reply