Nasib Miris Kereta Api ke Banjar Dari Galuh hingga Pangandaran

Nasib Miris Kereta Api ke Banjar: Dari Galuh Hingga Pangandaran

Entah kenapa Kereta Api ke Banjar selalu mengalami nasib miris. Udah tiga kali kejadian lho. Dulu ada KA Galuh yang penuh tapi boncos. Lanjut Priangan Ekspres yang nggak jelas. Terbaru tentu saja Pangandaran.

Pendahuluan

Dilihat dari stasiunnya, Banjar Patroman memang boleh dibilang nanggung banget. Terlebih sejak percabangan menuju Pangandaran dan Cijulang ditutup di awal dekade 1980-an. Di sekitar stasiun pun nggak terlalu banyak spot istimewa. Hanya begitu doang.

Stasiunnya sih cukup besar ya. Bisa dibilang udah masuk stasiun kelas 1. Tapi kenapa kok setiap kali ada kereta yang mengakhiri perjalanan di stasiun ini nasibnya selalu apes? Semua berujung penutupan gegara okupansi minim dan mengalami kerugian.

Saingan Dengan Bus

Nggak disangkal lagi persaingan dengan moda transportasi darat lainnya seperti bus jadi sebab kondisi apes kereta api dengan jurusan akhir Stasiun Banjar. Seperti yang udah-udah, kereta selalu kalah saing lantaran tiketnya lebih mahal dari bus.

Ditambah lagi nggak ada fleksibilitas. Penumpang dituntut untuk turun di stasiun yang telah ditentukan. Kebanyakan penumpang bus itu turun sebelum destinasi akhir. Misalnya aja di Bojong dan Karangpucung. Nah inilah yang nggak dimiliki kereta api. 

Kereta Api ke Banjar: Dari Boncos Hingga Fatamorgana

Jika kita bicara tentang kereta api ke Banjar tentu punya sejarah panjang. Stasiun Banjar itu sendiri dibangun sebagai bagian dari Jalur Kereta Dari Garut ke Cilacap. Ketika seluruh pulau Jawa telah tersambung, dibangun lintas cabang menuju Pangandaran dan Cijulang.

Sayangnya percabangan ini harus non-aktif di awal dekade 1980-an. Telah banyak wacana berkembang menghidupkan lagi jalur legendaris ini. Selama itu pula Stasiun Banjar coba dimaksimalkan untuk mengakomodasi segmen tersebut.

Kereta Api ke Banjar : Galuh Kok Bisa Boncos Ya?

Sepanjang dekade 1980-an hingga pergantian millenium pernah ada Kereta Api Galuh. Rangkaian ekonomi reguler ini melayani rute Jakarta – Banjar PP. Berangkat dari Stasiun Jakarta Pasar Senen. Meski belakangan sempat juga dari Tanah Abang.

Selama beroperasi kereta ini nyaris selalu penuh. Saking padatnya sampai ada yang berdiri. Maklum jaman itu belum ada pembatasan 100% seperti sekarang. Nahas walaupun begitu secara keuangan malah boncos (merugi).

Bahkan Kereta Api Galuh pernah mengalami kecelakaan fatal nggak jauh dari Stasiun Cirahayu. Ketika itu tengah digabung dengan KA Kahuripan mengalami rem blong dan tergelincir di sebuah jembatan nggak jauh dari situ. Insiden yang dikenal dengan Tragedi Trowek 1995.

Kok bisa ya boncos? Apakah gegara Tragedi Trowek 1995? Jangan lupa di jamannya orang bebas keluar masuk stasiun. Naik kereta tanpa membeli tiket itu udah lumayan jamak. Nah faktor ini bisa menjadikan kerugian operasional. Hingga akhirnya Kereta Api Galuh terkena rasionalisasi dan harus pensiun.

Kereta Api ke Banjar : Priangan Ekspres Nggak Lihat Sikon Kah?

Datang disaat yang tak tepat. Seperti itulah gambaran KA Priangan Ekspres ketika dioperasikan menjelang akhir 2008. Sekilas ada peningkatan layanan menjadi eksekutif dan bisnis (komersial). Namun sayangnya perkeretaapian di Priangan kala itu sedang mengalami masa sulit.

Semua nggak bisa lepas dari beroperasinya Tol Cipularang. Perjalanan menggunakan Travel Jakarta Bandung lagi ngetrend kala itu. Hal tersebut mempengaruhi okupansi KA Parahyangan, dimana kereta terus mengalami kerugian.

Namun ditengah kondisi itu datanglah Priangan Ekspres. Cuma bedanya ini diberangkatkan dari Stasiun Jakarta Pasar Senen. Memutar lewat Tanah Abang dan Manggarai. Awalnya operator menyasar para pedagang di Pasar Senen dan Tanah Abang.

Namun apa yang terjadi? Ternyata peminatnya sangat minim. Bahkan segmen Jakarta Bandung pun nggak menolong. Kondisi ini memaksa Priangan Ekspres harus berhenti dinas jelang Semester 2 tahun 2009. Disusul Kereta Api Parahyangan setahun kemudian. Untuk kedua kali Kereta Api ke Banjar berakhir ngenesi.

Fatamorgana Kereta Api Pangandaran

Tanggal 2 Januari 2019 PT KAI meluncurkan Kereta Api Pangandaran. Sebagai pengembangan dari KA Argo Parahyangan yang waktu itu tengah booming okupansi. Macetnya jalan tol membuat segmen Jakarta Bandung dilirik lagi hingga jadi tambang uang.

Pengembangan itu dalam wujud perpanjangan rute hingga Stasiun Banjar dan diberi nama Pangandaran. Nggak hanya itu pihak Provinsi Jawa Barat juga ikut memasarkan kereta itu bahkan memberi subsidi tarif besar hingga berani menjual tiketnya hanya seribu rupiah!

Di fase-fase awal sampai pertengahan tahun okupansi Kereta Api Pangandaran sangat bagus. Meskipun tetap aja banyak kekurangan terutama dari sisi rusaknya fasilitas yang diakibatkan oleh penumpang sendiri. Namun prospek bagus ini hanya terlihat ketika promo itu. Begitu tarif dinormalkan seketika okupansinya anjlok!

Prospek cerah ternyata hanya fatamorgana belaka. Kereta Api ke Banjar nyaris mengalami kegagalan ketiga. Hal itu nggak bisa dihindari lagi kala Pandemi Covid-19 mulai melanda Indonesia di tahun 2020. Bahkan sekarang Kereta Api Pangandaran telah resmi dicoret dari Gapeka 2023.

Kereta Api Ke Banjar untuk Branding Pangandaran Kurang Tepat

Dalam Kasus Kereta Api Pangandaran sebetulnya juga ada dua misi. Pertama untuk memasarkan destinasi wisata pantai Pangandaran yang udah cukup terkenal. Kedua sebagai pijakan awal program reaktivasi segmen Pangandaran-Cijulang.

Jadi untuk sementara destinasinya memang hanya sampai Banjar. Sampai jalur dibuka lagi pihak operator menyediakan angkutan lanjutan. Namun langkah ini pun sepertinya nggak jelas. Sehingga ketika waktunya untuk normalisasi tarif okupansi kereta api ke Banjar ini anjlok banget. Bahkan untuk relasi Bandung-Banjar nyaris tanpa penumpang!

Disamping dua misi tadi, di sini juga memunculkan dua kesalahan. Pertama pihak operator nggak mau belajar dari pengalaman mengoperasikan Kereta Api ke Banjar sebelumnya yang selalu berakhir apes. Udah dua kali beroperasi sebanyak itupula boncos nya.

Kesalahan kedua adalah membranding Pangandaran sepaket wacana reaktivasi. Sampai ingin menyediakan shuttle dari Stasiun Banjar. Padahal stasiun di jalur utama yang terdekat dengan Pantai Pangandaran itu justru Sidareja bukan Banjar. Nah, Kereta Api Pangandaran ini harusnya sampai Stasiun Sidareja.

Jangan Lagi Berharap Manfaatkan Yang Ada

Apakah Kereta Api Pangandaran bisa dioperasikan lagi? Pertanyaan bagus sih. Kalo mau bisa dengan catatan rutenya Gambir-Sidareja PP. Namun sepertinya hal itu akan sulit untuk diwujudkan. Untuk sekarang mah jangan lagi berharap. Manfaatkan yang ada seperti Serayu, KA Baturraden Ekspres, dan kereta lainnya untuk ke Sidareja.

Toh secara kereta api Pangandaran udah dihapus dari Gapeka 2023. Operator juga sedang berusaha bangkit setelah mengalami periode sulit Pandemi Covid-19. Sehingga yang dioperasikan hanyalah yang marketnya udah jelas.

Kesimpulan

Pernah ada 3 Kereta Api Ke Banjar. Semuanya harus berakhir apes dan miris. Mengalami boncos walaupun terisi penuh hingga beneran okupansi minim. Terlepas dari persaingan sengit dengan bus. Bahkan yang terakhir Kereta Api Pangandaran juga disertai kesalahan dalam marketing dan branding nya.

Padahal kalo alasannya wisata Pantai Pangandaran harusnya mengakhiri perjalanan di Stasiun Sidareja. Mengingat inilah stasiun di jalur utama yang terdekat dengan Pantai Pangandaran.

Saat ini keretanya udah dihapus dari Gapeka 2023. Makanya itu nggak usahlah banyak berharap untuk melihatnya beroperasi lagi. Manfaatkan aja apa yang ada seperti Serayu, KA Baturraden Ekspres, dan kereta lainnya.

Galeri Foto