Stasiun Kereta Garut Dalam Lintasan Sejarah

Stasiun Kereta Garut Dalam Lintasan Sejarah

Stasiun Kereta Garut mulai dioperasikan bersamaan dengan Lintas Utama Cicalengka Garut. Sejak saat itu telah menjadi saksi berbagai peristiwa bersejarah sebelum akhirnya diaktifkan lagi pada tahun 2022. Apa aja ya?

Prologue

Pembahasan seputar roda besi di Kota Dodol dan sekitarnya sepertinya belum akan menemui titik akhir. Meskipun tema ini merupakan pamungkas, namun karena perkiraan bakalan panjang maka akan dibagi jadi 2 artikel.

Sebuah bangunan stasiun yang berdiri kokoh selama satu abad lamanya di Swiss Van Java dan telah menjadi saksi berbagai peristiwa sejarah. Bahkan ketika statusnya non-aktif selama 40 tahun bangunan fisik masih dimanfaatkan.

Kira-kira apa aja peristiwa bersejarah yang menyertai bangunan stasiun yang kini bersanding dengan bangunan baru nan megah itu? Yuk disimak!

Timeline Stasiun Kereta Garut

Jika dirunut ke belakang, sejarah Stasiun Kereta Garut telah dimulai sejak tahun 1887. Bersamaan dengan pembangunan jalur kereta Cicalengka Garut. Ini merupakan kelanjutan dari jalur kereta api yang telah beroperasi di tahun 1884.

Namun dalam perjalanannya stasiun megah ini mengalami banyak dinamika. Pernah mengalami masa-masa keemasan. Kemudian stagnan, kena dampak perang, hingga sempat ditutup sementara dan beralih fungsi.

Fase Pembangunan dan Operasional Perdana

Stasiun Kereta Garut dibangun tahun 1887 dan dioperasikan untuk pertama kalinya 1889 sebagai bagian dari lintas utama jalur kereta Cicalengka Garut. Faktor ekonomi jadi pertimbangan pembangunan lintas tersebut.

Jalur Kereta Cicalengka Garut merupakan kelanjutan dari Buitenzorg-Bandung-Cicalengka yang dioperasikan 1884. Dengan tersambungnya kedua lintas utama dengan lintas Batavia, maka mobilitas barang dan penumpang bisa dipersingkat.

Masa Keemasan di Era Pemerintah Kolonial Belanda

Stasiun Kereta Garut mencapai masa-masa keemasan di era pemerintah Kolonial Belanda (Hindia Belanda). Terlebih sejak tersambungnya jalur kereta api hingga Yogyakarta (1892) via Stasiun Cibatu.

Dari Kota Garut memang nggak langsung nyambung ke Jawa Tengah. Jalur KA Cibatu Garut sendiri dikemudian hari menjadi percabangan lintas utama dimana Stasiun Garut jadi terminus.

Namun jalur tersebut menjadi favorit orang-orang Eropa. Apalagi di awal 1900-an Staats Spoorwegen (SS) membangun jalur kereta api baru dari Batavia melewati Cikampek dan Purwakarta yang lebih pendek. Sehingga mobilitas makin singkat.

Kedatangan Charlie Chaplin

Di masa keemasan tersebut, Stasiun Kereta Garut pernah kedatangan tamu istimewa. Seorang seniman terkenal, Charlie Chaplin. Waktu itu beliau tengah dalam perjalanan liburan menuju Yogyakarta. Namun singgah dulu di Garut.

Eksperimen Percabangan ke Cikajang

Tahun 1914 Staats Spoorwegen (SS) membangun lintas cabang menuju Cikajang di kaki Gunung Cikuray. Pembangunan tersebut semacam eksperimen untuk menguji lintas ekstrem. Dalam prosesnya sempat mendapat cibiran.

Meski demikian dan sempat juga mangkrak gegara krisis ekonomi, pembangunan tetap lanjut dan tahun 1930 jalur kereta api telah mencapai Stasiun Cikajang, tertinggi di Asia Tenggara.

Jalur Kereta Api Garut Cikajang menjadi yang terakhir dibangun oleh Pemerintah Kolonial Belanda. Sempat sepi di awal namun seiring waktu makin diminati penumpang.

Masa Pendudukan Jepang (Perang Dunia ke-2)

Belanda menyerah tanpa syarat kepada Jepang. Kejayaan perkeretaapian di Garut pun mulai memudar. Terlebih dengan dinonaktifkannya lintas cabang Garut-Cikajang oleh pihak militer Jepang.

Pada masa pendudukan Jepang, Stasiun Kereta Garut (bersama semua sarana perkeretaapian) berada dalam pengelolaan Rikuyu Sokyoku. Masuk dalam wilayah eksploitasi Seibu Kyoiku (Jawa Barat).

Pasca Kemerdekaan

Setelah Indonesia merdeka dan bersamaan dengan pengambilalihan seluruh asset-asset perkeretaapian dari tangan Jepang, termasuk Stasiun Kereta Garut. Setelah itu dibentuk Djawatan Kereta Api Republik Indonesia (DKARI).

Di tahun 1945 atau awal-awal berdiri Negara Republik Indonesia, stasiun dioperasikan oleh DKARI. Adapun lintas cabang Garut Cikajang juga dioperasikan lagi.

Aksi Bumi Hangus Pejuang Kemerdekaan

Karena masih berambisi menguasai Indonesia, Belanda melancarkan Agresi Militer ke-1 tahun 1947. Hampir seluruh wilayah dikuasai Belanda. Sebagai bagian dari taktik Perang Gerilya, para pejuang melakukan aksi bumi hangus sembari mundur ke pedalaman untuk menyusun kekuatan.

Stasiun Kereta Garut tak luput dari aksi tersebut. Tujuannya tentu agar jangan sampai jatuh dan digunakan oleh Belanda. Meskipun pihak mereka juga akhirnya yang merenovasi total bangunan stasiun.

Kembali ke Pangkuan Ibu Pertiwi

Belanda mengakui kedaulatan Indonesia tahun 1949. Bersamaan dengan itu juga seluruh asset perkeretaapian kembali dikuasai oleh pihak Indonesia. Tanggal 6 Januari 1950 dibentuk Djawatan Kereta Api (DKA).

Operasional kereta api yang di masa perang kemerdekaan oleh DKARI, Staats Spoorwegen (SS), dan Verenigd Spoorwegbedrif (VS). Ketiganya dilebur ke DKA. Stasiun Kereta Garut kembali ke pangkuan ibu pertiwi dan dioperasikan DKA.  

Periode Temaram Perkeretaapian Garut

Tahun 1963 DKA dirubah jadi Perusahaan Negara Kereta Api (PNKA). Dekade 1960-an merupakan periode temaram (masa-masa suram) perkeretaapian Indonesia. Si ular besi seolah tenggelam ditengah-tengah euforia Demokrasi Terpimpin.

Di masa-masa inilah banyak terjadi insiden yang melibatkan kereta api. Diakibatkan oleh sarana kurang perawatan hingga human error. Stasiun Kereta Garut masih beroperasi namun berada dalam periode sulit.

Secara umum Jalur KA Cibatu Garut sendiri infrastrukturnya cukup memprihatinkan. Masih mengandalkan armada-armada uzur peninggalan Belanda yang membuatnya jadi kalah saing dengan jalan raya.

Periode Temaram terus berlanjut hingga awal dekade 1980-an. Ketika masuk era PJKA (Perusahaan Jawatan Kereta Api). Dari dokumentasi kebanyakan, terlihat banyak penumpang meluber hingga lokomotif. Namun jalur legendaris itu justru mengalami kerugian.

Stasiun Kereta Garut Non Aktif dan Beralih Fungsi

Dekade 1980-an menjadi puncak dari temaram Stasiun Kereta Garut, Jalur KA Cibatu Garut, hingga lintas cabang menuju Cikajang. Bahkan lintas menuju stasiun tertinggi di Asia Tenggara ditutup bulan Agustus 1982. Kado pahit HUT Kemerdekaan RI ke-37.

Akhirnya 9 Februari 1983 stasiun dan seluruh jalur KA Cibatu Garut dinon-aktifkan. Karena PJKA tak sanggup lagi menanggung kerugian dari situ. Seiring berjalan waktu Stasiun Kereta Garut beralih fungsi menjadi Kantor Ormas Pemuda Pancasila.

Bangkit Lagi Setelah Hampir 40 Tahun

Berbagai wacana reaktivasi terus digaungkan. Bermula di tahun 1990-an dimana lintas belum banyak terokupasi. Namun krisis ekonomi 1997-1998 membuat wacana ini buyar. Hingga jalur KA Cibatu Garut semakin terokupasi.

Seiring berjalan waktu dan banyaknya wacana demikian, barulah di tahun 2019 semua terealisasi. Di akhir tahun tersebut jalur kereta api telah tersambung lagi dan digantikan dengan yang baru.

Meski demikian operasional untuk umum baru bisa terealisasi di tahun 2022. Akibat Pandemi Covid-19. Kini Stasiun Kereta Garut telah beroperasi lagi secara reguler. Melayani pemberangkatan kereta lokal dan Kereta Api Cikuray jurusan Stasiun Jakarta Pasar Senen.

Stasiun Kereta Garut Siap Kembali Berjaya

Kembalinya Si Ular Besi seperti membuka memori lama kejayaannya di era kolonial Belanda. Namun tentunya untuk ke sana masih cukup panjang. Aktif lagi aja sebenarnya udah bagus.

Stasiun Kereta Garut kini lebih megah dari sebelumnya. Meski tetap mempertahankan bangunan lama sebagai terminal kedatangan penumpang. Namun jangan dulu berharap kembali ke masa keemasan untuk sekarang.

Pasalnya kita baru aja lepas dari masa sulit Pandemi Covid-19. PT.KAI selaku operator sendiri masih terkendala minimnya sarana berupa trainset. Untuk saat ini manfaatkan dulu apa yang ada, KA Lokal Garut Cibatuan dan Kereta Api Cikuray.

Kita berharap kedepannya akan ada rangkaian kereta api langsung dari Garut ke Yogyakarta, bahkan Surabaya. Agar wargi Kota Dodol dimudahkan tanpa harus ke Bandung atau Cipeundeuy lebih dulu.

Kesimpulan

Stasiun Kereta Garut dibangun dan operasional bersamaan dengan lintas utama Jalur Kereta Cicalengka Garut. Mengalami berbagai macam dinamika mulai dari masa keemasan di era Kolonial Belanda hingga masa-masa sulit yang puncaknya penonaktifan di tahun 1983.

Kini stasiun berikut jalur KA Cibatu Garut (bagian Cicalengka Garut) telah beroperasi lagi secara reguler. Belum optimal karena baru bangkit dari Pandemi Covid-19. Kita berharap ke depan akan kembali berjaya seperti era Kolonial.

Galeri Foto Stasiun Kereta Garut

Epilog

InSyaaAlloh Lanjut

Pembahasan masih akan berlanjut di konten Stasiun KA Garut Merajut Lagi Masa Kejayaan. Bagaimana dan seperti apa peluang Stasiun Kereta Garut agar bisa kembali berjaya pasca reaktivasi dan beroperasi reguler di bulan Maret 2022.

Adakah peluang reaktivasi lintas cabang Cikajang dan penambahan perjalanan kereta api jarak jauh (KAJJ) ke Yogyakarta dan Surabaya? Semuanya akan dibahas di sana.

Comments

One response to “Stasiun Kereta Garut Dalam Lintasan Sejarah”

Leave a Reply