Tragedi Bintaro 1987 adalah kecelakaan kereta api terbesar di Indonesia. Dimana terjadi tabrakan 2 kereta yang memakan 150 korban jiwa. Lantas apa hubungan dengan Lokalan Daop 2?
Pendahuluan
Hari ini tepat 35 tahun yang lalu telah terjadi satu musibah kecelakaan kereta api dengan jumlah korban terbesar di Indonesia. Ketika dua kereta saling bertabrakan adu banteng di jalur yang sama.
Kecelakaan tersebut terjadi pada senin pagi tanggal 19 Oktober 1987. Namun adakah keterkaitan tragedi tersebut dengan Lokalan di Daop 2 Bandung? Bukannya kecelakaan itu terjadi di wilayah Daop 1 Jakarta? Dimanakah letak hubungannya?
Before We Go
Di Manglayang ID sebelumnya telah ada beberapa konten bertema Tragedi Bintaro pertama. Adapun yang berkaitan dengan ini pernah dibahas juga dengan judul Kereta Tragedi Bintaro 1987, K306548BD. Nah karena itu konten kali ini boleh dibilang merupakan daur ulang dari sana. Tapi apabila kamu penasaran seperti apa isinya bisa didownload di sini : K306548BD
Tragedi Bintaro 1987 Petaka di Senin Pagi
Sebelum membahas lebih jauh tentang korelasinya, kita akan lebih dulu membahas secara ringkas kejadian di Senin pagi tanggal 19 Oktober 1987. Karena udah banyak dan terlalu sering dibahas, kita akan bahas secara ringkas aja.
Karena konten ini sendiri akan lebih fokus pada sisi lain Tragedi Bintaro 1987 berupa apa yang tertinggal dari musibah tersebut. Dimana hingga kini peninggalan tersebut masih ada. Bahkan berada di Tanah Priangan.
Kesalahan Awal di PPKA Serpong
Tragedi Bintaro 1987 bermula ketika PPKA Stasiun Serpong memberangkatkan KA 225 Lokal Rangkasbitung rute Rangkasbitung – Jakarta Kota tanpa melihat lebih dulu kondisi Stasiun Sudimara. KA 225 juga mengalami delay.
Benar aja setibanya di Sudimara yang punya 3 jalur, semuanya telah terisi penuh. KA 225 masuk di jalur 3. Sedangkan jalur 2 telah ada KA Indocement juga menuju Jakarta. Di jalur 1 ada gerbong barang tanpa lokomotif.
PPKA Sudimara Membuat Surat PTP (Pemindahan Tempat Persilangan)
Sejatinya KA 225 akan bersilang dengan KA 220 Patas Merak rute Tanah Abang – Merak. Namun karena delay tadi dan kondisi stasiun Sudimara penuh, PPKA Sudimara hendak memindahkan ke Stasiun Kebayoran Lama.
Untuk memindahkannya PPKA Sudimara membuat surat PTP (Pemindahan Tempat Persilangan) dan memberikan ke Masinis. Setelahnya baru menghubungi PPKA Kebayoran.
Negosiasi Dengan Kebayoran Gagal
Pindah ke Stasiun Kebayoran, KA Patas Merak (220) tiba di sana. Terjadi kontak dan negosiasi antar kedua PPKA namun PPKA Kebayoran berkeras bahwa persilangan tetap harus di Sudimara.
Berpegang pada level KA 220 yakni kereta Patas lebih tinggi dari KA 225. Sehingga harus mendapatkan prioritas lebih. Kemudian terjadi pergantian PPKA dan PPKA pengganti ini memberangkatkan KA 220 ke Sudimara.
KA 225 dan KA 220 di Jalur Yang Sama
Balik lagi ke Sudimara, akhirnya PPKA memerintahkan juru langsir untuk memindah KA 225 ke Jalur 1 karena jalur 3 akan dilewati KA 220. Nah disinilah terjadi kesalahpahaman. Bukannya langsir KA 225 malah melaju menuju Kebayoran.
Mengetahui hal ini dan telah berangkatnya KA 220 dari Kebayoran membuat para petugas panik. Seorang petugas berusaha mengejar dengan sepeda motor. PPKA Sudimara berusaha menghentikan dengan menggerak-gerakkan sinyal.
Namun gagal, pengejaran dengan motor pun tak membuahkan hasil karena pagi itu merupakan jam sibuk (rush hour). Lalu lintas padat membuat pengejaran jadi terhambat berujung kegagalan.
PPKA Sudimara berusaha mengejar KA 225 sambil membawa dan mengibarkan bendera merah. Lagi-lagi tak membuahkan hasil. Bahkan PPKA sampai pingsan saat kembali ke Stasiun Sudimara.
Maut Tak Terhindarkan
Upaya terakhir pun dilakukan dengan memberi semboyan genta darurat pada PJL Pondok Betung. Lagi-lagi gagal. Diketahui petugas PJL tak hafal semboyan genta darurat.
Kedua kereta akhirnya bertemu di sebuah tikungan Letter S dekat Pondok Betung Bintaro. Tabrakan maut nggak terelakkan lagi. Terjadilah kecelakaan kereta api terbesar di Indonesia. 150 Korban Meninggal Dunia sebagian besar mengenaskan.
Rangkaian Gerbong Selamat Tetap Dinas
Meski Tragedi Bintaro 1987 memakan korban cukup banyak bahkan dengan kondisi mengenaskan, sebagian rangkaian gerbong selamat atau hanya mengalami kerusakan ringan tetap berdinas.
Bahkan dinasnya pun masih di Jalur Kulon (kini Rangkasbitung Line dan Merak Line). Termasuk secara reguler melewati TKP di dekat Pondok Betung itu. Biasa dinas Langsam, Lokalan, maupun Patas. Baik ke Merak maupun Rangkasbitung.
Seiring berjalannya waktu, tahun 2014, jalur elektrifikasi di lintas tersebut diperpanjang hingga Stasiun Rangkasbitung. Sehingga membuat Perka Langsam dan Lokal di rute Jakarta Rangkasbitung digantikan KRL Commuter Line.
Hasilnya banyak rangkaian kereta jadi nggak terpakai. Sehingga diputuskan untuk mutasi ke Daop 2 Bandung. Dimana trainset-trainset tersebut selanjutnya akan dipakai untuk dinas Lokalan di sana.
K306548BD Sisa Tragedi Bintaro 1987
Ada dua gerbong peninggalan Tragedi Bintaro 1987 yang kini ada di Dipo Kereta Api Bandung (BD) yakni K306548BD dan K306601BD. Pada saat kejadian, keduanya dibawa oleh KA 225 rute Rangkasbitung – Jakarta Kota.
Nah sekarang keduanya rutin berdinas Lokalan milik Daop 2 Bandung. Paling sering tentu saja KA Lokal Bandung Raya. Namun bila ada rolling akan dinas KA Lokal Garut Cibatuan dan KA Walahar.
Terutama K306548BD meski tragedi telah 35 tahun berlalu dan rangkaian rutin dirawat, kesan angker masih bisa dirasakan oleh sebagian kecil penumpang. Memang belum banyak yang tau itu bekas Tragedi Bintaro 1987.
Terbawa Kereta Api Jarak Jauh (KAJJ) ?
Meski sangat kecil kemungkinannya, namun bisa aja K306548BD terbawa KAJJ. Terutama apabila kepemilikan rangkaiannya Dipo Kereta Api Bandung (BD). Secara ada dua kereta yakni KA Pasundan dan KA Kahuripan.
Keduanya berbagi rangkaian satu sama lain. Namun bila ada gerbong yang mesti PA sedangkan K306548BD ini lebih siap maka bukan mustahil akan dibawa oleh KA Pasundan maupun Kahuripan.
Sebetulnya peninggalan Tragedi Bintaro 1987 ini dinas KAJJ pernah terjadi di Gapeka 2019. Tentunya ketika dinas sebagai Kereta Api Galunggung. Mengingat Kereta Api Galunggung waktu itu gunakan trainset KA Lokal Bandung Raya.
Di sini agak unik ya, K306548BD bekas Tragedi Bintaro 1987 udah pasti melintas TKP Kecelakaan maut lainnya yakni Tragedi Trowek 1995. Bahkan jika suatu hari dibawa dinas KA Pasundan atau Kahuripan.
Andai dibawa KA Pasundan itu kesannya gimana gitu ya? Udah mah tarif KA Pasundan itu mahal (non subsidi) tapi membawa gerbong tua seperti K306548BD dan saksi bisu sebuah peristiwa kelam di Senin pagi.
Kesimpulan
Keterkaitan antara Tragedi Bintaro 1987 dan Lokalan Daop 2 ada pada rangkaian kereta yang hingga kini masih dinas, K306548BD dan K306601BD. Namun disini lebih menyoroti keberadaan K306548BD.
Sisa malapetaka di Senin pagi itupun rutin berdinas di KA Lokal Bandung Raya. Tak jarang juga di KA Lokal Garut Cibatuan dan KA Walahar. Meski telah menetap di Tanah Priangan, kesan angker masih nampak pada segelintir orang.
K306548BD bukan mustahil dibawa dinas KA Pasundan dan KA Kahuripan. Bahkan di Gapeka 2019 juga pernah dibawa Kereta Api Galunggung yang menggunakan trainset rolling dari KA Lokal Bandung Raya.
Leave a Reply