Stasiun Pasar Nguter punya peran penting di lintas kereta Wonogiri ke Solo. Walaupun begitu secara fisik lebih menyerupai halte. Di sini ada fasilitas penunjang. Apa aja itu?
Pendahuluan
Melanjutkan pembahasan sebelumnya yakni Stasiun Wonogiri. Sekilas memang lebih ke sarana infrastruktur perkeretaapian. Khususnya bangunan stasiun. Namun karena yang kita bahas berada di lintas kereta Wonogiri ke Solo.
Sebuah lintasan yang boleh dibilang unik. Bukan hanya lantaran terdapat segmen di tengah jalan Slamet Riyadi yang ramai. Lebih dari itu hanya ada satu layanan yakni KA Batara Kresna dan hanya dinas setengah hari.
Karenanya setiap pembahasan tentang stasiun di lintas kereta Wonogiri ke Solo tentu akan berkaitan satu dengan lainnya. Terlebih karena setiap stasiun itu melayani satu kereta yang sama, KA Batara Kresna.
Dimana hal semacam ini juga terjadi di segmen Sukabumi-Cipatat sebagai bagian dari Jalur Manggarai Padalarang yang juga legendaris. Bedanya lintas itu dilayani KA Siliwangi.
Masih Ada Lagi di Wonogiri
Seperti telah kita bahas sebelumnya, Stasiun Wonogiri merupakan permulaan sekaligus destinasi akhir KA Batara Kresna. Namun begitu sejatinya bukanlah terminus lantaran berada di Baturetno.
Sayangnya sejak pembangunan Waduk Gajah Mungkur tahun 1976 segmen Wonogiri-Baturetno ditutup karena ditengah lintasan itu terdampak genangan air waduk. Sehingga otomatis Stasiun Baturetno statusnya non-aktif.
Apakah dengan ditutupnya Stasiun Baturetno dan sejumlah halte dan stopplast akibat terdampak bendungan menjadikan Wonogiri hanya punya satu stasiun? Ternyata nggak! Kabupaten Wonogiri masih punya satu lagi stasiun aktif.
Stasiun Pasar Nguter di Utara Selogiri
Namanya Stasiun Pasar Nguter. Masih berada di Kabupaten Wonogiri. Tepatnya di sebelah utara Jembatan Selogiri yang melintas di atas Sungai Bengawan Solo. Nah inilah pemberhentian lainnya yang masih aktif dan melayani penumpang secara reguler setelah Stasiun Wonogiri.
Stasiun Pasar Nguter Punya Peran Penting
Jika dilihat sekilas, secara fisik bangunannya memang menyerupai halte. Namun stasiun ini tetap punya peran penting. Sebab ini jadi salah satu titik turun naik penumpang dalam jumlah cukup banyak.
KA Batara Kresna ketika diberangkatkan dari Stasiun Wonogiri memang banyak penumpangnya. Tapi begitu tiba di sini, terjadi penambahan dan banyak juga yang naik dari sini.
Peran penting itu sangat terasa terutama ketika awal KA Batara Kresna beroperasi tahun 2012. Saat itu terminusnya masih di sini. Mengingat lintas menuju Stasiun Wonogiri masih dalam proses perbaikan. Terutama di Jembatan Selogiri.
Selepas full trip tetap aja peran penting itu nggak berubah. Meski di sisi lain penumpangnya terbagi. Khususnya mereka yang memang bertujuan ke pusat kota pastilah akan turun di Stasiun Wonogiri.
Stasiun Pasar Nguter Nggak Seperti Gadobangkong
Secara fisik, Stasiun Pasar Nguter menyerupai Halte. Namun dari sisi fasilitas justru cukup untuk sekedar menjadi stasiun kelas 3. Di antara fasilitas tersebut ialah keberadaan toilet. Sesuatu yang membedakan dengan Halte Gadobangkong misalnya.
Lebih dari itu juga memiliki gudang. Nah di sisi yang ini sedikit menyerupai Stasiun Gedebage sebelum diupgrade. Keberadaan gudang sedikit menyisakan misteri. Pasalnya sejauh ini hanya KA Batara Kresna saja yang beroperasi reguler di sini.
Kesimpulan
Stasiun Pasar Nguter boleh aja disebut menyerupai halte. Tapi dari sisi fasilitas minimal udah ada toilet dan tentunya nggak bisa disamain dengan Halte Gadobangkong. Disamping itu juga ada gudang dan sedikit menyisakan misteri lantaran hanya dilewati KA Batara Kresna.
Di lintas kereta Wonogiri ke Solo, stasiun ini punya peran penting. Ketika belum sampe Stasiun Wonogiri misalnya rute KA Batara Kresna berakhir di sini. Dan sekalipun telah fulltrip peran penting itu nggak lantas sirna. Banyak penumpang turun naik di sini.
Leave a Reply