Lokomotif Listrik ESS : Dari Batavia ke Lawang Sewu (Sisa Satu)

lokomotif listrik ess dari batavia ke lawang sewu

Keberadaan Lokomotif Listrik ESS di bagian dalam Lawang Sewu Semarang jadi daya tarik tersendiri. Gedung yang dulunya kantor pusat NISM itu ternyata mau menerima armada milik perusahaan lain. Saat ini masih tersisa satu unit aktif yang hanya dinas pada momen tertentu.

Pendahuluan

Museum Lawang Sewu Semarang merupakan destinasi wisata bertema kereta api di Kota Semarang. Cukup masuk akal lantaran dulunya gedung ini merupakan kantor pusat NISM, perusahaan kereta api swasta Hindia Belanda. Di dalamnya banyak mengoleksi pernak pernik terkait sejarah perkeretaapian Indonesia.

Berbeda dengan Museum Kereta Api Ambarawa, di sini lebih banyak mengoleksi miniatur dan infografis sejarah sebagaimana museum pada umumnya. Meskipun begitu lokomotif uap lawas ada juga yang disimpan sebagai monumen statis.

Namun bukan hanya lokomotif uap itu aja yang dijadikan monumen di sini. Masih ada satu lagi benda bersejarah. Walaupun bentuknya replika dan miniatur. Sebuah lokomotif listrik yang dulu bahkan nggak dipunyai oleh NISM.

Miniatur Lokomotif Listrik ESS di Halaman Dalam

Inilah lokomotif listrik yang dimaksud. Boleh jadi inilah monumen lokomotif statis kedua yang ada di Museum Lawang Sewu. Sebelumnya telah ada lokomotif C17 yang pernah dinas di Jalur Wonogiri Solo. Hanya saja bila lokomotif C17 masih asli, lokomotif listrik ini merupakan replika. Sehingga jatuhnya udah miniatur.

replika lokomotif listrik ess di museum lawang sewu

Lokomotif Listrik ESS Legenda di Tanah Batavia

Lokomotif listrik ini sangat identik dengan sejarah panjang beroperasinya KRL di wilayah Jabodetabek. Kereta listrik mulai dirintis tahun 1919 dan beroperasi 1925. ketika itu koridor pertama yang dilayani ialah Tanjung Priok – Mester Cornelis (Jatinegara).

Selanjutnya jaringan kereta listrik terus dikembangkan oleh Staats Spoorwegen (SS). Tahun 1927 layanannya telah mencakup lintas dalam kota (circular baan) dari Mester Cornelis ke Batavia Centrum (Stasiun Jakarta Kota) lewat Manggarai dan Weltevreden (Stasiun Gambir). Lanjut lagi Bogor Line tahun 1931.

Untuk mengelola jaringan kereta listrik berikut sarananya, SS membentuk anak usaha bernama ESS (Electricsche Staats Spoorwegen). Hingga tahun 1941 sarana kereta listrik yang dimiliki ESS meliputi 13 unit lokomotif listrik, 25 rangkaian kereta listrik penumpang bermotor (mirip KRL Sekarang), dan 26 rangkaian kereta penumpang.

asalnya pernah merajai lintas batavia hingga buitenzorg

Lokomotif Listrik ESS Berkurang Hingga Mangkrak

Kereta Listrik peninggalan ESS tetap beroperasi hingga pasca Kemerdekaan Indonesia. Sayangnya berbagai dinamika yang terjadi di Indonesia turut mempengaruhi operasionalnya. Mulai banyaknya unit yang rusak dan harus dimodifikasi jadi kereta biasa.

Adapun lokomotifnya memang masih berdinas hingga masuk awal dekade 1970-an. Tapi itupun dengan kondisi yang udah sangat renta dan minim perawatan. Sehingga tinggal menyisakan satu unit dan mangkrak di Balai Yasa Manggarai. Satu unit inilah yang sekarang berhasil dihidupkan lagi dengan memakai suku cadang Rheostatik.

Tetap Diselamatkan Meski Hanya Miniatur

Nah keberadaan Lokomotif Listrik ESS di Lawang Sewu Semarang bisa jadi daya tarik tersendiri. Pertama armada milik ESS yang notabene anak usaha Staats Spoorwegen (SS) ditampung di bekas kantor NISM. Bukan masalah sih, karena di Museum Kereta Api Ambarawa juga mayoritas koleksi lokomotif uap nya punya SS.

Mengingat sejak tahun 1950-an hingga 2014 kita hanya mengenal satu operator kereta api saja. Dulu DKA (Djawatan Kereta Api) memang banyak menerima warisan dari SS dan operator swasta lainnya. DKA terus bertransmormasi hingga menjadi PT. KAI. Jadi inilah alasan keberadaan miniatur sang legenda di Lawang Sewu.

Kedua untuk menyelamatkan benda bersejarah. Meski hanya berupa replika dan miniatur. Meski cakupan operasionalnya masih skala aglomerasi, tetap aja bagian dari sejarah perkeretaapian Indonesia.

sisa satu unit tapi di lawang sewu cukup menarik

Masih Sisa Satu Unit Operasional Meski Terbatas

Lokomotif Listrik ESS sendiri saat ini masih menyisakan satu unit operasional. Itupun setelah mengalami banyak modifikasi dan menggunakan suku cadang KRL Rheostatik. Adalah Balai Yasa Manggarai yang berhasil menghidupkan satu-satunya yang tersisa. Kini telah ditetapkan sebagai Benda Cagar Budaya. Adapun operasionalnya sangat terbatas. Hanya pada momen tertentu saja.

Kesimpulan

Keberadaan Miniatur Lokomotif Listrik ESS di halaman dalam Lawang Sewu Semarang mengingatkan kita pada kejayaan sang legenda di Batavia dan sekitarnya. Sekarang ini hanya tinggal satu unit operasional terbatas. Setelah banyak modifikasi termasuk suku cadangnya milik KRL Rheostatik. Hanya dinas di momen tertentu.

Comments

Leave a Reply