Stasiun Duren Kalibata : Dikira Baru Ternyata Peninggalan NISM

Pemberhentian Kereta Tjililitan_ Namanya Stasiun Duren Kalibata

Seperti halnya Cawang, Stasiun Duren Kalibata juga dulunya merupakan sebuah halte bernama Tjililitan. Lebih dari itu ternyata peninggalan NISM yang beroperasi 1873 dan jadi saksi sejarah dinamika Jalur Kereta Jakarta Bogor. Namun masih sering dikira stasiun baru. Pernah berperan menghalau atapers lewat cat semprot.

Pendahuluan

Relokasi Kampus UI ke Depok ternyata memberi dampak bagi perkembangan Jalur Kereta Jakarta Bogor yang telah beroperasi sejak 1873. Relokasi yang akhirnya terealisasi tahun 1987 itu memiliki peran strategis, terutama dalam pengembangan Double Track Manggarai Bogor.

Selain keberadaan Stasiun Universitas Indonesia, juga turut merangsang pembangunan titik pemberhentian baru. 

Seperti Stasiun Cawang yang awalnya hanyalah sebuah halte. Stasiun ini mengambil posisi yang sangat strategis. Tepat di dekat Jalan Tol Cawang Grogol. Walapun secara administrasi masuknya di kecamatan Tebet.

Saat ini Stasiun Cawang telah menjadi Transit Oriented Development (TOD). Turut Mengintegrasikan layanan Transjakarta Koridor 7 dan LRT Jabodebek. 

Namun beberapa kilometer arah selatan Stasiun Cawang, ada lagi satu stasiun yang juga letaknya cukup strategis. Stasiun ini sering dikira baru. Masuk bagian Proyek Double Track sebagaimana Stasiun Cawang dan UI Depok.

Ternyata perkiraan itu nggak sepenuhnya tepat. Sebab stasiun ini ternyata telah ada sejak era NISM. Stasiun apakah itu? 

Berawal dari Halte Tjililitan (NISM)

Stasiun Duren Kalibata yang disangka baru ternyata dulunya adalah sebuah halte. Bedanya yang ini udah ada sejak era Kolonial. Ketika Jalur Kereta Jakarta Bogor masih dioperasikan oleh Nederlandsch Indische Spoorweg Maatschappij (NISM) tahun 1873. Waktu itu namanya Halte Tjililitan. 

Wah berarti nama Tjililitan menjamah semua moda transportasi ya? Boleh dibilang begitu. Pasalnya di era kolonial juga ada Lapangan Udara Tjililitan yang kemudian menjadi Bandara Halim Perdanakusuma (HLP).

Jangan lupakan juga Terminal Bus Cililitan yang legendaris. Meskipun yang kenangannya membekas tetap Cililitan sebagai terminal bus.

Stasiun Duren Kalibata dan Dinamika Jalur Bersejarah di era Kolonial

Jalur Kereta Jakarta Bogor merupakan jalur kereta api tertua nomor dua yang ada di Indonesia. Tentunya mengalami banyak dinamika dalam perjalanannya. Dibangun oleh NISM sebagai pintu masuk menuju Priangan. 

Namun sejak tahun 1906, jalur ini mendapat persaingan dari Jalur KA Cikampek Padalarang yang bisa mempersingkat waktu tempuh ke Priangan. Sehingga terjadi penurunan pendapatan NISM selaku operator.

Bahkan operator swasta itu cenderung merugi. Karenanya sejak itu Staats Spoorwegen (SS) berusaha untuk mengakuisisi jalur kereta Jakarta Bogor. 

Proses yang alot itu akhirnya kelar pada 1913. SS akhirnya berhasil mengakuisisi jalur ini dari NISM. Berikut stasiun dan pemberhentiannya. Termasuk Halte Tjililitan. Selanjutnya SS melakukan penataan ulang terhadap jalur kereta di dalam kota Batavia (kini Jakarta). 

Dinamika berikutnya ialah elektrifikasi jalur ini pada tahun 1930. Sekali lagi Halte Tjililitan menjadi saksi sejarah beroperasinya KRL untuk pertama kali di sini. Meskipun pada saat itu sebatas lokomotif listrik seperti Bon Bon.  

KRL Jabotabek dan Double Track Manggarai Bogor

Memasuki era kemerdekaan, Halte Tjililitan mengalami upgrade dan berganti nama jadi Stasiun Duren Kalibata. Belum jelas kapan pastinya upgrade dan perubahan nama itu terjadi.

Namun satu hal yang pasti, stasiun ini lagi-lagi menjadi saksi sejarah meredupnya layanan kereta listrik di tahun 1960-an hingg awal 1970-an. Hingga kedatangan KRL baru dari Jepang pada 1976. 

Stasiun inipun kembali menjadi tempat persinggahan KRL. Namun kali ini bukan lagi lokomotif listrik. Melainkan rangkaian KRL Rheostatik.

Bersamaan dengan pembangunan Kampus UI Depok tahun 1983, lintas Manggarai Bogor ditingkatkan jadi Double Track. Dibagi dalam dua tahap, dimana pada 1983 yang lebih dulu dikerjakan ialah Manggarai Bogor. Sekali lagi stasiun ini jadi saksi sejarah baru, 

Namun sayang, Double Track itu nggak langsung beroperasi. Rel baru memang udah terpasang tapi belum dielektrifikasi. Sehingga hanya bisa dilewati rangkaian KRD dan Lokomotif. Baru pada tahun 1992, Double Track fase pertama ini beroperasi penuh. 

Stasiun Duren Kalibata dan Upaya Menghilangkan Atapers

Sejak awal dekade 1990-an, seiring bertambahnya jumlah penduduk dan pertumbuhan kawasan penyangga, KRL Semakin diminati. Namun hal itu nggak didukung oleh ketersediaan sarana.

Lantas munculah sebuah fenomena yang dinamakan atapers. Penumpang yang menempati atap kereta. Meskipun itu sangat berbahaya. Risiko jatuh atau tersengat listrik tegangan tinggi mengintai. 

Stasiun ini pernah menjadi saksi upaya untuk menghilangkan fenomena tersebut. Nggak jauh dari Stasiun, PT. KCJ waktu itu memasang alat yang menyemperotkan semacam cairan seperti cat.

Istilahnya cat semprot berwarna orange. Cat itu nggak bisa hilang dari pakaian dan diharapkan bisa memberi efek jera. Sayangnya usaha itu belum cukup efektif menurunkan atapers. 

Baru ketika KRL Ekonomi dihapus dari Gapeka dan stasiun seluruhnya steril, fenomena itu akhirnya hilang. Terlepas dari gimanapun hasilnya, Stasiun Duren Kalibata tetap berperan dalam “memerangi” atapers. 

Kesimpulan

Walaupun sering dikira stasiun baru, sejatinya Stasiun Duren Kalibata merupakan peninggalan NISM yang mulai beroperasi tahun 1873. Waktu itu masih Halte Tjililitan.

Stasiun ini jadi saksi sejarah dan dinamika perkeretaapian di Jalur Jakarta Bogor yang bersejarah. Nggak hanya itu, pernah juga berperan memerangi atapers. Meski fenomena itu baru hilang ketika KRL Ekonomi dihapus dan sterilisasi stasiun. 

dikira stasiun baru padahal peninggalan nism

Comments

Leave a Reply