Timeline Stasiun Universitas Indonesia : Akhirnya Steril Lagi

Timeline Stasiun Universitas Indonesia _ Akhirnya Steril Lagi

Ketika baru beroperasi tahun 1987, Stasiun Universitas Indonesia sangat steril. Namun seiring perkembangan kawasan sekitar, lambat laun kondisinya berubah. Stasiun jadi seperti pasar. Baru pada tahun 2013 akhirnya bisa steril lagi seperti semula. 

Pendahuluan

Asalnya steril terus jadi pasar dan steril lagi. Ginilah siklus Stasiun UI Depok yang terletak di jalur kereta api bersejarah. Stasiun ini mulai beroperasi tahun 1987, bersamaan dengan mulainya kegiatan Kampus UI Depok. Ternyata keberadaan Kampus dan Stasiun UI Depok memicu pertumbuhan kawasan sekitarnya. 

Daerah yang semula masih didominasi pepohonan berubah jadi kawasan perkampungan penduduk. Bahkan nggak sedikit rumah kost-kostan dibangun untuk mengakomodasi mahasiswa dari luar Jabodetabek. Pertumbuhan ini sebenarnya wajar sebagai dampak ekonomi. Namun yang terjadi malah kebablasan. 

Pemukiman penduduk di belakang stasiun yang terhubung Jalan Margonda Raya inilah yang memunculkan jalan-jalan tikus, atau akses tak resmi ke stasiun kereta api. Hal ini telah berlangsung sejak awal dekade 1990-an. Di saat yang sama pun mulai ramai fenomena atapers atau penumpang di atas atap kereta. 

Kondisi ini baru teratasi ketika sosok Ignasius Jonan memimpin PT. KAI. Tahun 2013, PT. KAI melakukan penertiban Stasiun UI Depok. Hasilnya kondisi stasiun kembali seperti pada tahun 1987. 

Pertama Kali Beroperasi, Stasiun Universitas Indonesia Steril

Stasiun Universitas Indonesia mulai beroperasi pertama kali tahun 1987. Bersamaan dengan mulainya kegiatan perkuliahan di Kampus Depok.

Sebelumnya Kampus Universitas Indonesia tersebar di 3 lokasi berbeda di Jakarta yakni Pegangsaan Timur, Rawamangun, dan Salemba. Tujuan relokasi ke Depok adalah menciptakan lingkungan kampus yang terintegrasi. 

Stasiun ini menjadi salah satu fasilitas yang ada di Kampus UI Depok. Dengan segmen pasar Civitas Akademika Universitas Indonesia. Disamping menjadi bagian dari Jalur KA Manggarai Padalarang di segmen Bogor.

Saat itu lingkungan sekitar Kampus dan Stasiun UI Depok masih berupa hutan dan kebun. Boleh dibilang sangat asri. Kondisi stasiun pun sangat steril. 

sangat steril ketika baru beroperasi tahun 1987

Dampak Ekonomi Kampus dan Stasiun Universitas Indonesia

Berdirinya Kampus dan Stasiun Universitas Indonesia di Depok pada perkembangannya memberi dampak ekonomi bagi lingkungan sekitar.

Hutan dan kebun yang ada lantas berubah menjadi kawasan hunian. Banyak berdiri perkampungan baru, seperti di Gang Pepaya dan Gang Sawo, yang terhubung Jalan Margonda Raya. 

Di satu sisi tentu saja ini merupakan dampak positif. Perekonomian jadi bergerak. Banyak usaha baru bermunculan seperti warung makan hingga kost-kostan. 

Berkembang Tapi Kebablasan (Stasiun Nggak Steril Lagi)

Berkembangnya kawasan sekitar Kampus dan Stasiun UI Depok di satu sisi adalah satu keniscayaan. Adanya kampus baru apalagi sekaliber Universitas Indonesia (UI). Ditambah Stasiun Kereta Api baru yang akan menambah titik pemberhentian di Jalur Kereta Jakarta Bogor. 

Apalagi relokasi Kampus UI berbarengan dengan proyek Double Treack Manggarai Bogor fase-1 yang meliputi segmen Manggarai Depok.

Sayang yang terjadi justru kebablasan. Terutama saat memasuki awal dekade 1990-an. Peningkatan jumlah penumpang KRL nggak dibarengi dengan penambahan dukungan sarana. Sehingga mulai marak fenomena atapers. 

Balik lagi ke Stasiun Universitas Indonesia, di saat yang sama juga mengalami kemunduran. Sejumlah akses tidak resmi bermunculan.

Menghubungkan Kampus UI Depok dengan Jalan Margonda Raya melalui daerah pemukiman penduduk di Gang Pepaya dan Gang Sawo. Kondisi stasiun kini nggak lagi steril. Berubah jadi seperti pasar. 

Stasiun Universitas Indonesia : Sterilisasi Setengah Hati di Tahun 2003

Sebetulnya pernah ada upaya untuk mengembalikan stasiun seperti tahun 1987. Namun itu masih sebatas penataan aja. Hanya membangun jejeran kios di Peron 2 arah Jakarta. Lapak-lapak pedagang di peron akan didorong untuk menempati kios tersebut. 

Sedangkan Peron 1 arah bogor yang menghadap Kampus UI Depok dilakukan sterilisasi. Dari pintu masuk sampai peron nggak ada lapak pedagang. Namun masih menyisakan 3 buah kios yang salah satunya adalah Wartel. Penataan pada tahun 2003 hingga 2004 ini adalah upaya Sterilisasi namun masih setengah hati. 

Stasiun UI Depok masih jadi akses pejalan kaki dari Kampus ke Jalan Margonda Raya. Aktivitas perdagangan masih ada di Peron 2 dan di sepanjang Gang Sawo. 

pertumbuhan kawasan sekitar menjadikan stasiun seperti pasar

Akhirnya Steril Lagi 

Angin segar muncul ketika PT. KAI dipimpin oleh Ignasius Jonan tahun 2009. Perlahan tapi pasti perkeretaapian Indonesia mulai berbenah ke arah yang lebih baik.

stasiun universitas indonesia akhirnya steril

Dua tahun kemudian, PT. KAI melepas Divisi Jabodetabek untuk dijadikan anak usaha yakni PT. Kereta Komuter Jabodetabek (KCJ). Kemudian berubah lagi menjadi PT. Kereta Commuter Indonesia (KCI) alias KAI Commuter. 

Nah di tahun 2013 atau setelah KCJ mengendalikan semua aktivitas KRL Commuter Line Jabodetabek, Stasiun Universitas Indonesia ditertibkan secara besar-besaran. Jajaran kios yang telah eksis selama hampir satu dekade dibongkar total. Termasuk tiga kios tersisa di Peron 1. 

pembongkaran kios dan penertiban di stasiun universitas indonesia
stasiun universitas indonesia pasca pembongkaran kios

Meski sempat mendapat perlawanan, PT. KAI dan anak usahanya (KCJ) tetap nggak ada kompromi soal stasiun yang harus steril.

Bukan hanya kios, semua jalan tikus yang selama ini dipake buat lalu-lalang antara Kampus UI Depok dan Jalan Margonda Raya ditutup rapat-rapat. Akses stasiun hanya melalui pintu masuk utama. 

Peron Stasiun Tanpa Jejeran Kios dan Jalan Tikus ke Perkampungan Warga

Sebagai gantinya, PT. KAI, Kampus UI, dan Pihak Terkait  membangun Jembatan Penyeberangan Orang (JPO) yang menghubungkan Kampus UI Depok dengan Gang Sawo.

Tujuannya untuk mengakomodasi mereka yang biasa memanfaatkan Gang Sawo menuju Jalan Margonda Raya. Biasanya mereka yang menggunakan moda transportasi selain KRL Commuter Line. 

Akses Kampus UI ke Margonda Raya via JPO dan Gang Sawo

Hasilnya, sejak tahun 2013, Stasiun Universitas Indonesia akhirnya benar-benar steril. Kondisinya kembali seperti tahun 1987. Sekalipun nggak ada lagi kebun di balik jalur rel kereta. Karena telah lama berganti menjadi kawasan pemukiman warga. Termasuk rumah kost-kostan dan warung makan.  

Kesimpulan

Stasiun Universitas Indonesia mulai beroperasi tahun 1987 dalam kodisi steril. Pada saat itu masih banyak hutan dan kebun yang membuat suasana sangat asri.

Namun keberadaan Kampus dan Stasiun UI Depok ternyata merangsang pertumbuhan ekonomi di sekitarnya. Kawasan pemukiman baru yang mulai berdiri. 

Satu sisi hal ini merupakan dampak positif. Namun sayangnya memasuki dekade 1990-an semua jadi nggak terkendali.

Mulai dari munculnya fenomena atapers, lanjut ke Stasiun UI Depok yang nggak lagi steril. Dengan keberadaan 3 jalur tikus ke pemukiman warga di Gang Pepaya dan Gang Sawo, yang langsung ke Jalan Margonda Raya. 

Tahun 2003-2004 sempat ada sterilisasi Peron 1 yang langsung menghadap Kampus UI Depok. Dengan hanya menyisakan 3 kios pedagang saja. Adapun di Peron 2, lapak pedagang didorong untuk menempati jejeran kios yang telah dibangun sebelumnya. Periode sterilisasi setengah hati. 

Akhirnya pada tahun 2013, Stasiun UI Depok steril lagi. Berkat penertiban besar-besaran di area stasiun. Meskipun sempat mendapat perlawanan, jejeran Kios yang telah eksis 10 tahun dibongkar tanpa ampun. Semua jalur tikus ditutup. Sebagai gantinya dibangun JPO penghubung Kampus UI dan Gang Sawo. 

kembalinya stasiun universitas indonesia seperti tahun 1987

Comments

Leave a Reply