Hutang Whoosh Rugikan KAI ? (Diversifikasi Adalah Kunci)

·

01 Hutang Whoosh Bebani KAI (Diversifikasi Adalah Kunci)

Berita Hutang Whoosh Rugikan KAI banyak berseliweran dan menghiasi lini masa media sosial. Seolah banyak media berlomba-lomba memberitakan itu demi mendapatkan engagement. Padahal solusinya sederhana. Diversifikasi adalah kunci dan ini sudah pernah terjadi sebelumnya. Optimalkan pendapatan lain selain tiket.

Pendahuluan

Bermula dari Rapat Dengar Pendapat (RDP) antara PT. KAI dengan Anggota DPR. Momen yang sekaligus memperkenalkan jajaran direksi baru PT. KAI termasuk dirutnya. Pada momen tersebut Dirut PT. KAI yang baru menyebut bahwa defisit besar berasal dari operasional Kereta Cepat Whoosh dan dikhawatirkan akan menjadi bom waktu.

Disebutkan bahwa Pihak KAI akan berkoordinasi dengan Danantara untuk menyelesaikan permasalahan Hutang Whoosh tersebut. Namun apa yang terjadi terutama di media sosial seperti biasa setiap isu besar selalu jadi gorengan. Terlebih dalam sejarahnya pembangunan Whoosh ini banyak menimbulkan pro dan kontra.

Media berlomba-lomba mengangkat berita ini demi mendapatkan engagement. Sudah bisa ditebak seperti apa tanggapan para netizen terutama media sosial. Banyak yang komentar negatif. Sampai ada satu artikel yang membuat semacam analisa bahwa pengoperasian moda futuristik seperti Whoosh jelas tak bisa langsung mencatatkan profit dan pasti akan jadi beban di awal.

Di artikel itu, si penulis sebetulnya punya usulan cerdas berupa solusi agar KAI mulai mencari sumber pendapatan dari portofolio lainnya diluar penjualan tiket kereta penumpang.

Hutang Whoosh Rugikan KAI ? Sudah Diwacanakan Sejak 2012

Proyek Kereta Cepat sebenarnya sudah pernah jadi wacana pada tahun 2012 dan kajiannya sudah pernah dilakukan JICA dari Jepang. Waktu itu jalurnya dari Jakarta ke Surabaya dengan Jakarta Bandung jadi bagiannya. Namun Dirut KAI waktu itu menolak karena menanggap lebih baik membangun jalur kereta api di luar Pulau Jawa.

Pada tahun itu juga Tiongkok masih fokus pada pembangunan dan pengembangan kereta cepat di negaranya sendiri. Belum berpikir untuk investasi di luar negeri. Waktu terus berjalan dan terjadi suksesi pemerintahan pada 2014. Rencana pembangunan kereta cepat pun berlanjut.

Namun di sini pemerintah beralih dari Jepang ke Tiongkok yang menawarkan investasi untuk proyek tersebut. Apalagi dengan jaringan kereta cepat yang telah begitu luas di dalam negeri Republik Rakyat Tiongkok (RRT). Alasan pemerintah beralih ke RRT salah satunya ialah adanya alih teknologi. Salah satu yang sulit diminta dari Jepang.

Disinilah penolakan mulai banyak bermunculan. Lebih dari itu penolakan tersebut mulai menjurus ke SARA yakni Sinophobia. Tambah lagi memanasnya suhu politik di 2017 membuat sentimen tersebut makin kencang. Apapun berkaitan dengan RRT selalu jadi gorengan. Meski begitu toh pembangunan kereta cepat yang didanai Tiongkok tetap berjalan juga.

Hutang Whoosh Rugikan KAI ? Cost Overrun Akibat Force Majeur

Awal mula terjadi pembengkakan biaya yang nantinya berdampak pada hutang besar ketika Pandemi Covid-19 melanda Indonesia. Semula Whoosh ini rencana akan selesai tahun 2020 dan bisa beroperasi di tahun yang sama. Sayang keburu Pandemi dan bukan itu saja, pembebasan lahan di sebagian trase ternyata belum tuntas.

Kondisi Force Majeur ini mengakibatkan cost overrun sehingga terjadi pembengkakan biaya pembangunan akibat perencanaan yang meleset dari target awal yang telah direncanakan. Proyek yang bersifat Business-to-Business (B2B) inipun akhirnya menggunakan APBN juga sekedar untuk memambal.

Janji awal tanpa APBN akhirnya pake APBN juga. Nggak beda dong sama proposal Jepang sebelumnya yang meminta APBN? Bahkan interest rate atau bunga pinjaman juga lebih tinggi dari tawaran Jepang?! Namun apalah daya semua sudah terlanjur. Satu-satunya jalan ialah menyelesaikan proyek dan gimana caranya agar bisa operasional.

Beroperasi Tapi Malah Jadi Beban KAI

Setelah melalui banyak drama, Kereta Cepat Whoosh akhirnya beroperasi mulai tanggal 1 Oktober 2023. Ketika kondisi Indonesia sudah lepas dari Pandemi Covid-19. Beroperasinya moda transportasi baru ini ternyata banyak menarik minat masyarakat untuk menjajalnya.

Di tahun berikutnya penumpang semakin ramai menggunakan Whoosh. Terutama di musim-musim liburan. Hal ini tentu selaras dengan visi mengurangi emisi akibat pemakaian kendaraan bermotor. Sayangnya dalam kondisi ramai ini, Whoosh malah jadi beban buat KAI.

KAI adalah pimpinan dari konsorsium KCIC yang mengoperasikan Whoosh. Sudah jelas beban hutang yang ditanggung KAI lebih besar dari BUMN lainnya yang tergabung di sana. Sebenarnya kerugian di fase awal operasional itu adalah hal wajar. Secara Whoosh juga baru beroperasi 2 tahun. Tentu tak bisa diharapkan bisa langsung mencatat laba atau setidaknya Balik Modal.

Dalam RDP dengan Anggota DPR yang berlangsung baru-baru ini, Dirut KAI menyebut bahwa hal ini bisa menjadi bom waktu. Karenanya akan berkoordinasi dengan Danantara untuk menuntaskan masalah ini. Dari pihak Danantara juga telah siap untuk melakukan restrukturisasi terhadap Hutang Whoosh Rugikan KAI tersebut. Sekilas ini semacam titik terang atau solusi.

Jadi Gorengan Media dan Netizen

Sayangnya solusi dari Danantara tersebut nyatanya sulit untuk membendung ocehan netizen di dunia maya. Hal ini tak lepas dari banyaknya media yang menggoreng isu ini. Seolah menjadi drama yang tak ada ujungnya. Gorengan media ini kerap muncul di timeline media sosial. Boleh dibilang udah berisik banget dan hanya buang energi untuk sekedar menanggapinya satu per satu.

Hutang Whoosh Rugikan KAI ? Sebuah Artikel Yang Menyejukkan (Selaras dengan Danantara)

Sampai akhirnya menemukan sebuah artikel yang begitu menyejukkan berkaitan dengan permasalahan ini. Artikel tersebut ditulis oleh seorang Dosen di ITERA dan memang juga pakarnya transportasi umum. Judul artikel “Kereta Cepat dan Tantangan Valuasi Asset PT. KAI.”

Artikel seperti ini ibaratnya air yang memadamkan api. Isinya sangat berbobot dan solutif. Dimana intinya solusi untuk permasalahan hutang besar yang jadi beban ini sebenarnya cukup sederhana. Diversifikasi adalah kuncinya. Dimana PT. KAI diminta untuk mengikuti cara JR Group di Jepang dulu.

Sedikit info, pengoperasian Shinkansen itu awalnya Rugi dan Jadi Beban. Tapi JR Group menyiasatinya dengan diversifikasi. Mengoptimalkan pendapatan lain selain dari tiket kereta penumpang. Sehingga JR Group bisa lepas dari tekanan kerugian itu.

Model diversifikasi seperti ini sebenarnya selaras dengan Danantara. Lembaga tersebut didirikan memang tak lepas dari permasahalan Whoosh. Dari pihak mereka juga sudah akan melakukan restrukturisasi hutang agar nantinya tak mengganggu operasional KAI. Di sini lain KAI juga perlu mencontoh JR Group dalam mengoptimalisasi sumber pendapatan di luar angkutan penumpang.

02 Dua Tahun Operasional Masih Rugi

Bagaimana Jika Gorengannya Terus Gentayangan?

Artikel dari Pakar Transportasi dan juga Solusi dari Danantara harusnya bisa meredam gejolak yang ada. Namun bagaimana jika gorengan Hutang Whoosh Rugikan KAI terus bergentanyangan di timeline media sosial? Nah untuk hal ini sih gampang aja ya. Tinggal di mute atau sekalian aja di Blokir. Biar nggak gentayangan terus!

Kita nggak bisa nyangkal, sejak tahun 2017 namanya Fitnah itu kalo digoreng terus akan semakin rame dan meningkatkan engagement. Terutama yang medosos nya masih sepi. Seperti nggak ada cara lain selain goreng kasus-kasus viral. Makanya itu bijaklah dalam bermedia sosial.

Kesimpulan

Dalam artikel berjudul Kereta Cepat dan Tantangan Valuasi Asset PT. KAI yang ditulis seorang pakar transportasi umum menyebut bahwa sudah saatnya KAI mengoptimalkan sumber pendapatan lain diluar angkutan penumpang. Dengan kata lain melakukan diversifikasi. Hal yang dulu pernah dilakukan JR Group dalam mengatasi kerugian dan beban operasional Shinkansen.

Artikel yang sejatinya cukup menjawab keresahan netizen akibat berita-berita Hutang Whoosh Rugikan KAI yang terus digoreng demi engagement. Apa yang ditulis pakar yang juga seorang dosen di ITERA itu juga selaras dengan Danantara. Pihak Danantara akan merestrukturisasi hutang-hutang itu. Jelas itu juga merupakan solusi.

Comments

Leave a Reply