Keberadaan Lokomotif F10 di Museum Kereta Api Ambarawa cukup menarik. Ternyata punya sejarah panjang khususnya peruntukan operasional di Pulau Jawa. Meski di akhir hayatnya malah jadi Jawa Timuran
Pendahuluan
Ada salah satu koleksi lokomotif uap yang menyambut kedatangan kamu di Museum kereta Api Ambarawa. Sekilas memang nggak begitu banyak perbedaan dengan koleksi lainnya. Namun ada satu yang menarik. Di saat semua memiliki kode B, C, dan D, ini malah seperti beda sendiri dengan kode F nya.
Lokomotif F10 Untuk Angkutan Barang Lintas Pegunungan
Staats Spoorwegen (SS) mendatangkan Lokomotif F10 antara tahun 1912-1920 untuk kepentingan angkutan barang, terutama untuk dioperasikan di lintas pegunungan Pulau Jawa. Sebanyak 28 unit didatangkan dari 2 pabrik berbeda dengan rincian 18 unit Hanomag (Jerman) dan 10 unit Werkspoor (Belanda).
Dalam perjalanannya sebanyak 5 unit dipindah ke Sumatera Barat tepatnya Dipo Solok untuk angkutan batu bara. Walaupun awalnya untuk kereta barang, ada juga yang dinas kereta penumpang maupun campuran.
Lokomotif F10 Sempat Beroperasi di Lintas Priangan
Siapapun pasti tau bahwa lintas Priangan memiliki karakteristik tanjakan dan turunan. Sebagai contoh Jalur Kereta Cicalengka Garut. Terdapat segmen Nagreg yang menanjak kemudian menuruni Lembah Mandalawangi Garut sebelum masuk Stasiun Leles di Kadungora.
Dengan karakteristik seperti ini tentu membutuhkan lokomotif bertenaga supaya bisa menaklukkannya. Lokomotif F10 awalnya sempat beroperasi di Lintas Priangan selama 2 bulan. Sayangnya mengalami kendala roda aus. Seperti dialami unit LRT Jabodebek belum lama ini.
Staats Spoorwegen (SS) memindahkannya ke segmen Prupuk Purwokerto yang merupakan bagian dari Jalur KA Cirebon Kroya, Lintas Jember-Surabaya, dan Jalur Blitar di segmen Malang. Pemindahan dilakukan karena lintas-lintas tersebut memiliki radius tikungan yang lebih besar.
Lokomotif F10 Dinamakan Javanic
Disebut koleksi Museum Kereta Api Ambarawa yang cukup unik dari sisi kode F ditengah-tengah B, C, dan D. Ketika masih dinas reguler pun memiliki keunikan tersendiri. Bahkan dinamakan Javanic lantaran banyak beroperasi di Pulau Jawa. Meskipun ada 5 unit di Sumatera Barat.
Dari Jawa Timur ke Museum Kereta Api Ambarawa
Di akhir masa pengoperasiannya, lokomotif ini banyak meramaikan lintas Jawa Timur. Seperti Jalur Blitar, Lintas Surabaya-Jember, hingga Lintas Cabang Klakah Lumajang. Namun sayangnya dari 28 unit yang ada hanya tersisa 2 unit saja jadi koleksi museum. Pertama F1015 di Museum Transportasi TMII Jakarta dan kedua F1020 di Museum Kereta Api Ambarawa.
Kesimpulan
Karena kebutuhan angkutan barang di lintas pegunungan Pulau Jawa, Staats Spoorwegen (SS) mendatangkan 28 unit lokomotif F10. Walaupun dalam perjalanannya sebanyak 5 unit dikirim ke Sumatera Barat, juga dinas kereta penumpang dan campuran.
Awalnya ditempatkan di Jawa Barat namun dipindah karena mengalami kendala teknis. Lokomotif ini punya nama Javanic karena keunikan banyak beroperasi di Pulau Jawa. Menjelang akhir jadi lokomotif Jawa Timuran hingga tinggal sisakan 2 unit saja. Dimana salah satunya di Museum Kereta Api Ambarawa (F1020).
Leave a Reply