KA Mutiara Selatan pernah jadi raja di jalur selatan hingga 1998. Namun setelahnya turun kelas. Malah sang mantan doyan banget gonta ganti. Lah kok gitu ya?
Prologue
Kereta ini termasuk satu dari beberapa kereta legendaris yang masih beroperasi hingga kini dan mengalami banyak dinamika. Dahulunya merupakan kereta api elite di jalur selatan khususnya di Priangan Timur.
Dikhususkan Priangan Timur karena namanya jalur selatan itu sering dimaknai koridor Cirebon-Purwokerto-Jogja. Dimana KA Bima kala itu menjadi penguasa di lintas tersebut dengan layanan kereta tidur nya.
Uniknya lagi setelah nggak lagi jadi raja, layanan kelasnya mengalami penurunan. Meski pada akhirnya dikembalikan lagi seperti semula. Begitu juga rute dan Dipo-nya beberapa kali mengalami pergantian.
Lantas gimana nih ceritanya kok ada kereta yang dinamikanya sedemikian rupa? Gonta ganti layanan, rute, hingga Dipo?
Awal Dinas Sang Legenda
KA Mutiara Selatan diluncurkan pada tanggal 17 Agustus 1972. Kurang lebih setahun setelah Kereta Api Parahyangan beroperasi melayani koridor Bandung-Jakarta. Makanya boleh disebut juga “adiknya” Parahyangan.
Namun bedanya, sang adik sedari awal udah melayani kereta eksekutif dan bisnis secara reguler. Adapun layanan kereta eksekutif di Parahyangan baru reguler sekitar tahun 1986.
Melayani rute Bandung – Surabaya Gubeng. Di awal peranannya mengcover KA Badrasurya, cikal bakalnya KA Pasundan sekarang, di rute yang sama. Dimana kereta tersebut merupakan kereta campuran ekonomi dan bisnis.
Kereta Mewah dan Raja Selatan
Pada masanya kereta ini adalah yang “termewah” mengingat di lintas selatan khususnya Priangan Timur lebih banyak kereta ekonomi. Bahkan menjadi Raja Selatan, menggeser posisi KA Badrasurya.
Bahkan ada juga sumber yang menyebut bahwa KA Mutiara Selatan sempat membawa Kereta Tidur SBGW ex-Bima di tahun 1980-an. Dimana waktu itu KA Bima mulai berubah jadi kereta eksekutif meski masih ada kereta tidur. Keberadaan SBGW disini semakin menguatkan kesan mewah bagi sang legenda.
Bukan Lagi Raja Selatan
Sayangnya di tahun 1998 seiring beroperasinya KA Argo Wilis, predikat sebagai kereta elite dan raja selatan pun tumbang. Diambil alih oleh sang kompetitor yang layanannya lebih tinggi.
Belum lagi KA Turangga yang juga diluncurkan di dekade 1990-an dan dinas di rute sama makin membuat posisi sang legenda terjepit. Ditambah KA Fajar Padjadjaran dan Senja Mataram sebagai cikal bakalnya KA Lodaya.
Meski awalnya hanya kereta bisnis, namun seiring berjalan waktu keduanya pun membawa kereta eksekutif. Terlebih saat rutenya diperpanjang ke Solo Balapan dan namanya jadi Lodaya.
Penurunan Kelas Jadi Full Kereta Bisnis (K2)
Puncaknya pada tahun 1999 dimana terjadi penurunan layanan menjadi kereta bisnis (K2). Sehingga prioritasnya kini menjadi dibawah kereta eksekutif kalo udah berhadapan urusan susul dan silang di single track.
Walaupun di sisi lain terdapat banyak pilihan layanan buat pelanggan di segmen Bandung-Surabaya. Mulai kereta eksekutif argo, eksekutif satwa, bisnis, hingga ekonomi.
Balik lagi ke KA Mutiara Selatan, layanan kereta bisnis ini berlangsung cukup lama. Kalo dihitung-hitung ya kurang lebih satu setengah dekade. Mulai dari tahun 1999 hingga menjelang akhir September 2019.
KA Mutiara Selatan Diperpanjang ke Malang
Tahun 2014 KA Mutiara Selatan kembali mengalami dinamika baru. Berawal dari rangkaiannya yang digunakan sebagai KA Sarangan Ekspres rute Surabaya Gubeng-Madiun PP dan KA Singasari rute Surabaya Gubeng – Malang PP.
Pada musim mudik lebaran 2016, PT.KAI memperkenalkan trainset baru ekonomi plus new image alias K3 2016. Digadang-gadang sebagai kereta ekonomi rasa eksekutif dan disiapkan untuk mengganti kereta bisnis yang telah uzur.
Mulanya digunakan untuk kereta lebaran. Namun ketika musim mudik usai, barulah dialokasikan ke kereta-kereta yang sebelumnya full kereta bisnis (K2) untuk dioperasikan reguler.
Sang Legenda Jadi Kereta Ekonomi
KA Mutiara Selatan adalah satu dari 3 kereta yang mendapatkan trainset ekonomi new image buatan PT.INKA tersebut. Layanan baru ini mulai efektif tertanggal 28 September 2016.
Itu artinya sang legenda kembali mengalami dinamika berupa penurunan kelas dari kereta bisnis ke kereta ekonomi. Sebab meskipun KA ekonomi plus, namanya ekonomi tetaplah berada dibawah bisnis.
Perpanjang ke Malang Gantikan KA Singasari.
Nggak hanya perubahan layanan kereta dari bisnis ke ekonomi plus. Rute KA Mutiara Selatan diperpanjang hingga ke Stasiun Malang. Sehingga otomatis KA Singasari ditiadakan.
Namun seiring berjalannya waktu KA Singasari kembali berdinas di tahun 2017 sebagai pengganti KA Krakatau yang rutenya telah dipotong menjadi Stasiun Jakarta Pasar Senen ke Stasiun Blitar.
Oke itu sekilas aja ya, inSyaaAlloh nanti akan dibahas sendiri tentang Singasari yang juga banyak sekali dinamikanya. Kita balik lagi ke KA Mutiara Selatan. Perpanjangan rute menjadikannya alternatif dari Bandung ke Malang.
Perubahan Gagal Total
Sayangnya kereta ekonomi plus 2016 ini mendapat respon negatif dari para penumpangnya. Mereka mengeluhkan jarak antar kursi yang sangat sempit. Beda jauh dengan kereta bisnis sebelumnya.
Nyatanya yang dikeluhin pelanggan bukan hanya jarak sempit itu. Sandaran kursi yang paten dan nggak bisa distel pun ikut dikeluhkan. Dianggap nggak ubahnya bus bumel.
Kereta ekonomi plus new image kala itu dinilai telah cacat design. Nggak pantas melayani rute jarak jauh. Apalagi sekelas Mutiara Selatan dari Bandung ke Malang via Surabaya Gubeng.
Sang Legenda Jadi Kereta Bisnis Lagi
Banyaknya keluhan pelanggan akhirnya direspon oleh PT.KAI selaku operator. Demi mengutamakan kenyamanan pelanggan, PT. KAI akhirnya mengembalikan layanan kereta bisnis di kereta-kereta yang telah jadi ekonomi plus itu.
Salah satunya di Mutiara Selatan. Sehingga otomatis Sang Legenda jadi Kereta Bisnis lagi. Namun pengembalian tersebut ternyata memakan korban lain yakni KA Argo Parahyangan.
Penerusnya KA Argo Gede itupun harus merelakan kereta bisnisnya untuk dipakai oleh sang legenda. Di saat yang sama juga mendapatkan trainset ekonomi new image untuk menggantikan kereta bisnis.
Kembali Seperti Sediakala
Tanggal 13 Maret 2017, KA Mutiara Selatan akhirnya kembali seperti pada saat dinas untuk pertama kalinya, 17 Agustus 1972, yakni dengan layanan kereta eksekutif (K1) dan bisnis (K2).
Kembalinya kereta eksekutif seolah mulai mengangkat lagi pamor sang Legenda yang sempat berada di titik nadir. Walaupun sulit untuk kembali lagi menjadi penguasa jalur selatan Priangan Timur.
Era Baru KA Mutiara Selatan di 2019
Akhirnya layanan kereta bisnis benar-benar berakhir pada 31 Maret 2019. Tepat sehari setelahnya sang legenda hadir dengan wajah baru. Kereta berbody stainless steel campuran kereta eksekutif (K1) dan Premium (K3).
Sang Legenda memulai era baru di tahun tersebut. Dengan tampilan baru tentunya akan jauh lebih berkelas daripada sebelum-sebelumnya. Terlebih jelang pergantian trainset ini juga ada komplain lagi dari pelanggan.
Kali ini mengeluhkan rangkaian kereta eksekutif yang dipakai lantaran nggak dapat jendela. Istilah lainnya kebagian “tembok ratapan” yang keberadaannya jamak ditemukan di trainset eksekutif jadul retrofit “jendela pesawat”.
Walaupun demikian, kereta premium (K3) sejatinya juga nggak luput dari keberadaan “tembok ratapan” ini. Terutama di seat paling pojok. Memang sih masih kebagian jendela walaupun sedikit.
Perubahan Rute (Lagi) di Gapeka 2019
1 Desember 2019 PT KAI memberlakukan pola perjalanan Gapeka 2019. Di sini sejumlah rangkaian kereta api Bandung rutenya diperpanjang ke Jakarta. Karena demand tinggi di segmen Bandung – Jakarta.
KA Mutiara Selatan adalah satu dari 4 rangkaian kereta yang rutenya diperpanjang. Sang legenda kini melayani rute Gambir – Malang PP via Bandung dan Surabaya Gubeng.
Perpanjangan hingga Stasiun Gambir Jakarta juga menjadikan kepemilikan rangkaian sang legenda juga berubah dari semula di Dipo Kereta Api Bandung (BD) menjadi Dipo Kereta Api Jakarta Kota (JAKK).
Perpanjangan rute inipun lagi-lagi sempat mengundang keluhan dari pelanggan. Dimana waktu tempuh perjalanan sangat lama. Mencapai kurang lebih 20 jam. Bahkan nyaris menyamai Fuji Blue Train di Jepang dulu.
Buyar Gegara Pandemi Covid-19
Sayangnya Gapeka 2019 yang mencakup perubahan rute jadi Gambir – Malang PP hanya seumur jagung. Ditemukannya kasus pertama Covid-19 dan terus meningkat seiring waktu membuat pemerintah mengambil kebijakan pembatasan total.
Dampaknya semua perjalanan kereta api jarak menengah dan jarak jauh dihentikan. Tak terkecuali KA Mutiara Selatan. Otomatis rangkaiannya pun terparkir di Dipo.
Secara teknis Gapeka 2019 terutama untuk KAJJ telah berakhir sejak pemerintah mengumumkan pembatasan total itu. Perpanjangan rute hingga Stasiun Gambir Jakarta buyar gegara Pandemi Covid-19
KA Mutiara Selatan Potong Rute dan Pindah ke Sidotopo (SDT)
Sang Legenda masih tetap eksis pada saat diberlakukan Gapeka 2020 sebagai pengganti Gapeka 2019 yang telah buyar. Namun kali ini rutenya dipotong habis. Dikembalikan seperti semula jadi Surabaya Gubeng – Bandung PP.
Nggak hanya itu, kepemilikan trainset pun pindah ke Dipo Kereta Api Sidotopo (SDT) di Surabaya. Jadi nggak lagi milik Dipo Jakarta Kota (JAKK). Walaupun begitu layanan kelasnya nggak berubah. Tetap eksekutif (K1) dan premium (K3).
Rute dan juga kepemilikan SDT ini masih berlangsung hingga Gapeka 2021 saat ini. Diharapkan dengan mulai bangkitnya pariwisata bisa ikut mendongkrak okupasi Sang Legenda.
Pemotongan rute hingga balik seperti dulu itu nggak lepas dari okupasi minim akibat Pandemi Covid-19. Namun kini untuk naik kereta api nggak lagi disyaratkan test Covid-19. Hanya vaksin booster (diatas 18 tahun) atau dosis 2 (6-17 tahun).
Semoga aja KA Mutiara Selatan bisa menapaki kembali kejayaannya bersamaan dengan perkeretaapian yang mulai bangkit. Setelah 2 tahun “masuk goa”. Nggak harus merubah rute lagi, walaupun itu dimungkinkan di masa depan.
Kesimpulan
KA Mutiara Selatan pertama kali beroperasi melayani rute Bandung – Surabaya Gubeng PP dengan layanan kereta eksekutif dan bisnis. Namun di tahun 1999 hanya tersedia kereta bisnis aja.
Akhir September 2016 turun lagi jadi ekonomi plus tapi nggak berlangsung lama. Karena protes pelanggan. Perubahan tersebut juga terjadi di rute yang diperpanjang hingga Stasiun Malang.
13 Maret 2017 layananya kembali seperti semula. Tahun 2019 trainset diupgrade ke stainless steel dan lagi-lagi mengalami perubahan rute jadi Gambir – Malang PP via Bandung dan Surabaya Gubeng. Diponya juga pindah ke Jakarta Kota (JAKK)
Pandemi Covid-19 membuat Sang Legenda memotong rute hingga kembali seperti awal diluncurkan yakni Bandung – Surabaya Gubeng PP. Adapun untuk Dipo juga pindah ke Sidotopo (SDT).
Galeri Foto





Jadwal Perjalanan KA Mutiara Selatan (Gapeka 2021)
KA 131 | Datang | Berangkat | KA 132 | Datang | Berangkat |
Surabaya Gubeng (SGU) | 19.45 | Bandung (BD) | 20.30 | ||
Mojokerto (MR) | 20.20 | 20.23 | Kiaracondong (KAC) | 20.40 | 20.43 |
Jombang (JG) | 20.43 | 20.46 | Cipeundeuy (CPD) | 22.18 | 22.28 |
Kertosono (KTS) | 21.00 | 21.03 | Tasikmalaya (TSM) | 23.13 | 23.15 |
Nganjuk (NJ) | 21.21 | 21.24 | Ciamis (CI) | 23.36 | 23.38 |
Madiun (MN) | 22.00 | 22.08 | Banjar (BJR) | 00.08 | 00.14 |
Solo Balapan (SLO) | 23.21 | 23.24 | Sidareja (SDR) | 00.42 | 00.44 |
Yogyakarta (YK) | 00.08 | 00.14 | Maos (MA) | 01.27 | 01.29 |
Kutoarjo (KTA) | 01.05 | 01.10 | Kroya (KYA) | 01.42 | 01.44 |
Kutowinangun (KWN) | 01.26 | 01.28 | Gombong (GB) | 02.12 | 02.14 |
Kebumen (KM) | 01.37 | 01.40 | Kebumen (KM) | 02.32 | 02.34 |
Gombong (GB) | 01.59 | 02.01 | Kutoarjo (KTA) | 02.57 | 03.17 |
Kroya (KYA) | 02.26 | 02.35 | Yogyakarta (YK) | 04.06 | 04.11 |
Maos (MA) | 02.48 | 02.51 | Solo Balapan (SLO) | 04.57 | 05.02 |
Sidareja (SDR) | 03.29 | 03.35 | Madiun (MN) | 06.15 | 06.22 |
Banjar (BJR) | 04.03 | 04.09 | Nganjuk (NJ) | 07.00 | 07.02 |
Ciamis (CI) | 04.33 | 04.35 | Kertosono (KTS) | 07.22 | 07.24 |
Tasikmalaya (TSM) | 05.00 | 05.03 | Jombang (JG) | 07.39 | 07.41 |
Cipeundeuy (CPD) | 05.52 | 06.02 | Mojokerto (MR) | 08.01 | 08.07 |
Rancaekek (RCK) | 07.25 | 07.34 | Surabaya Gubeng (SGU) | 08.45 | |
Kiaracondong (KAC) | 07.48 | 07.50 | |||
Bandung (BD) | 08.00 |
Leave a Reply