Pertama beroperasi sebagai terminus kereta api dari Batavia, Stasiun Cicalengka kini bersiap menyambut era baru. Apalagi kalo bukan Double Track Bandung. Mempersingkat mobilitas kereta komuter.
Ternyata pembangunan jalur kereta api dari Batavia ke Bandung nggak hanya berhenti di Stasiun Bandung. Siapa sangka jalur rel kereta api yang didalamnya mencakup jalur KA Manggarai-Padalarang itu dilanjut hingga Cicalengka yang berada di sisi timur Kota Bandung. Jauh di daerah pinggiran.
Pihak Staatspoorwegen (SS) memang membangun lintas-lintas cabang menuju wilayah pedalaman Priangan. Adapun jalur menuju Cicalengka adalah kode bahwa perpanjangan menuju wilayah Jawa Tengah hingga Jawa Timur pun tengah dipersiapkan.
Secara telah ada jaringan rel kereta api antara Jogja, Solo, Semarang hingga Surabaya. Meskipun sebagiannya masih dioperasikan oleh NIS. Sebagaimana di lintas Batavia-Buitenzorg kala itu. Satu bukti bahwa pemerintah kolonial memang punya perencanaan cukup matang untuk membangun jaringan kereta api di Pulau Jawa.
Stasiun Cicalengka Awalnya Terminus
Stasiun Cicalengka mulai diresmikan dan beroperasi pada Juni 1884. Jalur KA Bandung-Cicalengka melengkapi lintas Batavia-Bandung yang telah tersambung 17 Mei 1884. Saat itu Stasiun Cicalengka merupakan terminus kereta api dari Batavia.
Di antara bukti kongkrit bahwa stasiun ini awalnya Terminus bisa kita lihat dari keberadaan sebuah turntable di sini. Menjadi satu daya tarik tersendiri. Terlebih stasiun ini merupakan bagian dari lintas utama dan nggak ada percabangan sama sekali.
Namun sayangnya turntable ini sempat mangkrak dan terbengkalai. Seiring berjalan waktu akhirnya bisa direstorasi dan beroperasi lagi. Bedanya bila dulu jadi alat untuk memutar loko agar bisa kembali mengarah ke Bandung dan Batavia, kini fungsinya lebih untuk memutar kereta lori inspeksi. Selain sebagai sarana edukasi sejarah perkeretaapian.
Walaupun secara fisik bukan lagi terminus, tetap aja bagi layanan KA Lokal Bandung Raya masih merupakan titik terminus di sisi timur. Seperti kita ketahui, kereta komuter tersebut melayani rute Padalarang-Cicalengka PP. Jadi terminus sejatinya bisa dari fisik stasiunnya maupun rute keretanya.
Siap Menyambut Double Track dan KRL
Jalur KA Bandung-Cicalengka merupakan lintas kereta api penting. Selain jalur utama, juga bagian dari lintas komuter Bandung Raya yang dilayani oleh KA Lokal Bandung Raya. Sejak akhir 1930-an sebagian lintas memang udah double track. Namun sayang dari Kiaracondong ke Cicalengka masih single track dalam waktu lama.
Keberadaan single track jelas kurang menguntungkan. Apalagi traffic Gapeka di sini udah cukup padat. Kereta komuter seperti KA Lokal Bandung Raya membutuhkan headway setidaknya 15 menit per kereta. Sedangkan dengan adanya single track, headway per kereta sekitar 30-45 menit per kereta. Itu dalam kondisi normal tanpa kendala.
Maka dari itu agar layanan komuter bisa lebih maksimal lagi, lintas Kiaracondong-Cicalengka ditingkatkan jadi double track. Duh, kalo dilihat sih ratusan tahun lamanya baru dibikin double track.
Saat ini dari Gedebage ke Haurpugur telah terpasang rel baru. Bahkan rel lama pun siap-siap untuk diganti baru. Boleh dibilang double track udah tersambung di sini. Tinggal di sisi Gedebage-Kiaracondong dan Haurpugur-Cicalengka.
Khusus Cicalengka telah ada persiapan di sisi stasiun Cicalengka sampai dengan titik sinyal masuk. Sementara itu di Tiber Cicalengka berupa hamparan sawah tengah dilakukan pengerasan tanah. Tujuannya supaya bisa dipasang rel.
Dengan demikian Stasiun Cicalengka telah bersiap untuk menyambut double track Bandung. Guna peningkatan layanan commuter. Hingga kelak pelanggan nggak lagi harus menunggu 30-45 menit. Ketinggalan satu kereta, masih ada kereta lain 15 menit berselang.
Double Track Bandung diikuti peningkatan sistem persinyalan dari mekanik ke elektrik. Nah setelah itu semua beres, barulah pemasangan Listrik Aliran Atas (LAA). Kelak KA Lokal Bandung Raya akan ditingkatkan lagi jadi KRL.
Galeri Foto Stasiun Cicalengka








Referensi
Agus Mulyana. 2017. Sejarah Kereta Api Di Priangan. Yogyakarta: Penerbit Ombak
Sudarsono Katam. 2014. Kereta Api di Priangan Tempo Doeloe. Bandung: Pustaka Jaya
Leave a Reply