01 Kereta Api Argo Parahyangan Kini Terancam KCJB

Kereta Api Argo Parahyangan Kini Terancam KCJB

Kereta Api Argo Parahyangan sempat punya 7 trainset dan jadi tambang uang operator. Namun sejak Pandemi Covid-19 jumlah trainset tersebut menyusut jadi tinggal sisakan 2 saja. Ditambah ancaman KCJB. Akankah dimatikan?

Prolog

Lahir dari hasil kawin antara Sang Legenda Kereta Api Parahyangan dan Si Cepat KA Argo Gede, Kereta Api Argo Parahyangan sempat menikmati masa-masa keemasan. Terutama di periode 2017-2020.

Gegara jalan tol yang semakin macet sebagai dampak adanya proyek infrastruktur Tol Layang Muhammad Bin Zaid (MBZ) atau Jakarta Cikampek (Japek) 2, kereta api kembali dilirik.

Awalnya Punya 3 Trainset

Kereta Api Argo Parahyangan awalnya terdiri dari 3 trainset asli milik Dipo Kereta Api Bandung (BD). Dengan rincian 2 trainset terdiri dari 4 kereta eksekutif argo ditambah 1 kereta makan dan 1 kereta bisnis.

Satu trainset lagi terdiri dari 4 kereta eksekutif argo ditambah 1 kereta makan dan 3 kereta bisnis. Dua trainset menginap di Bandung (BD) sementara satunya lagi menginap di Manggarai (MRI).

Sedikit info, sebelum dibangun stasiun baru, sisi barat Stasiun Manggarai yang dekat Balai Yasa Manggarai itu adalah tempat menyimpan rangkaian Kereta Api Jarak Jauh (KAJJ).

Kehadiran Kereta Ekonomi Plus di Kereta Api Argo Parahyangan

Memasuki pertengahan 2016, Kereta Api Argo Parahyangan harus merelakan kereta bisnis nya dipakai KA Mutiara Selatan. Sebagai gantinya mendapatkan alokasi kereta ekonomi plus New Image (K3 16).

Sehingga sejak saat itu stamformasi rangkaian berubah jadi 4 kereta eksekutif argo, 1 kereta makan dan pembangkit, 4 kereta ekonomi plus New Image. Masih dengan 3 trainset milik sendiri.

Semuanya bisa dimaksimalkan, meski demikian ikut dikerahkan rangkaian-rangkaian idle kereta lain seperti KA Harina, KA Turangga, hingga KA Sembrani. Terutama di akhir pekan.

Masa Keemasan Kereta Api Argo Parahyangan

Tahun 2017 boleh dibilang merupakan masa-masa keemasan Kereta Api Argo Parahyangan. Hal itu nggak lepas dari kondisi jalan tol Cikampek hingga Purbaleunyi yang kerap dilanda kemacetan parah.

Terlebih di Tol Cikampek lagi dibangun Tol Jakarta Cikampek 2 (Japek 2) berbentuk elevated yang kelak menjadi Tol Muhammad Bin Zaid (MBZ). Hampir setiap hari okupasi titisan sang legenda selalu terisi penuh.

3 trainset sendiri ditambah idle KA Harina, Turangga, dan Sembrani dirasa udah nggak sanggup lagi menampung lonjakan penumpang. Bahkan Kereta Api Serayu juga sama selalu penuh dan habis tiketnya.

Argo Parahyangan Premium

Di tahun itu PT.KAI Daop 2 Bandung menjalankan KA Argo Parahyangan Premium. Menggunakan rangkaian ekonomi premium baru sebagai penyempurnaan dari versi sebelumnya.

Rangkaian dengan ciri khas bunga teratai ini sekaligus memunculkan semacam meme “Argo Kok Ekonomi”. Semacam sindiran bahwa ada kereta argo yang rangkaiannya kereta ekonomi semua. Sekalipun itu Premium.

Kereta ini beroperasi mulai sekitar bulan Maret 2017 hingga menjelang akhir tahun 2018. Okupasinya juga bagus. Selalu terisi penuh. Keberadaan KA Argo Parahyangan Premium menjadikan titisan Sang Legenda kini punya 4 trainset.

Idle Senja Utama Solo Terjadilah Parahyangan Reborn

Seperti belum cukup dengan tambahan trainset “Argo Kok Ekonomi”, satu lagi rangkaian idle digunakan untuk mengatasi lonjakan penumpang. Kali ini giliran KA Senja Utama Solo yang harus merelakan trainsetnya dipake.

KA Senja Utama Solo waktu itu beroperasi dengan stamformasi Full Kereta Bisnis (K2). Hal itu seolah mengingatkan kita pada Kereta Api Parahyangan di awal-awal operasionalnya yang juga full kereta bisnis (K2).

Nggak heran bila terjadi Parahyangan Reborn waktu itu. Bedanya jika semua Kereta Api Argo Parahyangan rutenya dari dan menuju Stasiun Gambir, untuk Argo Parahyangan Tambahan ini justru rutenya Stasiun Jakarta Pasar Senen

Namun keberadaan Parahyangan Reborn nggak berlangsung lama. Di 2018 trainset Senja Utama Solo berubah jadi campuran eksekutif-bisnis. Sebelum akhirnya menjadi Eksekutif-Premium gunakan trainset stainless steel.

Pelopor Rangkaian Stainless Steel

Maret 2018 jadi sejarah baru bagi perkeretapian Indonesia. Untuk pertama kalinya diperkenalkan rangkaian kereta api berbody stainless steel. Nah Kereta Api Argo Parahyangan menjadi yang pertama operasikan kereta baru ini.

Statusnya pada saat itu masih KA Argo Parahyangan Tambahan dengan status PLB (Pemberangkatan Luar Biasa). Kepemilikannya pun di Jakarta Kota (JAKK). Inilah satu-satunya KA Argo Parahyangan Tambahan dengan trainset sendiri.

Dengan demikian Kereta Api Argo Parahyangan punya 5 trainset dengan rincian 4 trainset milik Dipo Bandung (BD) dan 1 milik Jakarta Kota (JAKK). Selain pelopor stainless steel sekaligus terminus di Stasiun Kiaracondong.

Tambahan Trainset ex-Argo Wilis

Masih di 2018 tepatnya memasuki pertengahan tahun, Kereta Api Argo Parahyangan lagi-lagi mendapatkan alokasi trainset ex-Argo Wilis. Dimana KA Argo Wilis sendiri mulai menggunakan trainset Stainless Steel.

Tentunya ini menjadikannya trainset sendiri sehingga kini berjumlah 6 trainset. Trainset bekas KA Argo Wilis ini milik Dipo Bandung (BD). Namun di awal-awal operasionalnya justru menginap di Jakarta.

Mulai Berubah Jadi Stainless Steel

Menjelang akhir 2018, Kereta Api Argo Parahyangan mulai berubah jadi stainless steel. Dimana trainset eksekutif argo lama digantikan Stainless Steel. Meski demikian tetap mengoperasikan kereta ekonomi plus New Image.

Ternyata trainset bekas KA Argo Wilis pun nggak lama dibawa Titisan Sang Legenda. Karena di akhir tahun langsung diganti trainset Stainless Steel. Dengan demikian semua kereta eksekutif Argo Parahyangan jadi stainless steel.

Tahun 2018 ini boleh jadi merupakan era kejayaan Kereta Api Argo Parahyangan. Selain penumpangnya terus meningkat dan hampir setiap hari selalu penuh. Juga mendapatkan alokasi trainset stainless steel baru, khususnya di kereta eksekutif.

KA Pangandaran dan Full Stainless Steel di 2019

Tanggal 2 Januari 2019 PT.KAI Daop 2 Bandung meluncurkan KA Pangandaran sebagai pengembangan Kereta Api Argo Parahyangan. Dengan dua rute yakni Gambir-Banjar PP dan Bandung-Banjar PP.

Menggunakan salah satu trainset full eksekutif stainless steel dan trainset KA Argo Parahyangan Premium. Stamformasinya mengalami penyesuaian jadi 4 kereta eksekutif dan 4 kereta premium. Ditambah pembangkit dan kereta makan.

Selain itu pada bulan Februari 2019 giliran kereta ekonomi plus nya ditingkatkan jadi premium. Mendapatkan alokasi trainset baru Premium Stainless Steel dan mutase trainset ex-Tawang Jaya Premium dari Semarang Poncol (SMC).

Adapun trainset K3 18 yang sebelumnya digunakan Argo Parahyangan Premium dan Pangandaran dimutasi ke Semarang untuk didinaskan sebagai KA Tawang Jaya Premium rute Stasiun Jakarta Pasar Senen – Semarang Tawang PP.

Kini trainset asli telah berubah seluruhnya jadi stainless steel. Ditambah lagi KA Harina, KA Turangga, disusul KA Senja Utama Solo yang idle ketiganya kerap dipakai dinas Kereta Api Argo Parahyangan.

Praktis yang bukan stainless steel tinggal idle KA Sembrani aja. Memang kereta yang sebelumnya bernama Mutiara Utara itu tetap mengoptimalkan trainset K3 16/17 nya. Nggak dapat alokasi stainless steel.

Nyaris Tanpa Idle di Gapeka 2019

Bulan Desember 2019 PT.KAI menerapkan pola perjalanan baru Gapeka 2019. Dimana ciri khasnya ialah perpanjangan rute KA Argo Wilis, KA Malabar, dan KA Turangga ke Jakarta.

Perpanjangan tersebut ikut berimbas pada Kereta Api Argo Parahyangan. Meski masih jadi tambang uang dan di puncak kejayaan, titisan sang Legenda kini hanya sedikit bahkan nyaris tanpa memakai idle kereta lain.

Tercatat hanya idle KA Sembrani dan idle KA Harina aja yang tetap dipakai Kereta Api Argo Parahyangan. Juga nggak ada lagi yang full kereta eksekutif seperti di era PLB sebelumnya.

Operasional Kereta Api Argo Parahyangan ditambahkan satu trainset mild steel yang terdiri dari 4 kereta eksekutif dan 4 kereta ekonomi plus new image. Sehingga total 7 trainset dimiliki. Rinciannya 6 milik Bandung (BD) dan 1 Jakarta Kota (JAKK).

Kereta Api Argo Parahyangan Terimbas Pandemi Covid-19

Sayangnya Gapeka 2019 hanya seumur jagung. Penyebabnya ialah pandemi Covid-19 ditandai penemuan kasus pertama di Indonesia tertanggal 2 Maret 2020. Sejak itu kasus positif terus bertambah seolah tak terkendali.

Di saat yang sama terjadi kelangkaan masker dan hand sanitizer. Pertengahan Maret 2020 pemerintah akhirnya menerapkan kebijakan pembatasan ketat dimana sektor transportasi terkena dampak paling parah.

Seluruh perjalanan kereta api jarak menengah (KAJM) dan kereta api jarak jauh (KAJJ) dihentikan. Termasuk KA Argo Parahyangan. Sejak saat itu trainset boleh dibilang jadi nggak karuan.

Rute Dikembalikan Seperti Semula

Bulan Oktober 2020, PT.KAI memberlakukan Gapeka 2020 sebagai ganti 2019. Semua rute kereta api yang sempat diperpanjang ke Jakarta dikembalikan seperti semula.

Ternyata pengembalian rute nggak semudah membalikkan telapak tangan. Khususnya dalam hal urusan trainset. Seperti KA Argo Wilis yang di Gapeka 2019 milik Jakarta Kota (JAKK) kini pulang kampung ke Bandung (BD).

Kereta Api Argo Parahyangan Tinggal Sisakan Dua Trainset

Nasib nahas harus dialami Kereta Api Argo Parahyangan. Pasalnya trainset yang semula berjumlah 8 kini tinggal tersisa 2 trainset saja yakni 1 trainset milik Dipo Bandung dan 1 trainset milik Jakarta Kota (JAKK).

Satu trainset mild steel dimutasi ke Daop 5 Purwokerto untuk didinaskan sebagai Kereta Api Kertanegara rute Purwokerto-Malang PP. Sehingga yang jadi pertanyaan kemanakah larinya 5 trainset milik Argo Parahyangan lainnya?

Dipakai KA Argo Wilis ?

Apakah kelimanya dialihkan ke KA Argo Wilis dan KA Harina? Boleh jadi demikian. Pasalnya KA Argo Wilis sebelumnya memakai trainset JAKK ketika rutenya diperpanjang ke Stasiun Gambir.

Nah gegara Pandemi Covid-19 rutenya pun dikembalikan seperti semula namun nggak ada trainsetnya. Boleh jadi karena ini pula terpaksa mengalihkan trainset Argo Parahyangan, khususnya kereta eksekutif.

KA Argo Wilis punya 2 trainset yang terdiri dari 8 kereta eksekutif. Nah boleh jadi itu mengambil dari 4 trainset milik Kereta Api Argo Parahyangan.

Bagaimana dengan KA Harina ?

Adapun KA Harina dari awal memang memakai trainset Bandung (BD). Jadi kecil kemungkinannya dialokasikan untuk KA Harina yang melayani rute Bandung-Surabaya Pasar Turi PP.

Memang masih tersisa 1 trainset lagi dari Kereta Api Argo Parahyangan yang belum terpakai. Jika hitungannya 5 trainset tadi 4 diantaranya telah diambil KA Argo Wilis. Ditambah trainset Premium. Boleh jadi trainset itu untuk cadangan.

Sulit Kembali Seperti Di Masa Keemasan

Kemanapun larinya 5 trainset itu pada intinya sulit bagi Kereta Api Argo Parahyangan untuk kembali seperti di masa keemasannya yakni di tahun 2016 hingga awal-awal 2020.

Pasalnya kini hanya tersisa 2 trainset asli. Itupun masih ditambahkan pengerahan rangkaian idle KA Harina, KA Turangga, hingga KA Mutiara Selatan. Bahkan di akhir pekan idle KA Argo Wilis pun ikut dijalankan. Belakangan ditambah KA Gajayana.

Nah melihat dari kondisi tersebut, dari segi Perka pun udah maksimal banget. Susah lah kalo ditambahin. Mau pake idle apa lagi masalahnya? KA Malabar? atau kereta lain yang ada di Jakarta? Intinya sangat sulit.

Ancaman Baru Kereta Cepat Jakarta Bandung (KCJB)

Belum lagi pulih dari pukulan Pandemi Covid-19, Argo Parahyangan kini mendapat ancaman baru yakni Kereta Cepat Jakarta Bandung (KCJB). Proyek yang awalnya kontroversial tersebut kini sudah lebih dari 80% dan telah diujicobakan.

Meskipun ujicobanya masih berbentuk uji dinamis dari Tegaluar ke sekitaran Kopo atau di jarak pendek. Namun tetap aja itu akan jadi ancaman bagi kelangsungan titisan sang legenda. Dengan kelebihan waktu tempuh 45 menit saja!

Ditambah lagi pernyataan Menteri Maritim dan Investasi yang akan menutup operasional Kereta Api Argo Parahyangan setelah KCJB beroperasi. Seolah itu menjadi lonceng kematian Titisan Sang Legenda.

Trainset asli tinggal dua ditambah jadwal yang udah maksimal banget nggak bisa ditambah-tambah lagi. Ini seolah menjadi kode bahwa Argo Parahyangan akan berakhir seiring beroperasinya KCJB kelak.

Kesimpulan

Kereta Api Argo Parahyangan pada awalnya punya 3 trainset. Namun seiring perjalanan waktu bertambah lagi hingga akhirnya punya 7 trainset. Meski harus berbagi dengan KA Pangandaran yang notabene pengembangannya.

Titisan Sang Legenda mengalami masa-masa keemasan mulai tahun 2016 hingga awal 2020. Memang sih nggak bisa lepas dari kondisi jalan tol yang macet. Masa keemasan dengan 7 trainset dan KA Pangandaran sebagai pengembangannya.

Sayang Pandemi Covid-19 mengakhiri semuanya hingga akhirnya tinggal tersisa 2 trainset saja. Kini ditengah ancaman KCJB dan kode jatuhnya vonis mati, jadwal yang ada sangat sulit untuk ditambahkan lagi.

Galeri Foto

Referensi

Kumparan Bisnis. 2022. Luhut: Kereta Cepat Sudah Rampung 80 Persen. Jakarta: Kumparan.Com

Kumparan Bisnis. 2022. Luhut Pastikan KA Argo Parahyangan Ditutup saat Ada Kereta Cepat. Jakarta: Kumparan.Com