Kereta Api Galunggung sempat jadi fenomena di akhir tahun 2018 lewat promo tiket gratis nya. Namun berubah drastis jadi sepi saat pemberlakuan tarif komersial. Kenaikan Tarif, Pandemi Covid-19, dan ketiadaan trainset membuatnya harus berhenti beroperasi.
Kereta Api yang khusus ke Tasikmalaya memang belum ada. Selama ini PT. KAI lebih memilih memaksimalkan rangkaian kereta yang ada untuk tujuan kota santri tersebut. Bahkan di KAJJ komersial disediakan tarif khusus (parsial). Minat menggunakan kereta api terutama dari Bandung memang terbilang rendah untuk destinasi tersebut.
Dulu memang pernah ada tapi akhirnya harus ditutup gegara okupasinya minim. Harga tiket dipatok jauh lebih mahal daripada bus. Padahal jalur Bandung – Tasikmalaya merupakan jalur gemuk transportasi bus. Nah persaingan dengan bus inilah yang akhirnya membuat kereta api ditinggalkan.
Karena itu daripada harus merugi, PT. KAI lebih memilih memanfaatkan rangkaian kereta jurusan Jawa Tengah (selatan) dan Jawa Timur untuk rute Priangan Timur, termasuk Tasikmalaya.
Kereta Api Galunggung Penyempurnaan Patas Bandung Raya
Sebelumnya PT.KAI Daop 2 Bandung pernah memanfaatkan trainset idle milik KA Kahuripan untuk KA Patas Bandung Raya. Sebelum Gapeka 2019 KA Kahuripan memang dimiliki oleh Dipo Kereta Api Blitar. Sementara nggak ada lagi rangkaian punya Blitar di Bandung dan Kiaracondong, otomatis setelah tiba di Stasiun Kiaracondong, rangkaian tersebut idle (menganggur).
Karenanya layanan kereta Patas Bandung Raya yang telah terhenti sejak tahun 2015 coba dihidupkan lagi. Kali ini memanfaatkan idle KA Kahuripan di pagi dan siang hari. Namun sangat disayangkan, jadwalnya seperti kurang bersahabat. Berangkat dari Kiaracondong di pagi buta, hanya berselang satu jam setengah setelah dinas KA Kahuripan, menuju Stasiun Cicalengka.
Pastinya jadwal sepagi itu sangat minim penumpang. Ditambah lagi bila ingin mengakomodasi penumpang KA Kahuripan ke Cicalengka itu juga sama nggak masuk akal. Pasalnya KA Kahuripan sendiri punya jadwal berhenti di sana. Nah dari Cicalengka nya juga pagi langsung full trip Padalarang. Lalu balik lagi ke Kiaracondong dan idle. Cuma tersedia perjalanan pagi. Entah nggak menemukan slot yang tepat atau gimana.
Hanya jadwal akhir pekan yang bersahabat. Hasilnya okupasi KA Patas Bandung Raya sangat minim. Layanannya pun ditutup di bulan Oktober 2018. Kereta itu lagi-lagi harus idle. Nah, 24 Desember 2018, lagi-lagi KAI membuat gebrakan dengan sekali lagi memanfaatkan idle Kahuripan. Namun kali ini layanannya ditingkatkan jadi KA Galunggung melayani rute Kiaracondong-Tasikmalaya PP.
Di bulan pertama KA Galunggung digratiskan. Meski demikian penumpang yang ingin naik harus mendaftar langsung ke Stasiun Kiaracondong untuk mendapatkan kuota. Nggak ada layanan pembelian tiket online. Tentunya dengan layanan gratis itu langsung meningkatkan okupasi KA Galunggung.
Jelaslah siapa sih yang nggak mau gratisan? Walaupun menaiki KA Galunggung hanya sekedar iseng aja. Begitu nyampe di Tasikmalaya langsung balik lagi ke Bandung.
Satu atau dua bulan kemudian, seiring dioperasikannya juga KA Pangandaran sebagai pengembangan KA Argo Parahyangan, PT.KAI menetapkan tarif promo sebesar Rp 1.000,00 untuk KA Galunggung. Meski kini nggak lagi gratis minat masyarakat tetap tinggi.
Saat itu KA Galunggung juga berhenti di Stasiun Rancaekek, Stasiun Cicalengka, Stasiun Nagreg, Stasiun Leles, Stasiun Cibatu, dan Stasiun Cipeundeuy. Dari arah Tasikmalaya ada pemberhentian di Stasiun Karangsari sebagai ganti Leles untuk disilang KA Pangandaran dari Stasiun Gambir ke Banjar.
Tarif Komersial Diberlakukan Langsung Sepi
Habis lebaran 2019 tepatnya pada bulan Juli, PT.KAI menetapkan tarif komersial untuk Kereta Api Galunggung. Tarif ditetapkan sebesar Rp 35.000,00 atau naik 35x lipat. Walaupun sebetulnya cukup terjangkau, okupasi kereta api langsung mengalami penurunan hingga sepi.
Udah nggak sama lagi seperti masih pake tarif promo Rp 1.000,00. Kereta Api Galunggung dianggap nggak lebih dari kelanjutan KA Patas Bandung Raya yang rutenya diperpanjang ke Tasikmalaya. Karena kebetulan saat itu juga memakai idle KA Kahuripan.
Cuma bedanya yang ini tarifnya Rp 35.000,00. Diberlakukan jauh maupun dekat. Bahkan kalo hanya naik Kiaracondong-Cicalengka tetap dikenakan tarif segitu. Jelas nggak worth it banget. Sepinya okupasi pasca penetapan tarif komersial non subsidi dianggap karena jadwal kereta kurang bersahabat. Cuma tersedia perjalanan pagi hari. Maklum aja namanya juga meminjam trainset lain.
Sebetulnya sih Kereta Api Galunggung sasarannya bukan hanya penumpang tujuan Tasikmalaya, tapi juga Garut. Karena kereta ini berhenti di Stasiun Leles (arah Tasikmalaya), Stasiun Karangsari (arah Kiaracondong), Stasiun Cibatu, dan Stasiun Cipeundeuy. Namun okupasi penumpang Garut pun nggak seberapa. Secara jalur percabangan Cibatu-Garut waktu itu juga masih dalam tahap pengerjaan reaktivasi.
Gapeka 2019 Pakai Rangkaian KA Lokal Bandung Raya
Bulan Desember 2019 PT. KAI memberlakukan Gapeka 2019. Harapannya ada angin segar untuk operasional Kereta Api Galunggung. Banyak yang memprediksi punya rangkaian sendiri. Namun harapan tinggalah harapan. Di Gapeka 2019, Galunggung malah lebih parah lagi. Memakai rangkaian KA Lokal Bandung Raya yang notabene sudah sepuh.
Adapun KA Kahuripan berganti kepemilikan jadi Dipo Kereta Api Bandung, bersama KA Pasundan. Keduanya saling bertukar rangkaian (rolling and sharing).
Menggunakan rangkaian lokalan jelas mengundang konsekuensi lain. Jika sebelumnya punya layanan restorasi layaknya KAJJ pada umumnya, kali ini nggak setiap perka punya layanan tersebut. Bila rangkaian lokal yang dipinjam kebetulan memakai KP3 atau Kereta Penumpang dan Pembangkit, jangan harap ada layanan restorasi dan bisa menikmati makanan khas kereta api.
Justru adanya sebatas cemilan ringan dan minuman dalam kemasan. Di sini aja udah satu kemunduran. Ditambah rangkaian uzur juga. Bahkan kadang membawa kereta ex-Tragedi Bintaro.
perjalanan masih sama pagi. Cuma Kereta Api Galunggung versi Gapeka 2019 itu mula-mula beroperasi sebagai KA Lokal Bandung Raya dari Padalarang ke Kiaracondong. Nah tiba di Stasiun Kiaracondong langsung siap-siap untuk beroperasi lagi sebagai KA Galunggung jurusan Tasikmalaya.
Pemberhentian nggak jauh beda. Hanya saja kali ini berjalan langsung di Stasiun Nagreg dan Stasiun Karangsari. Sebagai gantinya berhenti di Stasiun Leles dari dua arah. Beda dengan sebelumnya yang searah ke Tasikmalaya.
Balik dari Tasikmalaya, kereta ini tiba di Stasiun Kiaracondong udah hampir maghrib. Nggak lama berselang dinas lagi sebagai KA Lokal Bandung Raya tujuan Padalarang. Abis itu ya terus dinas lokalan sampai malam. Nah untuk KA Lokal dengan rute Padalarang-Kiaracondong PP ini yang sharing Galunggung tarifnya Rp 4.000,00 saja.
Karena Kereta Api Galunggung nya pake rangkaian Lokal, apakah penumpang lokal yang trainsetnya dipake itu bisa tetap di dalam kereta ketika di Stasiun Kiaracondong? Jawabannya jelas nggak bisa.
Sebagaimana kereta api jarak menengah dan jauh pada umumnya, Kereta Api Galunggung memberlakukan ketentuan check in dan boarding pass. Artinya kalo waktu itu kamu kebetulan penumpang lokalan yang trainsetnya dipake Galunggung, itu kamu mesti keluar dulu via pintu selatan. Check in dan boarding baru deh bisa balik lagi ke kereta itu. Tentunya sesuai dengan tempat duduk yang telah kamu booking.
Gimana dengan okupasi Kereta Api Galunggung rangkaian Lokal tersebut? Sayangnya nggak ada perubahan. Di weekdays bahkan dibawah 30% begitupula weekend yang diharapkan bisa full karena banyak yang hendak berwisata okupasinya nggak pernah lebih dari 60%.
Kalo dibilang merugi jelas iya. Terlebih dengan meniadakan pemberhentian di Stasiun Nagreg. Padahal sebelum Gapeka 2019 terlebih masih promo, nggak sedikit yang naik dan turun di situ.
Pandemi Covid-19 Hentikan Kereta Api Galunggung
Sayangnya Gapeka 2019 hanya seumur jagung. Tanggal 2 Maret 2020 pemerintah mengumumkan kasus pertama Covid-19. Setelah itu kasus positif terus mengalami kenaikan. Berbanding lurus dengan jumlah kematian. Meski yang sembuh juga ada, namun di awal-awal malah lebih sedikit.
Kondisi terus berlangsung selama sebulan. Virus malah terus menyebar ke kota-kota lain dari awalnya cuma di Jakarta dan Depok. Dibarengi kelangkaan masker dan hand sanitizer. Waktu itu juga belum ada obat dan vaksin. Bulan April 2020 untuk mengendalikan wabah, pemerintah akhirnya menetapkan kebijakan pembatasan total.
PT KAI menindaklanjuti hal tersebut dengan membatalkan perjalanan kereta api jarak menengah dan jarak jauh. Kereta Api Galunggung termasuk yang terdampak kebijakan ini. Malah udah kena duluan karena sebelum pembatasan total, Pemkab Tasikmalaya udah duluan menerapkan karantina wilayah.
Stasiun Tasikmalaya yang jadi destinasi akhir juga ditutup. Semua perjalanan kereta api berjalan langsung. Entah bagaimana dengan Galunggung ketika itu? Bisa jadi dibatalkan atau dipotong jadi cuma nyampe Cibatu misalnya.
Sejak saat itu Gapeka 2019 otomatis selesai. Kalopun masih ada nggak lebih dari perjalanan kereta api lokal aja. Itupun terbatas di wilayah Bandung Raya. Nggak tembus ke Cibatu dan Purwakarta. Pembatasan total berlangsung sampai Juni 2020. Setelahnya beberapa KAJJ kembali dijalankan namun sangat terbatas.
Namun itu nggak berlaku untuk Kereta Api Galunggung. Bahkan hingga kini, ketika perjalanan mulai sedikit agak dilonggarkan dan KAJJ udah banyak yang beroperasi lagi, tetap aja Galunggung nggak jalan. Kabar terakhir memang telah dihapus dari Gapeka 2020. Jadi bisa disimpulkan bahwa Pandemi Covid-19 lah yang menghentikan Kereta Api Galunggung.
Leave a Reply