Pertama kali dibuka Skybridge Bandung langsung jadi pusat perhatian. Nggak jarang dijadikan tempat buat foto-foto. Namun dibalik bangunan instagramable itu masih terjadi segregasi antara penumpang KA Lokal dengan KAJJ. Duh mubazir dong?
JPO modern di Stasiun Bandung itu mulai dibangun di awal-awal Pandemi. Dilihat sekilas momennya pas memang. Di saat pemerintah memberlakukan pembatasan ketat hingga KAI pun membatalkan seluruh Perka Jarak Jauh.
Praktis hanya ada layanan KA Lokal guna mengakomodasi penumpang yang nggak mungkin WFH seperti pekerja pabrik misalnya. KA Lokal juga cuma sebatas di rute Padalarang-Cicalengka PP. Untuk Cibatu dan Purwakarta sama ditiadakan karena udah diluar wilayah Aglomerasi.
Singkat cerita tahun 2021 bangunan megah dan modern itupun selesai. Sykbridge Bandung dari awal memang dirancang untuk aktivitas penyeberangan penumpang KAJJ ke KA Lokal. Begitupun sebaliknya, supaya nggak harus menyeberangi rel. Keberadaan jalur penyeberangan baru itu juga untuk safety.
Dibangunnya Skybrige sama artinya memberi harapan baru untuk para pelanggan kereta api. Penumpang Lokal mau pindah KAJJ nggak perlu lagi memutar keluar stasiun dulu. Bahkan mereka berharap bisa mengakses fasilitas yang ada di peron utara. Sebagaimana biasanya penumpang KAJJ.
Skybridge Bandung Belum Hilangkan Segregasi
Namun kenyataan memang selalu tak seindah angan-angan. Apa yang dinamakan segregasi atau pemisahan antara penumpang lokal dan jarak jauh masih saja terjadi. Seiring berjalannya waktu ada petugas disiagakan di atas skybridge.
Guna memonitor pergerakan terutama bila ada penumpang lokal yang bergerak ke peron utara. Bila sampe kejadian udah jelas apa yang akan terjadi. Petugas itu langsung meniup peluit dan menegur si pelanggan lokal yang nekat ke utara.
Nah kalo udah gini berarti masih ada segregasi dong? Jelas, Skybridge Bandung harusnya bisa menghilangkan itu. Seluruh pelanggan seharusnya bisa mengakses semua fasilitas yang ada di stasiun.
Baik itu di peron utara maupun selatan. Sebagai contoh musholla di selatan itu sangat kecil. Nggak mungkin lah menampung jamaah banyak. Sehingga mau nggak mau mesti ada yang ke Masjid Besar di stasiun utara.
Apakah pembangunan Skybridge Bandung jadi mubazir dengan masih adanya segregasi? Di satu sisi kalo untuk alasan safety nggak bisa dibilang mubazir. Pembangunan fasilitas itu udah tepat banget.
Namun di point kedua yakni masih adanya pemisahan antara penumpang lokal dan jarak jauh inilah menimbulkan kesan bahwa Skybridge Bandung jadi kurang berguna. Harusnya para pelanggan bisa menikmati semua fasilitas yang ada di stasiun.
Disini perlunya Pihak Daop 2 Bandung belajar dari Daop 1 Jakarta dalam hal memenuhi hak pelanggan menikmati semua fasilitas yang ada di stasiun. Di Stasiun Jakarta Pasar Senen dan Jakarta Kota, penumpang KAJJ dan KRL Commuter Line bisa menikmati semua fasilitas yang ada sekalipun peronnya terpisah.
Begitupula di Stasiun BNI City yang kini dibuka untuk penumpang KRL dan mereka bisa menikmati fasilitas layaknya penumpang kereta bandara. Bahkan di Manggarai aja penumpang KRL dan KA Bandara boleh masuk dari gedung baru. Semoga kedepan bisa lebih baik lagi dan Segregasi bisa dihilangkan.
Leave a Reply