Sebuah monumen berdiri di halaman Benteng Vreideberg. Itu adalah Lokomotif Bima Kunting. Lokomotif Diesel Pertama buatan Dalam Negeri. Meskipun semasa beroperasi hingga 1980-an sebatas inspeksi atau langsiran. Tetap merupakan satu kebanggaan.
Pendahuluan
Hampir semua lokomotif yang beroperasi di Indonesia itu buatan luar negeri. Khususnya Amerika Serikat dari Pabrikan General Electrik. Mulai dari CC 201, 203 hingga 206. Sempat ada unit buatan Eropa seperti BB 301 dan 304. Tetapi semuanya telah purnatugas atau hanya sebatas untuk langsiran.
Ditengah gempuran unit impor itu ada satu yang buatan dalam negeri yakni CC300 Dengan warna merahnya. Namun CC300 hanya dipakai untuk inspeksi. Karena CC300 itu milik DJKA bukan PT. KAI. Sebetulnya CC300 bukanlah yang pertama produksi dalam negeri. Jauh sebelum itu sebetulnya pernah ada lokomotif diesel karya anak bangsa. Seperti apakah wujudnya?
Lokomotif BIma Kunting : Mahakarya Balai Yasa Yogyakarta
Jika kita menengok Balai Yasa Yogyakarta pastilah yang pertama kali terlintas ialah bengkel untuk reparasi sarana yang mengalami PLH. Bahkan itu seolah-olah seperti telah melekat. Nggak bisa terpisahkan dari bengkel besar yang juga punya nama Balai Yasa Pengok.
Nggak salah sih kalo mengesankan Balai Yasa Yogyakarta peninggalan NISM itu spesialisnya reparasi kereta ex-PLH. Meskipun juga untuk perawatan rutin agar tetap bisa operasional. Namun siapa sangka di masa lalu Balai Yasa Yogyakarta pernah punya sebuah mahakarya yang patut dibanggakan.
Mahakarya itu berwujud Lokomotif Bima Kunting. Sebuah lokomotif diesel mini yang dibuat di bengkel tersebut. Sarana tersebut dibuat pada tahun 1960 dengan peruntukan inspeksi dan langsiran di Balai Yasa Yogyakarta.
Lokomotif Bima Kunting : Dari Cerita Wayang
Cerita wayang memang seringkali dijadikan nama sebuah kereta. Asal usul nama Bima Kunting itu memang dari lakon pewayangan. Tepatnya sosok Raden Setyaki (Bimo Kunthing) dengan perawakan kecil namun memiliki kekuatan besar. Nah dari sini terlihat jelas filosofi dari lokomotif ini.
Meskipun ukurannya kecil mampu melangsir atau menarik unit kereta atau gerbong barang yang lebih besar. Lokomotif ini beroperasi di lebar spoor 1.067 mm.
Terdiri dari 3 Unit dan Hanya Satu Operasional
Lokomotif diesel pertama karya anak bangsa ini diproduksi sebanyak 3 unit. Terdiri dari B100 (Bima Kunting 1), B200 (Bima Kunting 2), dan B201 (Bima Kunting 3). Dari ketiganya hanya satu yang masih operasional. Itupun hanya untuk keperluan wisata edukasi anak di Taman Lalu Lintas Kota Bandung. Unit tersebut ialah Bima Kunting 1.
Bima Kunting 1 mulai beroperasi pada tahun 1963. Waktu itu peruntukannya kereta inspeksi. Nah begitu purnatugas langsung mutasi ke Bandung untuk ditempatkan di Taman Lalu Lintas.
Sementara itu Bima Kunting 2 nasibnya hingga kini masih belum jelas. Statusnya sudah TSGO (Tidak Siap Guna Operasi) sejak dekade 1980-an. Namun karena belum jelas itu, langkah penyelamatan belum bisa dilakukan.
Gimana dengan Bima Kunting 3? Nasibnya masih lebih baik. Meskipun udah TSGO, lokomotif ini masih bisa kita temui di Benteng Vreideburg Yogyakarta sebagai monumen statis. Sebelumnya Bima Kunting 3 teronggok di halaman kantor Balai Yasa Yogyakarta.
Ketika masih dinas lokomotif ini biasanya membantu pergerakan lokomotif yang akan menjalani perawatan. Singkatnya sebagai lokomotif langsir di Balai Yasa Yogyakarta.
Tetap Jadi Kebanggan
Walaupun sebatas untuk inspeksi dan langsiran di Balai Yasa Yogyakarta, Lokomotif Bima Kunting tetap jadi kebanggaan. Karena merupakan lokomotif diesel karya anak bangsa pertama dan punya nilai sejarah. Ketika usia negara ini belum genap 30 tahun tapi telah mampu memproduksi sebuah lokomotif diesel.
Kesimpulan
Lokomotif Bima Kunting adalah lokomotif diesel pertama buatan dalam negeri. Merupakan mahakarya Balai Yasa Yogyakarta yang dibuat pada tahun 1960 dan beroperasi hingga dekade 1980-an. Nama Bima Kunting berasal dari tokoh pewayangan Raden Setyaki (Bimo Kunthing) yang perawakan kecil namun kekuatannya besar.
Ketika dinas sebatas untuk inspeksi dan langsiran. Dari tiga unit yang diproduksi kini tersia satu yang masih operasional. Bima Kunting 1 (B100) beroperasi di Taman Lalu Lintas Kota Bandung sebagai wahana wisata edukasi anak.
Sedangkan satunya lagi jadi monumen statis di Benteng Vreideburg Yogyakarta. Bima Kunting 3 (B201) yang sebelumnya biasa melangsir lokomotif yang akan menjalani perawatan di Balai Yasa Yogyakarta.
Leave a Reply