Anggap aja kereta Lawang Sewu itu monument Lokomotif C23 dan replika Bon Bon. Posisinya masih jauh dari Stasiun Semarang Tawang Bank Jateng. Identik si ular besi karena dulunya merupakan kantor NISM dan tercatat sebagai asset PT. KAI.
Prologue
Kunjungan ke Lawang Sewu Semarang masuk katagori Naik Kereta Api. Sebenarnya nggak aneh sih. Bukan sekali itu aja kunjungan museum dimasukkan sebagai Trip Report. Sebelumnya udah pernah Museum Brawijaya Gerbong Maut Tak Terpisahkan dan Kereta di Museum Angkut.
Masih ingat ketika zaman SD habis karyawisata ke museum dikasih tugas mengarang sama Guru Bahasa Indonesia? Nah tanpa kamu sadari itu sebenarnya Trip Report. Karena itulah kunjungan Museum Lawang Sewu akhirnya masuk Trip Report (Naik Kereta Api).
Wisata Lawang Sewu Masih Terkait Si Ular Besi
Dilihat dari sejarahnya, wisata Lawang Sewu sejatinya masih berkaitan dengan si ular besi. Walaupaun posisi gedung bersejarah ini masih jauh dari Stasiun Semarang Tawang Bank Jateng. Ketika selesai dibangun tahun 1907 merupakan kantor operator kereta swasta Hindia Belanda, NISM. Kini juga telah tercatat sebagai asset PT. KAI.
Kereta Lawang Sewu : Fungsi Awal dan Koleksi Museum
Jadi sebetulnya kereta lawang sewu ini bukanlah secara fisik ada kereta api yang langsung menuju tempat bersejarah tersebut. Toh posisinya aja di Pusat Kota. Sedangkan Stasiun Tawang merupakan bagian dari Kota Lama Semarang.
Di sini kaitannya justru dilihat dari siapa yang membangun Lawang Sewu Semarang. Nggak lain ialah NISM (Nederlandsch Indische Spoorweg Maatschappij), lalu difungsikan sebagai kantor administrasi.
Pasca renovasi lalu dijadikan Museum Lawang Sewu. Tempat koleksi benda-benda terkait dengan dunia perkeretaapian. Berbagai koleksi foto hingga infografis sejarah kereta api juga ada di sini. Nah atas dasar itulah masih relevan buat wisata kereta api walaupun jauh dari rel.
Kereta Lawang Sewu : Monumen dan Replika
Kalopun mau agak maksa, kebetulan di halaman depan Lawang Sewu Semarang terpajang monument Lokomotif Uap C23 ex lintas Purwosari – Boyolali. Relevan dengan fungsi awal, loko ini juga didatangkan dan dimiliki oleh NISM.
Selain itu masih ada replika lokomotif listrik bon bon di halaman belakang. Dibuat begini karena unit aslinya masih eksis dan ada di Balai Yasa Manggarai. Walaupun telah dimodifkasi pakai suku cadang Rheostatik. Dikeluarkan hanya saat tertentu seperti HUT DKI Jakarta.
Kesimpulan
Kereta Lawang Sewu sebetulnya lebih terkait dengan pendiri awal dan fungsi bangunan di Pusat Kota Semarang ini. Terlebih saat ini telah dijadikan salah satu museum perkeretaapian Indonesia. Kalo mau agak maksa, anggaplah monumen Lokomotif C23 dan replika Bon Bon yang dipajang di sini.
Leave a Reply