Perdana sejak Februari 2020 naik kereta Argo Parahyangan. Ketika syarat test Covid-19 dilonggarkan dan baru berlaku sebulan. Nggak banyak beda untuk spot yang dilewatinya. Bertepatan bulan Ramadhan 1443H
Prologue
2 tahun absen naik KAJJ termasuk untuk rute rasa komuter seperti Jakarta Bandung. Itu semua tentu nggak bisa lepas dari situasi Pandemi Covid-19. Itu juga yang membuat Gapeka 2019 hanya seumur jagung.
Namun sejak pertengahan Maret 2022, persyaratan test Covid-19 bagi penumpang KAJJ mulai diperlonggar. Bagi mereka yang telah mendapatkan dosis ke-2 dan booster bisa lolos dari syarat wajib tersebut.
Bahkan sekarang ini test udah beneran ditiadakan. Tapi ya tetap wajib Booster. Jadi kalo misalkan kamu belum booster tetap nggak bisa naik KAJJ. Inilah awal yang bagus bagi dunia pariwisata dan transportasi kita.
Nah pembahasan kali ini adalah trip naik kereta api di rute Jakarta Bandung dengan spot Priangan Barat. Selain dalam bentuk narasi juga akan ada videonya. Ditunggu aja ya karena lagi dalam proses.
Naik Kereta Argo Parahyangan Perdana Sejak Februari 2020
Terakhir kalinya ngetrip bersama penerus si cepat itu terjadi di Maret 2020. Kira-kira hanya 5 hari sebelum kasus pertama Covid-19 diumumkan pemerintah. Itu dalam perjalanan dari Stasiun Bandung menuju Stasiun Bekasi.
Sebenarnya tanggal 2 Maret 2020 adalah perjalanan pulang ke Bandung. Hanya saja waktu itu nggak naik kereta Argo Parahyangan. Melainkan KA Malabar dari Stasiun Jakarta Pasar Senen (monggo dibaca: Jakarta Bandung Kereta Malabar di Gapeka 2019).
Dua pekan kemudian dimulailah episode pembatasan total disebabkan kasus semakin naik. Hal yang juga membuat Gapeka 2019 kelar dan batalnya agenda Mudik Lebaran 2020.
Beberapa bulan kemudian KAJJ memang kembali hadir. Namun hanya sebagian, terjadi pemotongan rute, dan satu yang sangat memberatkan ialah kewajiban melakukan Test Covid-19, Antigen dan PCR.
Kewajiban yang tetap ada di paruh kedua 2020 dan secara penuh di 2021. Alhamdulillah di pertengahan Maret 2020 aturan itupun dilonggarkan juga. Khusus untuk penumpang yang telah divaksinasi 2 dosis dan booster.
Berangkat Stasiun Gambir dengan KA 50F
Kamis 21 April 2022, kurang lebih sebulan setelah syarat perjalanan dilonggarkan. Momen itupun terjadi. Perjalanan perdana naik kereta Argo Parahyangan dari Stasiun Gambir tujuan akhir Stasiun Bandung. Perjalanan pulang juga sih.
Hari itu naik KA 50F yang menggunakan idle Harina. Duduk di kereta eksekutif 3 single seat. Singkat cerita KA 50F berangkat dari Stasiun Gambir sekitar jam 12.30 WIB.
Waktu itu belum diberlakukan pola perjalanan SO5 di KRL Commuter Line. Kereta melintas langsung jalur 4 Stasiun Manggarai dan Stasiun Matraman yang belum beroperasi meski udah jadi.
Menjelang melintas Jatinegara, terlihat “reruntuhan” Bekas Dipo Induk Jatinegara yang kini telah pindah ke Dipo Induk Cipinang. Lokasi yang dulunya adalah Stasiun Cipinang. Khusus untuk stasiun kereta barang (InSyaaAlloh akan dibahas sendiri).
Berhenti Stasiun Bekasi dan Langsung Bablas Cimahi
Tanpa terasa perjalanan naik kereta Argo Parahyangan telah tiba di Stasiun Bekasi. Di sini sesuai jadwalnya ada aktivitas naik penumpang. Nah dulu ada tarif khusus rute Gambir-Bekasi namun akhirnya ditiadakan.
Berangkat Stasiun Bekasi
KA 50F berangkat juga dari Stasiun Bekasi. Pertama-tama melintas di atas Jembatan Kali Bekasi dan JPL 80 Jalan KI Mangun Sarkoro Bekasi. Sampai di lintas Bekasi Cikarang ini masuk bagian dari jalur KRL Commuter Line.
Double-Double Track (DDT) juga masih belum aktif di segmen ini. Jadi perjalanan masih tercampur dengan kereta perkotaan, KRL Commuter Line. Malah sejatinya DDT waktu itu baru aktif sepenuhnya di segmen Jatinegara-Cakung.
Selepas Bekasi stasiun-stasiun yang dilintasi KA 50 antaralain: Stasiun Bekasi Timur, Tambun, Cibitung, Metland Telaga Murni, dan Cikarang. Semuanya melayani perjalanan KRL Commuter Line dan jalur elektrifikasi.
Jalur Non-Elektrifikasi
Nah selepas Stasiun Cikarang perjalanan naik kereta Argo Parahyangan masuk jalur non-elektrifikasi di Daop 1 Jakarta. Dimana batas akhir dari lintas ini ialah Stasiun Cikampek (CKP).
Stasiun pertama di segmen Non-Elektrifikasi ialah Lemahabang. Nah nggak jauh dari sini ada JPL yang dulunya pernah dipake syuting film Raja Jin. Kemudian terkenal dengan sebutan JPL Raja Jin.
Selain JPL Raja Jin, ada satu lagi yang sedikit terlupakan di sini. Lintas cabang menuju Jonggol. Nah nggak banyak tau kan bahwa pernah ada jalur kereta ke arah Jonggol?
Itu karena percabangan tersebut digunakan sebagai rel dogong. Sebuah kereta gerobakan tanpa loko yang dijalankan secara manual. Setelah kereta dogong itu jalan si pendorong lompat ke atas.
Kemudian perjalanan pun sampai di Stasiun Kedunggedeh, untuk selanjutnya melintas Jembatan Sungai Citarum. Nah bila telah berada di sini jelaslah bahwa perjalanan telah sampai di Kabupaten Karawang.
Kereta pun melintas langsung Stasiun Karawang, Stasiun Klari, Stasiun Kosambi, Stasiun Dawuan, hingga memasuki stasiun besar di ujung timur Daop 1 Jakarta, Stasiun Cikampek (CKP).
Sekilas tentang Stasiun Cikampek
Perjalanan naik kereta Argo Parahyangan telah tiba di sini. Inilah sebuah stasiun besar yang bukan sekedar batas timur Daop 1 Jakarta. Di sini jugalah pemisahan antara dua jalur kereta api.
Jalur kereta api Jakarta Surabaya via Utara dan Selatan misah di sini. Nah yang ke Bandung itu pastinya arah Selatan. Keduanya masih double track. Untuk utara sih udah full ya. Hanya jalur selatan yang belum sepenuhnya.
Kereta Api Argo Parahyangan 50F berbelok ke arah selatan. Mulai masuk wilayah operasional Daop 2 Bandung. Mulai dari petak Cikampek – Cibungur.
Halte Sadang Kondisi Miris
Selepas melewati Stasiun Cibungur yang juga dipakai sebagai tempat menyimpan box kontainer, kereta mulai memasuki wilayah Sadang. Nah tepat sebelum Jembatan Sadang ada sebuah bangunan stasiun, lebih tepatnya sih halte.
Halte tersebut bernama Halte Sadang. Kondisinya miris dan ngenesi. Dimana halte ini udah lama nggak dioperasikan. Padahal dulunya jadi tempat pemberhentian ketika masih eranya KA Lokal Purwakarta. Khususnya masih pakai KRD MCW 302.
Stasiun Purwakarta dan Seterusnya Masih Sama
Sejak pemberlakuan Gapeka 2019 yang seumur jagung nggak semua KA Argo Parahyangan berhenti di Stasiun Purwakarta. Termasuk juga KA 50F ini. Dari Stasiun Purwakarta kemudian lanjut ke Ciganea dan Sukatani nggak ada banyak perubahan.
Meskipun sebetulnya di petak Ciganea Sukatani ada bekas jembatan lama, namun kini udah nggak terlihat lagi. Ketutupan sama pepohonan. Apalagi ini jendela sisi kiri nggak bisa melihat view Waduk Jatiluhur (ada di kanan).
Pembangunan Jalur KCJB Sampai Cisomang
Paling-paling yang agak istimewa dalam perjalananan naik kereta Argo Parahyangan kali ini ialah pembangunan jalur KCJB (Kereta Cepat Jakarta Bandung). Jalurnya memotong lintas eksisting di segmen Sukatani-Plered yang masih single track.
Selepas Stasiun Plered mulai masuk Double Track di segmen Plered-Cikadongdong. Dimana terdapat satu peninggalan sejarah di sini. Namun kita akan ketemu lagi bangunan stasiun yang dalam kondisi nggak kalah ngenes.
Stasiun Cisomang saat ini udah nggak lagi melayani perjalanan kereta lokal. Baik itu KA Garut Cibatuan maupun Lokal Bandung Raya yang jurusan Purwakarta. Jadi cuma sebatas pengatur sinyal aja. Meski nasibnya ngenes tapi nggak sengenes Sadang.
Dari Stasiun Cisomang kereta tetap melintas jalur Double Track. Sebenarnya ada sih jalur lama yang belok ke kiri dan agak berkelok gitu. Namun sejak awal Gapeka 2014 jalur itu nggak dipake lagi dan dialihkan ke jalur yang baru.
Dan tibalah kita pada bangunan peninggalan sejarah yang dimaksud tadi. Apalagi kalo bukan Jembatan Cisomang. Jembatan yang dilintasi adalah jembatan baru yang mulai dioperasikan pada tahun 2004.
Adapun disebelahnya adalah jembatan lama, meski nggak lama betul sih . Lebih tepatnya generasi kedua. Berarti ada dong yang lebih lama lagi. Memang ada di antara jembatan generasi kedua dengan Jembatan Cisomang KCJB.
Oh iya, tadi kan disinggung ya soal KCJB sampai Cisomang? Nah disinilah yang dimaksud. Jadi pembangunan udah terlihat sampai menyeberangi Sungai Cisomang. Disinilah batas Kabupaten Purwakarta dan Kabupaten Bandung Barat.
Terowongan Sasaksaat dan Jembatan Ekstrem
Selanjutnya ya cuma begitu aja, pemandangan khas Priangan Barat. Terlebih kini telah masuk wilayah aglomerasi Bandung Raya. Tepatnya Kabupaten Bandung Barat.
Mulai dari Stasiun Cikadongdong, Stasiun Rendeh, dan Stasiun Maswati. Selepas itu perjalanan naik kereta Argo Parahyangan melintas sebuah peninggalan sejarah lainnya yakni Terowongan Sasaksaat.
Inilah terowongan yang disebut terpanjang ketiga di Indonesia. Tadinya sih kedua setelah Wilhelmina. Namun setelah jalur MRT Jakarta terbangun maka terowongan MRT kini jadi yang terpanjang di Indonesia.
Selepas Terowongan barulah kita akan melintas jembatan-jembatan ekstrem seperti Jembatan Cirengge, Jembatan Cisomang, dan Jembatan Cibisoro. Dari ketiganya Cisomang yang paling ekstrem.
Adapun stasiun-stasiunnya kebetulan cuma dua, yakni Stasiun Sasaksaat dan Stasiun Cilame. Keduanya dipisahkan oleh jembatan-jembatan tadi. Kecuali Jembatan Cibisoro yang baru akan dilewati selepas Cilame.
Naik Kereta Argo Parahyangan Tiba di Cimahi
Setelah melewati jalur ekstrem dan panorama Priangan Barat, perjalanan naik kereta Argo Parahyangan kini mulai memasuki kawasan perkotaan. Sebetulnya nggak kota banget sih tapi sub urban.
Dimulai dari Padalarang, lanjut ke Halte Gadobangkong. Disini lagi-lagi kita ketemu sama jalur KCJB yang udah kelar tinggal pemasangan rel aja. Jalur tersebut baru berbelok menembus Gunung Bohong dan sejajar Tol.
Akhirnya perjalanan naik kereta Argo Parahyangan tiba di Stasiun Cimahi. Di sini sih memang berhenti normal. Bahkan untuk semua perka Argo Parahyangan. Tak terkecuali yang excellent.
Welcome To Bandung
KA 50F diberangkatkan kembali. Itu artinya nggak lama lagi akan tiba di tujuan akhir perjalanan naik kereta Argo Parahyangan kali ini yakni Stasiun Bandung. Nah disinilah udah real spot perkotaan banget.
Di sini KA 50F melaju dengan kencang. Meninggalkan 3 stasiun berturut-turut yakni Stasiun Cimindi, Stasiun Andir, dan Stasiun Ciroyom. Lalu mulai sedikit menurunkan kecepatan ketika memasuki area Dipo Kereta Api Bandung.
Akhirnya perjalanan naik Kereta Api Argo Parahyangan 50F pun tiba di tujuan akhir, Stasiun Bandung. Perjalanan yang sangat berkesan meski dari sisi spot mah nggak terlalu istimewa. Begitu-gitu aja.
Kesannya hanya karena aturan perjalanan mulai dilonggarkan. Udah booster mah nyantai aja nggak terbebani kewajiban Test Covid-19. Bahkan aturan itupun benar-benar udah ditiadakan sekarang. Totally wajib Booster.
Naik Kereta Argo Parahyangan di Bulan Ramadhan.
Satu lagi yang sedikit istimewa ialah perjalanan naik kereta Argo Parahyangan kali ini terjadi di Bulan Ramadhan 1443H. Berarti dalam kondisi puasa dong. Jelas banget lah, lagi puasa. Meski begitu nggak sampe batal kok.
Kesimpulan
Perjalanan Naik Kereta Argo Parahyangan tanggal 21 April 2022 ini sangat berkesan dari sisi pelonggaran atas Test Covid-19 khususnya bagi penumpang yang telah vaksin ke-2 dan Booster. Aturan itu telah berlangsung selama sebulan.
Kesan lain dari perjalanan kali ini ialah bertepatan dengan Bulan Ramadhan 1443H. Ngetrip dalam keadaan puasa. Udah gitu antar kota lagi. Udah jelas masuk katagori Musafir. Tapi alhamdulillah nggak sampe batalin puasanya.
Leave a Reply