Dulu kalo udah ngomongin Stasiun Tanah Abang mesti kesannya nggak baik. Namun siapa sangka sekarang malah jadi salah satu simpul integrasi antarmoda di Jakarta. Yuk disimak selengkapnya!
Sebuah stasiun di kawasan niaga dengan sejarah panjang. Pertama dibangun oleh Staatspoorwegen (SS) sebagai bagian dari 2 jalur sekaligus. Jalur lingkar dan jalur lintas barat dari Stasiun Duri hingga Anyer Kidul.
Jadi keberadaannya sangat penting. Karena jadi penghubung antara Batavia dan kawasan Banten di Barat Pulau Jawa. Namun seiring perjalanan waktu justru terjadi penurunan kualitas pelayanan.
Mulai lingkungan sekitar stasiun yang semrawut. Banyak dipenuhi pemukiman kumuh. Ditambah lagi soal keamanan benar-benar di titik nadir. Siapapun udah takut duluan kalo dengar namanya.
Stasiun Tanah Abang Bukan Mistis Tapi Preman
Apa yang membuat Stasiun bernama Tanah Abang ini begitu menyeramkan? Tentunya bukan hal mistis. Meskipun Stasiun Tanah Abang telah dibangun sejak era Kolonial.
Aura seram yang muncul ternyata lebih pada Preman. Ya, dulu di sini memang rawan kejahatan. Terlebih lagi stasiun ini dulunya juga melayani perjalanan jarak jauh dari Jawa. Jadi bukan cuma Banten aja. Layanan KAJJ di sini berlangsung hingga 2017.
Banyak sekali foto-foto jadul yang menunjukkan kondisi stasiun dan lingkungan di sekitarnya. Tentu yang paling menarik perhatian ialah adanya sebuah rangkaian kereta yang ditarik lokomotif uap. Itu gambaran sekitar tahun 70-an.
Stasiun yang dulu beda banget dengan sekarang. Dulu itu pintu masuknya langsung di lantai bawah. Nggak kaya sekarang, masuknya dari lantai atas. Diperkirakan Pintu masuk atas itu mulai ada sejak dekade 1990-an dan Sekarang pun masih digunakan.
Jadi Pusat Integrasi dengan Pasar dan Transportasi Lain
Sekalipun gambaran nggak enak itu masih ada hingga sekarang, setidaknya kondisi stasiun kini udah lebih baik dari sebelumnya. Bahkan telah ada jembatan penghubung dengan Pasar Tanah Abang.
Di jembatan itu pun banyak pedagang yang menjajakan dagangannya. Selain itu Stasiun juga telah terkoneksi dengan transportasi umum lain. Terutama Bus dan Mikrotrans nya Transjakarta (Jak Lingko).
Stasiun Tanah Abang dan Emak-Emak
Terakhir, ada dua hal yang nggak bisa dipisahkan antar satu dan lainnya. Stasiun Tanah Abang dan keberadaan emak-emak. Ibaratnya dua sejoli yang sulit dipisahkan.
Stasiun sekarang sangat identik dengan keberadaan emak-emak. Alih-alih Preman dan nyeremin kaya dulu. Di sinilah kita kadang merasakan “The Power Of Emak-Emak” membawa belanjaan dari Pasar Tanah Abang di dekatnya.
Layanan Cikarang Loop Line dan Barang
Sejak diberlakukannya SO5 pemicu Drama Manggarai, Stasiun Tanah Abang jadi bagian dari Cikarang Line. Jadi melayani naik dan turun penumpang Cikarang, Bekasi dan sekitarnya.
Penumpang dari Bogor, Nambo dan Depok masih bisa ke sini tapi harus transit lebih dulu di Stasiun Manggarai. Nah buat kamu yang dari tiga daerah tersebut dan sekitarnya kalo merasa repot nunggu KRL dari arah Cikarang masih ada feeder.
Banyaknya keluhan penumpang membuat PT. KCI (Kereta Commuter Indonesia) mengoperasikan rangkaian Feeder dari Stasiun Manggarai tujuan Stasiun Angke. Nah ini bisa dijadikan alternatif selain Cikarang Loop Line.
Selain KRL Commuter Line (Cikarang Loop Line dan Rangkasbitung Line), stasiun juga kerap disinggahi kereta barang. Khususnya Babarandek dari Cigading ke Nambo. Bahkan angkutan barang sejatinya udah ada dari dulu.
Leave a Reply