Penyebab Tragedi Cicalengka : KA Turangga vs Commuter Line

penyebab tragedi cicalengka adu banteng turangga vs commuter line

Alhamdulillah KNKT telah selesai investigasi. Penyebab Tragedi Cicalengka tanggal 5 Januari 2024 pun terungkap. Kecelakaan adu banteng antara KA Turangga dan Commuter Line Bandung Raya itu mengarah pada satu kesimpulan yakni Uncommanded Signal.

Pendahuluan

Untuk pertama kalinya sejak 2001 kecelakaan adu banteng kembali terjadi pada tanggal 5 Januari 2024. Tabrakan itu melibatkan KA Turangga dengan Commuter Line Bandung Raya. Akibatnya 4 orang meninggal dunia (termasuk masinis Commuter Line) dan 37 lainnya luka-luka.

Dari sisi korban jiwa semuanya berasal dari kru yang bertugas di kedua kereta. Namun tetap saja kejadian begini menimbulkan tanda tanya besar. Terlebih di era yang udah lebih canggih dibanding terakhir kali ada kejadian serupa di Brebes tahun 2001.

Berbagai isu liar pun bermunculan. Banyak yang menduga PPKA Stasiun Haurpugur memberangkatkan Commuter Line Bandung Raya tanpa mengecek apakah jalur aman atau tidak. Bahkan ada yang mengaitkan dengan Kereta Cepat Whoosh hingga membawanya ke ranah politik.

Alhamdulillah semua spekulasi tersebut terbantahkan oleh temuan KNKT. Tanggal 15 Februari 2024 atau hanya sebulan lebih sedikit penyebab kecelakaan itupun terungkap. Seperti apakah penyebabnya?

Penyebab Tragedi Cicalengka: Kondisi Jalur Kereta

Sebelum menyimpulkan Penyebab Tragedi Cicalengka, pastinya kita harus urut dulu dong mulai dari kondisi jalur kereta. Khususnya di TKP itu kaya gimana. Kok bisa sampai kejadian begitu. Setelah ini masuk ke kronologis berdasarkan investigasi KNKT, dan ujungnya di kesimpulan.

Jadi nggak ujug-ujug disimpulkan bahwa sebabnya X tanpa mengetahui urutan kejadiannya. Justru urutan kejadian itu juga sama pentingnya untuk kita ketahui.

Double Track Baru Gedebage-Haurpugur Beropersi Penuh

Tanggal 5 Januari 2024, secara teknis Jalur Kereta antara Kiaracondong dan Cicalengka belum semuanya double track. Dimana double track baru beroperasi penuh dari Stasiun Gedebage ke Haurpugur.

Adapun Kiaracondong ke Gedebage walaupun secara fisik telah terpasang double track tapi masih tetap satu jalur yang digunakan. Sedangkan satunya lagi (jalur lama) masih dalam tahap perbaikan dan peningkatan.

Segmen Haurpugur Cicalengka Masih Single Track dan Sinyal Mekanik

Sementara itu segmen akhir yakni Haurpugur ke Cicalengka masih sepenuhnya single track. Bahkan persinyalannya juga masih menggunakan mekanik. Rel untuk double track belum terpasang. Hal ini kontras dengan Kiaracondong – Haurpugur yang telah diganti sepenuhnya ke elektrik.

Penyebab Tragedi Cicalengka : Kronologis Berdasarkan Investigasi KNKT

Nah setelah mengetahui kondisi lintasa kereta dari Kiaracondong ke Cicalengka, termasuk di TKP, barulah kita masuk ke kronologis. Biar nggak ada lagi isu liar, inilah kronologis berdasarkan investigasi KNKT dengan narasi disesuaikan.

Melibatkan 2 Kereta: KA Turangga dan Commuter Line

Tragedi Cicalengka melibatkan dua kereta dari arah berlawanan. Pertama KA Commuter Line Bandung Raya (350) dari Padalarang ke CIcalenga. Kedua KA Turangga (65A) dari Stasiun Surabaya Gubeng tujuan akhir Bandung.

Keduanya tabrakan adu banteng di Km 181+700 petak Cicalengka Haurpugur. Akibat kejadian ini 4 orang meninggal dunia dan 37 lainnya luka-luka.

Penyebab Tragedi Cicalengka dilihat dari Waktu Kejadian

Bermula ketika KA 350 berangkat dari Stasiun Rancaekek jam 05.41 WIB. 5 menit kemudian KA 65A melintas langsung Stasiun Nagreg menuju Cicalengka. KA Commuter Line Bandung Raya tiba di jalur 2 Haurpugur 05.51.

KA 350 diberangkatkan lagi 05.56 ke Stasiun Cicalengka. Jam 05.59 KA Turangga melintas langsung di sana dan terjadilah tabrakan adu banteng di KM 181+700. Bila dihitung waktu itu sekitar jam 6 pagi.

Fenomena Uncommanded Signal

Berdasarkan rekaman data logger persinyalan elektirik Stasiun Haurpugur, sesaat sebelum kecelakaan muncul Uncommanded Signal pemberian “blok aman” arah Stasiun Cicalengka. Terjadi saat berlangsung proses pemberian “warta masuk” KA Malabar (121) di Haurpugur dari arah berlawanan.

Itu terproses persinyalan elektrik Haurpugur berupa tanda panah kuning yang mengindikasikan petak menuju Cicalengka aman dilewati kereta. Lantas apa artinya Uncommanded Signal?

Sebuah efek transisten dengan amplitudo sangat tinggi dalam waktu singkat. Saat operasi pensaklaran relay system interface Stasiun Cicalengka saat menerima sinyal dari Haurpugur.

Efek yang dipengaruhi oleh kondisi perkabelan serta grounding sistem interface dan peralatan persinyalan blok mekanik Stasiun Cicalengka,

Penyebab Tragedi Cicalengka dan Sistem Kerja Blok Mekanik

Setelah Stasiun Haurpugur mengirim sinyal “warta lepas” (info berangkat) KA 350 ke Stasiun Cicalengka, indikator blok mekanik di sana berubah menunjukkan “blok ke Haurpugur” berwarna putih yang mengindikasikan bahwa di petak arah Stasiun Haurpugur aman untuk dilewati.

Hal tersebut terjadi karena peralatan blok mekanik bekerja selalu berdasarkan sequence (urutan) pelayanan. Blok tersebut tidak dapat mengakomodir bila terjadi perbedaan sequence pelayanan info blok yang sudah terjadi sebelumnya.

Indikasi aman berwarna putih ini menjadi acuan PPKA Cicalengka untuk melayani KA 65A berjalan langsung. Investigasi tak menemukan prosedur pelayanan KA spesifik terkait hubungan blok mekanik-elektrik.

Hal tersebut yang tertuang dalam prosedur masing-masing stasiun tidak mengakomdir komunikasi antar persinyalan blok elektrik dengan mekanik. Sehingga dapat mempengaruhi pengambilan keputusan masing-masing stasiun.

Anomali Uncommanded Signal

Anomali seperti ini telah terjadi beberapa kali sejak Agustus 2023. Kondisi tersebut di reset agar pelayanan KA dapat dilakukan kembali. Juga tidak teridentifikasi sebagai gangguan blok sehingga tidak tercatat dalam laporan gangguan persinyalan.

Oleh karena itu, unit yang bertanggung jawab memastikan sistem persinyalan bekerja sebagaimana mestinya tidak mengetahui adanya anomali hubungan blok antara Haurpugur dan Cicalengka.

Kondisi ini menunjukkan kurangnya kesadaran terhadap potensi bahaya yang dapat ditimbulkan dari anomali tersbeut. Jika anomali ini tercatat maka potensi bahaya tersebut dapat diidentifikasi lebih awal.

Sehingga risiko yang ditimbulkan dapat dilakukan penilaian untuk kemudian dikendalikan dan disusun langkah-langkah mitigasinya.

Penyebab Tragedi Cicalengka Berdasarkan Kesimpulan KNKT : Uncommanded Signal!

KNKT menyimpulkan bahwa Penyebab Tragedi Cicalengka akibat adanya Uncommanded Signal. Suatu kondisi akibat adanya sinyal yang dikirim oleh sistem interface tanpa perintah peralatan persinyalan blok mekanik Stasiun Cicalengka yang terproses sistem persinyalan blok elektrik Haurpugur.

Uncommanded Signal itu kemudian ditampilkan pada layar monitor Stasiun Haurpugur sebagai indikasi seolah telah diberi “blok aman” oleh Stasiun Cicalengka. Hal ini berdampak pada proses pengambilan keputusan selanjutnya untuk pelayanan KA dari masing-masing stasiun.

Faktor yang Berkontribusi

Ditemukan Uncommanded Signal dari sistem interface akibat transien tegangan dengan amplitudo sangat tinggi dalam waktu singkat. Saat operasi pensakralan relay yang mungkin dipengaruhi oleh kondisi pengkabelan serta grounding system interface dari peralatan blok mekanik di Cicalengka.

Uncommanded Signal yang terjadi terproses oleh sistem persinyalan blok elektrik Haurpugur yang kemudian ditampilkan sebagai indikasi telah diberikan “blok aman”. Sehingga PPKA Haurpugur dapat melanjutkan pelayanan rute untuk KA 350 menuju Cicalengka.

Terjadinya complacency terhadap masing-masing persinyalan dan confirmation bias mempengaruhi proses pengambilan keputusan PPKA Cicalengka dan Haurpugur untuk memberangkatkan KA dari masing-masing stasiun.

Tak adanya akomodasi komunikasi antara persinyalan elektrik dan mekanik. Sehingga SOP di kedua stasiun tak mewakili keadaan sebenarnya.

Anomali Uncommanded SIgnal sebelumnya telah terekam beberapa kali tidak tercatat sebagai ganguan persinyalan. Sehingga permasalah tersebut tak terdeteksi sejak awal.

Rekomendasi KNKT

KNKT menerbitkan rekomendasi kepada DJKA agar memastikan keandalan sistem interface yang menghubungkan persinyalan mekanik dengan elektrik. Memastikan tersedianya prosedur terkait pelayanan peralatan persinyalan yang menggunakan sistem.

Rekomendasi juga diberikan kepada PT. KAI agar menyusun prosedur terkait pelayanan persinyalan yang menggunakan sistem interface antara mekanik dan elektrik.

Memastikan terlaksananaya pelaporan setiap potensi bahaya teridentifikasi telah dikomunikasikan kepada SDM operasional pelayanan perjalanan KA. Sebagai bagian dari Sistem Manajemen Keselamatan (SMK) Perkeretaapian.

Kondisi TKP Saat Ini : Double Track Telah Terpasang

Penyebab Tragedi Cicalengka udah fix ya akibat fenomena Uncommanded Signal. Jadi seolah-olah blok telah aman, padahal realitanya nggak begitu. Satu anomali yang mengakibatkan sulitnya masing-masing PPKA mengambil keputusan.

Lantas gimana kondisi TKP saat ini? Untuk persinyalannya masih menggunakan mekanik. Double track telah terpasang sampai menjelang masuk Stasiun Cicalengka. Tepatnya di bagian akhir Tiber.

Hingga saat ini masih proses untuk tersambung ke stasiun. Sehingga untuk petak tersebut masih menggunakan pola perjalanan Single Track. Sama seperti di Kiaracondong-Gedebage.

Galeri Foto

Comments

Leave a Reply