Perjalanan bada maghrib KA Prameks Solo Jogja. Selepas kunjungan singkat di Kota Solo. Sebuah momen dimana kereta lokal tersebut masih melayani dua kota wisata sebelum tergantikan oleh KRL Joglo. Dalam rangka peningkatan layanan komuter di Daop 6 Yogyakarta.
Kunjungan singkat di Kota Solo seharusnya bisa lebih lama lagi. Tapi gegara bus bumel ngeseli dikiranya nggak jauh beda sama kereta eh malah waktu tempuhnya setara Jakarta-Bandung. Sejak awal perkiraannya Jogja dan Solo itu cuma sejarak Jakarta-Bogor atau Bandung-Cianjur yang bisa ditempuh dalam waktu paling lama 2 jam perjalanan.
Sayangnya yang ada malah tua di jalan. Bus bumel itu kebanyakan ngetemnya terutama di luar terminal. Ambil contoh di perempatan Janti itu lebih lama dari Giwangan. Juga di depan Masjid Agung Klaten, nah inilah yang paling lama. Belum lagi pengamen ngetem silih berganti kaya nggak ada habis-habisnya. Pokoke jauh dari kata layak. Nggak usah heran layanan bus dua kota wisata itu semakin hari semakin ditinggalkan.
Balik lagi ke sini, nggak kerasa waktu udah mendekati maghrib. Setelahnya harus kembali lagi ke Jogja menggunakan KA Prameks. Waktu itu Solo dan Jogja masih dilayani KA Prameks yang menggunakan KRDE Holec. Untungnya nggak ada lagi yang Non-AC.
Semua rangkaian telah dilengkapi AC sehingga lebih nyaman. Udah itu stamformasi tempat duduk juga dibuat berhadapan layaknya kereta ekonomi jarak jauh biasa. Cuma seat dekat pintu yang masih seperti angkot.
KA Prameks Solo Jogja, Berangkat Stasiun Solo Balapan
Sehabis dari Gedung Joeang 45 dan Masjid Agung Surakarta yang masih di sekitaran Jalan Slamet Riyadi Solo langsung ancang-ancang untuk menuju Stasiun Solo Balapan. Supaya nggak ketelatan KA Prameks. Coba cari titik strategis buat cegat ojol. Dari depan McDonald Slamet Riyadi naik ojol ke stasiun. Kondisi kota Solo sendiri waktu itu habis diguyur hujan.
Dari Stasiun Solo Balapan disitulah perjalanan KA Prameks Solo Jogja dimulai. Inilah perjalanan terakhir bersama sang legenda dengan sejarah panjang. Karena dua bulan berselang terjadi pembatasan total gegara Covid-19. Setelah mulai longgar terutama setelah adanya vaksin telah digantikan KRL Joglo.
Langit udah gelap ketika meninggalkan Surakarta Hadiningrat. Nggak terlalu banyak yang bisa difoto. Memang kondisi handphone juga yang nggak bersahabat. Waktu itu udah mulai rusak dimana kerusakannya susah di charge. Jadi foto yang diambil ya sebisanya aja.
Dalam perjalananya, KA Prameks Solo Jogja berhenti di Stasiun Purwosari, Stasiun Klaten, Stasiun Prambanan, Stasiun Maguwo, dan Stasiun Lempuyangan. Meskipun begitu masih mendingan daripada bus bumel yang dinaiki pada saat berangkat ke Solo. Itumah asli bikin kapok dan nggak mau naik lagi. Bukan soal bumel-nya atau kondisi yang ya begitulah. Tapi lebih ke banyaknya waktu terbuang percuma.
Waktu itu koridor Jogja Solo belum dielektrifikasi. Tiang LAA nya sih udah ada dan dipasang tapi di Stasiun Klaten. Dimana infrastruktur pendukung operasional KRL kelak disimpan. Tiang LAA nya juga baru satu yang dipasang di situ. Makanya kalo diperhatiin kayanya masih agak lama KRL nya beroperasi. Wong tiangnya aja baru ada sebiji di Klaten.
Tiba di Stasiun Tugu Yogyakarta
Akhirnya setelah menempuh perjalanan kurang lebih 1 jam 30 menit, KA Prameks tiba di tujuan akhir Stasiun Tugu Yogyakarta. Nah trainset yang dinaikin waktu itu memang cuma sampe Jogja. Walaupun ada yang bablas ke Kutoarjo tapi masih lebih banyak KA Prameks Solo Jogja.
Perjalanan yang sangat berkesan. Terlebih KA Prameks sendiri akan segera tergantikan KRL. Meski waktu itu masih belum tau kapan KRL nya mulai beroperasi. Pasalnya tiang LAA aja baru ada sebiji di Klaten. Sementara sekitar Stasiun Tugu maupun Solo Balapan masih perawan. Kesan lainnya ialah pelipur lara dan kekecewaan akibat dikerjain bus bumel waktu berangkatnya.
Pandemi Covid-19 Percepat Konversi KA Prameks Solo Jogja ke KRL Joglo
Fix perjalanan di tanggal 8 Februari 2020 itu menjadi perjalanan terakhir bersama KA Prameks di koridor kesultanan Mataram Solo Jogja. Pasalnya kurang dari sebulan kemudian pemerintah mengumumkan kasus pertama Covid-19 di Indonesia. Setelahnya virus asal Wuhan Tiongkok itu terus menyebar hingga terjadi transmisi lokal. Dibarengi kelangkaan masker dan hand sanitizer.
Gegara itu pada awal April 2020 Pemerintah akhirnya mengambil kebijakan PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) secara total. Masyarakat dikarantina di kotanya masing-masing. Malah “dikurung” di dalam rumah. Sejak saat itu kegiatan pariwisata dan transportasi antar kota benar-benar lumpuh.
Namun PSBB Total ternyata ada hikmahnya juga. Pengerjaan infrastruktur KRL Joglo (Jogja Solo) bisa dikebut. Karena ketiadaan perjalanan antarkota kecuali komuter. Bersama lokalan lainnya, KA Prameks di masa-masa awal Pandemi masih beroperasi terbatas khusus layani komuter. Sedikitnya kereta yang beroperasi membuat pengerjaan bisa lebih fokus dan diharapkan bisa segera selesai.
Kira-kira 9 bulan kemudian (dihitung dari Februari 2020) infrastruktur LAA telah rampung dan siap digunakan. Tiang LAA yang awalnya cuma sebiji di Klaten kini telah terpasang di seluruh koridor Jogja Solo. Selanjutnya armada KRL mulai dikirim baik buatan PT. INKA maupun trainset JR 205 ex-Jepang (setipe dengan Fujikyu 6000 Series yang dipake Fujikyu Railway Commuter).
Beroperasinya KRL Joglo menandai era baru dan kemajuan layanan komuter di Daop 6 Yogyakarta. Sebagai penghubung dua kota penting di era Kesultanan Mataram dulu yang sekarang jadi destinasi wisata utama di selatan Jawa. KA Prameks sendiri masih tetap eksis melayani Kutoarjo-Jogja. Sebagai feeder KRL Joglo dan KAJJ tujuan akhir Kutoarjo.
Leave a Reply