Kereta Api Sukabumi boleh dibilang unik karena terletak di dua wilayah operasional PT KAI. Dulu pernah berjaya namun seiring perjalanan waktu pernah hampir terlupakan sebagai bagian dari sejarah. Kini tengah menapaki langkah untuk bangkit dan memang punya potensi besar untuk makin berkembang.
Si Ular Besi di Kota Sukabumi boleh jadi pamornya nggak sebesar roda aspal seperti bus. Cukup beralasan sih, terlebih kereta api pernah nyaris terlupakan di sini. Meski pernah merasakan masa-masa keemasan di awal beroperasinya ketika Sukabumi menjadi bagian dari jalur penghubung Jakarta dan Bandung via Bogor.
Namun sayangnya itu hanya berlangsung singkat setelah dibukanya jalur baru via Cikampek, juga jalur Cirebon untuk angkutan kereta api ke Jawa Tengah dan Timur.
Kondisi miris benar-benar terlihat setelah Indonesia merdeka. Bahkan jalur Jakarta Bandung pertama pun seolah terlupakan begitu saja. Keterpurukan ini mencapai puncaknya di tahun 2006 ketika PT.KAI menghentikan operasional KRD Ekonomi Bogor-Sukabumi dengan alasan teknis dan finansial.

Sebelumnya KA Argo Peuyeum juga telah memotong rute jadi mentok di Cianjur. Nggak lagi nyampe Sukabumi. Terlebih pasca Terowongan Lampegan ambruk.
Si Ular Besi sempat mengalami kebangkitan sesaat dengan beroperasinya KRD Bumi Geulis sebagai pengganti KRD Ekonomi di tahun 2008. Setelah beroperasi 4 tahun juga harus berhenti gegara lagi-lagi mengalami gangguan teknis. Meski disisi lain peminatnya banyak dan selalu terisi penuh.
KRD Bumi Geulis hanya beroperasi 2 kali masing-masing 1 perjalanan pagi dari Sukabumi dan 1 perjalanan sore dari Bogor. Memang lebih mengincar pekerja yang akan lanjut naik KRL ke Jakarta.
Minimnya operasional cukup beralasan lantaran hanya satu trainset. Sekalipun KA Pangrango sekarang bisa beroperasi sebanyak 6 trip (3 dari Bogor dan 3 dari Sukabumi) dengan satu rangkaian utama. Boleh jadi waktu itu hanya beroperasi 2 trip juga mempertimbangkan kondisi kereta yang telah uzur. KRD Bumi Geulis sebelumnya beroperasi sebagai KA Prameks Solo Jogja.
Tanggal 6 November 2014 menjadi awal kebangkitan roda besi di Sukabumi. Dengan beroperasinya KA Pangrango relasi Bogor Paledang – Sukabumi disusul Siliwangi yang melayani Sukabumi – Cianjur. Keduanya menggunakan kereta biasa ditarik lokomotif. Bukan lagi KRD.
Kereta Api Sukabumi di Dua Wilayah
Kereta Api Sukabumi punya keunikan yakni beroperasi di dua wilayah yakni Daop 1 Jakarta dan Daop 2 Bandung. Jadi satu kabupaten dua daerah operasional. Stasiun paling banyak tentu berada di Daop 1 Jakarta yakni Stasiun Cicurug, Parungkuda, Cibadak, Karangtengah, Cisaat, dan Stasiun Sukabumi sebagai stasiun utama sekaligus titik batas paling selatan.
Dulunya stasiun ini punya 5 jalur aktif dan fasilitas seperti Dipo termasuk Turntable. Namun sekarang tinggal 3 jalur yang aktif. Meski demikian tetap menjadi stasiun utama dan terbesar di Kabupaten Sukabumi.
Sedangkan di Daop 2 Bandung hanya ada dua stasiun dan satu halte yang kini statusnya non-aktif. Stasiun Gandasoli dan Stasiun Cireungas, kini masih aktif melayani perjalanan KA Siliwangi. Sementara satu halte non-aktif yakni Halte Ranji berada di petak antara Stasiun Sukabumi dan Stasiun Gandasoli.
InSyaaAlloh nanti akan ada pembahasan tersendiri tentang Halte Ranji. Juga pembahasan tentang stasiun-stasiun di Kabupaten Sukabumi yang berada di Daop 1 Jakarta. Selain Stasiun Sukabumi tentunya yang udah dibahas. Pembahasan kali ini akan lebih fokus ke Stasiun Gandasoli dan Cireungas di Daop 2 Bandung.
Stasiun yang Tertidur Selama Satu Dekade Lebih.
Berbicara tentang Stasiun Gandasoli dan Stasiun Cireungas, keduanya termasuk bagian dari sejarah pembangunan jalur kereta api penghubung Jakarta dan Bandung via Bogor di tahun 1879-1884. Keduanya berada di segmen Sukabumi-Cianjur yang mulai operasional tanggal 10 Mei 1883. Namun belum jelas apakah waktu itu keduanya telah dibangun atau belum.


Stasiun Gandasoli dan Stasiun Cireungas di Kabupaten Sukabumi. Menjadi saksi keunikan dua daerah operasi dalam satu kabupaten. Dua stasiun ini terletak di wilayah Daop 2 Bandung, di segmen Sukabumi-Cianjur yang mulai beroperasi 10 Mei 1883. Pernah mengalami masa-masa jatuh di titik nadir selama satu dekade lebih bersamaan dengan penghentian operasional KA Argo Peuyeum gegara Terowongan Lampegan runtuh. November 2014 keduanya bangkit kembali. Bersama dengan pengoperasian KA Siliwangi.
Untuk Stasiun Sukabumi sendiri yang notabene adalah stasiun utama dan ujung selatan Daop 1 Jakarta telah beroperasi sejak 21 Maret 1882. Pembangunan jalur Buitenzorg-Bandung oleh Staatspoorwegen (SS) sendiri memang terbagi ke dalam beberapa segmen.
Diantaranya ialah Sukabumi-Cianjur yang melewati dua stasiun ini dan Terowongan Lampegan. Perkiraannya bila dibangun satu paket dengan segmen Cianjur maka Gandasoli dan Cireungas telah beroperasi sejak 1883. Dilihat dari fisik bangunannya sendiri memang menyerupai bagunan lama meski kusen dan jendelanya bukan bergaya kolonial.
Perubahan bentuk stasiun itu memang bisa jadi beralasan. Apalagi pada periode 1945-1949 wilayah Sukabumi hingga Cianjur jadi saksi pertempuran hebat antara pejuang Indonesia melawan pasukan Sekutu dan Belanda yang hendak menegakkan kembali kolonialisme di tanah air yang telah memproklamasikan kemerdekaan 17 Agustus 1945.
Infrastruktur seperti rel, jembatan, hingga stasiun kerap dijadikan target pejuang untuk menghambat pergerakan pasukan Belanda sebagai bagian dari taktik gerilya. Termasuk stasiun nggak jarang jadi target bumi hangus.
Sebagaimana jalur kereta api pertama dan tertua di tanah Priangan ini, Stasiun Gandasoli dan Cireungas pernah mengalami masa-masa dimana keberadaannya seperti kehilangan pamor dan hampir terlupakan.
Dibanding dengan lintas utama lainnya, jalur ini memang jarang dilewati kereta api karena dianggap terlalu jauh. Untuk Jakarta ke Bandung aja jalur Cikampek yang lebih dilirik. Bahkan jalur tersebut di era koloniam telah menjadi pesaing sang legenda.
Puncaknya pasca ambruknya terowongan Lampegan di tahun 2001. Perjalanan KA Argo Peuyeum yang jadi andalan Stasiun Gandasoli dan Cireungas harus dipotong cuma nyampe Stasiun Lampegan. Belakangan bahkan mentok di Cianjur karena sedikitnya penumpang yang naik dari Lampegan.
Praktis sejak saat itu aktivitas layanan penumpang di Stasiun Gandasoli dan Cireungas terhenti. Keduanya pun tertidur selama satu dekade lebih, tepatnya 10 tahun 4 bulan.
KA Siliwangi dan Kebangkitan Kereta Api Sukabumi
November 2014 menjadi sejarah baru bagi Kereta Api Sukabumi. KA Siliwangi resmi beroperasi melayani rute Sukabumi-Cianjur PP. Segmen legendaris inipun bangkit kembali dari tidur panjangnya. Termasuk Stasiun Gandasoli, Stasiun Cireungas, dan Terowongan Lampegan. Terowongannya sendiri telah direstorasi dan direnovasi total sehingga layak untuk dioperasikan kembali setelah tertidur selama lebih dari satu dekade.
Kini KA Siliwangi telah diperpanjang rutenya hingga Stasiun Cipatat. Meski statusnya telah berganti menjadi KA Perintis bersubsidi terhitung mulai tahun 2016. Perubahan status ini juga punya timeline tersendiri dan terlalu panjang untuk dibahas di sini. InSyaaAlloh akan dibahas tersendiri di lain waktu.

Balik lagi ke Kereta Api Sukabumi, meski sempat vakum beberapa bulan gegara pengetatan total sebagai dampak dari fase-fase kritis Pandemi Covid-19, denyut si ular besi kini mulai terasa lagi bahkan menuju ke arah yang jauh lebih baik di masa depan.
Terlebih lintas Bogor-Sukabumi tengah dibangun double track. 30%-nya telah rampung dan beroperasi. KA Pangrango sendiri telah meningkatkan layanan dengan mengoperasikan trainset ekonomi New Image K3 16 dan 2 kereta eksekutif.
Kereta Api Sukabumi punya masa depan cerah dan potensi sangat bagus untuk dikembangkan. Terlebih di kawasan tersebut juga banyak destinasi wisata. Tak kalah penting juga pembenahan transportasi penunjang yang berbasis angkutan jalan raya.
Sehingga bisa membentuk sistem Transit Oriented Development (TOD) mengingat jangkauan kereta api yang masih terbatas dan butuh transportasi pendukung. Tentunya nggak asal transportasi pendukung, tapi juga harus yang kondisinya layak, bisa memberi rasa aman dan nyaman seperti kereta api. Seperti layanan Bus Rapid Transit (BRT) dan sejenisnya.
Leave a Reply