Update Terkini

1 2 3

Kereta Komuter dan Perintis

Kereta komuter adalah rangkaian kereta lokal atau dalam kota untuk menunjang rutinitas harian warganya. Bedanya dengan jarak jauh, komuter tak mengharuskan adanya proses boarding. Hanya modal Kartu Uang Elektronik (KUE) atau QR Code aja kamu udah bisa naik. Namun karena nggak pake boarding itu juga, nggak ada pembatasan jumlah penumpang berdasarkan tempat duduk.

Kereta seperti ini biasanya merupakan layanan angkutan perkotaan. Beroperasinya hanya di dalam kota atau di wilayah aglomerasi tertentu seperti Jabodetabek, Bandung Raya, atau Solo Raya. Jadi sifatnya lebih lokal dari Kereta Aglomerasi yang udah tingkat provinsi dan menggunakan pola layaknya KAJJ.

Kereta perkotaan biasa digunakan oleh kaum urban mulai pelajar, mahasiswa, dan pekerja. Bahkan terlihat pedagang pun seringkali memanfaatkan layanan ini.

Jadi dengan kata lain kereta seperti ini biasanya untuk mendukung aktivitas dan rutinitas harian warga kota atau kabupaten.

Kereta seperti ini secara kasat mata memang nggak ubahnya layanan bus. Tak ada pembatasan jumlah penumpang dan tanpa adanya proses boarding. Tapi tentu penumpang juga nggak bisa asal naik. Kalo kapasitas udah maksimal lebih baik menunggu kereta berikutnya.


Kereta Komuter – Dari Kereta Konvensional hingga KRL

Rangkaian kereta komuter sangat bervariasi walaupun secara layanan hanya tersedia satu kelas yakni ekonomi atau yang setara. Besaran tarif pun turut bervariasi. Ada yang menggunakan tarif flat, ada juga berdasarkan jarak. Bahkan untuk komuter karena merupakan penunjang aktivitas dan rutinitas harian warga mendapatkan subsidi dari pemerintah.

Untuk keretanya ada yang menggunakan rangkaian kereta konvensional ditarik lokomotif layaknya KAJJ dan Kereta Aglomerasi yang menerapkan Boarding. Sebagian lagi menggunakan KRL (Kereta Rel Listrik). Nah untuk yang ini ada lagi beberapa variasi. Ada yang di permukaan, bawah tanah, dan elevated. Rangkaian LRT yang menggunakan listrik aliran bawah pun sebenarnya masuk ke sini. Di tengah dominasi KRL dan Kereta Konvensional, masih terselip sebagian kecil komuter yang menggunakan rangkaian KRD (Kereta Rel Diesel).

Kereta Konvensional – Rangkaian Ekonomi 106 Penumpang

Kereta komuter ternyata ada yang masih menggunakan rangkaian kereta konvensional yang ditarik lokomotif. Seperti terjadi pada Commuter Line Bandung Raya, Garut, hingga Commuter Line Dhoho dan Penataran.

Trainsetnya menggunakan kereta ekonomi kapasitas 106 penumpang layaknya KAJJ ekonomi reguler bersubsidi. Dari segi kapasitas memang ideal. Meski begitu disini memperbolehkan untuk mengangkut penumpang berdiri (tanpa tempat duduk) dengan batasan 150% dari kapasitas kereta.

Kereta Rel Listrik (KRL) Mulai Banyak Dipakai

Berbicara soal kereta komuter terutama yang telah mendapat nama Commuter Line pastilah nggak akan bisa lepas dari Kereta Rel Listrik (KRL). Bila melihat dari sejarah, KRL memang telah ada sejak tahun 1920-an. Namun mengalami penyempurnaan di tahun 1976.

Awalnya hanya di lintas Jabodetabek saja, namun seiring waktu KRL juga digunakan di Lintas kereta Api Mataram (Vortenslanden) koridor Jogja-Palur. Lebih dari itu kereta komuter yang hanya beroperasi di dalam kota seperti MRT Jakarta, LRT Jakarta, dan LRT Jabodebek juga menggunakan tenaga listrik. Sehingga KRL mulai banyak digunakan untuk komuter.

Bahkan telah dipersiapkan operasional Commuter Line Bandung Raya yang saat ini masih menggunakan kereta konvensional untuk dikonversi ke KRL. Dengan tahap awal menjadikan koridor Padalarang-Cicalengka double track dan diikuti dengan elektrifikasi.

Kereta Rel Diesel (KRD) Tetap Eksis

Nggak ketinggalan beberapa rangkaian komuter juga menggunakan Kereta Rel Diesel (KRD). Seperti halnya KRL, KRD beroperasi tanpa menggunakan lokomotif sebagai penarik.

Komuter yang masih menggunakan KRD antaralain: KA Prameks, KA Kedungsepur, dan Commuter Line Indro-Porong. Masih sedikit memang karena unit KRD ini kerap mengalami masalah dan nggak setahan KRL.

Operator Kereta Komuter

Mayoritas kereta komuter dioperasikan oleh PT. Kereta Commuter Indonesia (KCI). Mulai dari KRL Jabodetabek dan Rangkasbitung, Lintas Merak, Commuter Line Bandung Raya, Garut, Walahar, KA Prameks, KRL Joglo, Commuter Line Dhoho, Penataran, Tumapel, hingga Indro-Porong.

Namun PT. KAI sendiri masih mengoperasikan KA Kedungsepur di rute Semarang Poncol – Ngrombo PP (Daop 4 Semarang). Kemudian Divisi LRT Jabodebek untuk mengoperasikan 2 koridor LRT yakni Bekasi dan Cibubur Line. Ditambah lagi MRTJ yang mengoperasikan kereta MRT Jakarta (Ratangga) dan JakPro sebagai operator LRT Jakarta


Beda Kereta Komuter dan Perintis

Sejatinya nggak ada beda antara kereta komuter dengan perintis. Namun bedanya kereta perintis biasanya dioperasikan karena ada permintaan dari pemerintah daerah. Boleh diartikan sebagai penugasan oleh negara secara tidak langsung. Karena itu dari segi tarif pun otomatis mendapatkan subsidi dari pemerintah. Operatornya pun masih PT. KAI. Sebagai contoh KA Siliwangi (Daop 1 Jakarta) dan KA Batara Kresna (Daop 6 Yogyakarta).