Tragedi Gerbong Maut Bondowoso Suatu Kebiadaban

01 Tragedi Gerbong Maut Bondowoso Suatu Kebiadaban

Tragedi Gerbong Maut Bondowoso, sebuah peristiwa kelam pada masa Perang Kemerdekaan. Disinilah bentuk kebiadaban tentara Belanda terhadap para tahanan hingga jatuh korban. Bagaimana ceritanya?

Pendahuluan

Sebelumnya kita telah membahas Agresi Militer Belanda 1 dan Gerbong Maut Bondowoso. Kedua peristiwa sejarah itu saling berkaitan dan tak bisa dilepaskan begitu saja. Dimana Agresi Militer Belanda 1 jadi sebab.

Akibat dari serangan militer berskala besar dengan persenjataan serba modern itu, Belanda berhasil menduduki kota-kota penting di Indonesia. Begitupula asset-asset vital seperti perkebunan, industri, hingga kereta api. Tujuan utamanya jelas menghidupkan lagi Kolonialisme.

Bondowoso Jatuh ke Tangan Belanda

Di antara kota yang berhasil diduduki ialah Bondowoso di Jawa Timur. Ketika itu para pejuang Republik memilih untuk menyingkir ke pegunungan guna menyusun strategi gerilya. Diakibatkan tak seimbangnya persenjataan.

Perang Gerilya

Serangan demi serangan ke basis militer Belanda sebagai bentuk Perang Gerilya terus dilakukan setiap harinya. Tentu hal itu berakibat berkurangnya stok amunisi. Diakibatkan itu para pejuang berusaha agar bisa merebut persenjataan plus amunisi dari pihak Belanda.

Penangkapan Besar Besaran

Tentu saja misi tersebut memiliki risiko besar. Akibatnya banyak dari mereka yang tertangkap. Ditambah serangan masif yang terus terjadi, Belanda melakukan penangkapan secara besar-besaran terhadap pejuang, rakyat penyokong, hingga siapapun yang dicurigai berhubungan.

Penjara Bondowoso Jadi Penuh

Gencarnya aksi penangkapan oleh Belanda mengakibatkan Penjara Bondowoso jadi penuh dan hampir melebihi kapasitas. Dari sini Belanda ingin memindahkan tahanan dengan kualifikasi kelas berat ke Penjara Bubutan Surabaya.

Mereka yang dikualifikasikan kelas berat tentunya berasal dari para pejuang yang tertangkap, yakni Tentara Republik Indonesia (TRI), Polisi, dan Laskar. Bahkan dari kalangan rakyat biasa pun ada yang masuk kualifikasi paling berbahaya ini.

Pemindahan Melalui 3 Tahap

Untuk memidahkan para tahanan itu dipilih moda transportasi kereta api. Diangkut dalam 3 tahap. Pada tahap 1 dan 2 pengangkutan berjalan lancar karena memakai kereta penumpang.

Sedangkan pengangkutan ke-3 yakni sebanyak 100 orang tahanan direncanakan memakai rangkaian kereta barang. Ketiga gerbong tersebut masing-masing bernomor seri GR-10152, GR-4416, dan GR-5769. Semuanya telah tersedia di Stasiun Bondowoso.

Pemindahan Berujung Tragedi Gerbong Maut Bondowoso

Balik lagi ke Penjara Bondowoso, persiapan pemindahan 100 tahanan yang dianggap berbahaya itu telah dilakukan oleh Pihak Belanda. Berikut adalah kronologis pemindahan yang berujung Tragedi Gerbong Maut Bondowoso.

Tahanan Dibangunkan Jam 03.00

Tahanan yang akan dipindahkan ke Penjara Bubutan Surabaya dibangunkan pada jam 03.00 dini hari. Mereka diminta untuk berkemas dan siap-siap. Tak satupun yang mengetahui akan dipindahkan ke mana.

Menuju Tragedi Gerbong Maut Bondowoso

Hingga pada saat matahari mulai terbit mereka dibawa ke Stasiun Kereta Api dan dibariskan di sana. Kemudian diperintahkan untuk menaiki 3 buah gerbong barang yang telah disiapkan. Para tahanan berjumlah 100 orang.

Masing-masing tahanan tersebut ditempatkan sebanyak 33 orang di gerbong GR-5769, sebanyak 29 orang di gerbong GR-4416, dan 38 orang di gerbong GR-10152. Nah jumlah paling banyak itu karena gerbong masih baru dan berukuran lebih besar dibanding dua lainnya.

Ke-100 tahanan itu telah naik ke gerbong masing-masing. Para penjaga lantas menutup dan mengunci gerbong kereta. Meski masih bisa menghirup sisa-sisa udara segar, itulah awal mula menuju Tragedi Gerbong Maut Bondowoso.

Berangkat dari Stasiun Bondowoso, jam 07.00

Tepat jam 07.00 rangkaian kereta barang pengangkut tahanan itu diberangkatkan dari Stasiun Bondowoso. Setelah kurang lebih 3 jam menunggu. Fase awal perjalanan belum ada masalah.

Kereta tengah melaju menuju titik pembentian awal yakni Stasiun Kalisat. Perjalanan Bondowoso – Kalisat menempuh waktu 1 jam. Matahari semakin naik, tahanan pun mulai merasakan hawa pengap. Di sinilah detik-detik menuju Tragedi Gerbong Maut Bondowoso

Tragedi Gerbong Maut Bondowoso : Mulai Panas dan Pengap

Kereta berhenti di Stasiun Kalisat menunggu rangkaian dari Banyuwangi. Namun tempat berhentinya tanpa terlindungi atap sehingga rangkaian gerbong langsung tersorot oleh sinar matahari. Disinilah para tawanan mulai merasakan panas dan pengap tanpa udara.

Tragedi Gerbong Maut Bondowoso : Mulai Gedor-Gedor

Kereta melanjutkan perjalanannya menuju Stasiun Jember lebih dulu. Nah dalam perjalanan dari Kalisat ke Jember, para tahanan mulai menggedor-gedor dan mencakar-cakar gerbong. Disebutkan bahwa 6 orang telah meninggal dunia.

Tragedi Gerbong Maut Bondowoso: Dijemur di Bawah Terik Matahari

Kereta tiba di Stasiun Jember. Di sini kondisi para tahanan jauh lebih parah. Lantaran kereta berada dibawah terik matahari selama kurang lebih 3 jam. Korban tewas bertambah jadi 12 orang.

Bisa dibayangkan, di dalam gerbong barang berdinding besi dan tanpa ventilasi lalu dijemur di bawah sinar matahari. Ibarat terpanggang di dalam oven. Ditambah lagi kondisi lapar dan haus. Terdapat kisah miris dimana tahanan sampai meminum air kencing sekedar untuk bertahan hidup

Cara lain untuk bertahan hidup ialah menjilat biji buah mangga yang dibawa oleh seorang tahanan. Sekedar membasahi tenggorokan. Disebutkan juga ada yang memeras keringat untuk diminum.

Juga menghirup udara bergantian dari lobang kecil seukuran paku. Sayangnya itu nggak didapat dari gerbong GR-10152.

Hujan di Klakah

Selepas Stasiun Jember turun hujan di daerah Klakah. Hujan ini menjadi berkah tersendiri bagi para tahanan yang masih bertahan hidup. Rembesan air bisa kurangi kesengsaraan di dalam gerbong besi tanpa udara.

Gedoran Lebih Keras

Kereta masuk Stasiun Probolinggo. Di sini gedoran dari dalam gerbong lebih keras daripada sebelumnya. Penderitaan belum sepenuhnya berakhir. Ternyata korban tewas telah mencapai 30 orang!

Akhir Penderitaan di Stasiun Wonokromo

Sekitar jam 20.00 WIB kereta akhirnya tiba di Stasiun Wonokromo. Nah disinilah segala penderitaan sejak pagi berakhir. Banyaknya korban baru diketahui setelah gerbong dibuka. Bahkan di GR-10152 nggak satupun yang hidup. Semua telah tewas.

Satu Bentuk Kebiadaban Belanda

Peristiwa memilukan Tragedi Gerbong Maut Bondowoso pada tanggal 27 November 1947 tercatat sebagai satu bentuk kebiadaban Militer Belanda terhadap para tahanan pejuang dan rakyat Indonesia.

Bisa dibayangkan berada dalam gerbong barang tertutup dengan dinding besi semua tanpa ventilasi. Lalu di perjalanan selama 13 jam yang sebagian besar di siang hari. Besi-besi itu berubah menjadi panas akibat sorotan matahari.

Belum lagi tahanan dalam gerbong barang kondisinya berjejalan satu dan lainnya. Nah di KRL aja berjejalan di jam sibuk udah nggak nyaman. Padahal ventilasinya cukup memadai bahkan dilengkapi AC. Lha ini gerbong barang besi, tertutup semua, pengap, sempit dan gelap.

Tragedi Gerbong Maut Bondowoso, 46 Orang Tahanan Gugur

Dari 100 tahanan yang diangkut rangkaian kereta barang itu, 46 orang tahanan gugur. Bahkan di gerbong GR-10152 semua 38 orang gugur. Adapun dalam kondisi sakit parah 11 orang, sakit 31 orang, dan 12 orang masih dinyatakan sehat.

Mereka yang selamat dibawa ke Penjara Bubutan. Menjadi tahanan di sana hingga Kerajaan Belanda mengakui kedaulatan Republik Indonesia Serikat (RIS) tanggal 21 Desember 1949. 2 tahun setelah tragedi Gerbong Maut Bondowoso.

Bukti Tragedi Gerbong Maut Bondowoso di Museum Brawijaya

Apakah rangkaian kereta yang jadi bukti kebiadaban Belanda itu masih ada? Saat ini tersimpan satu bukti di Museum Brawijaya, yakni gerbong bermomor GR-10152. Gerbong ini sebetulnya tergolong baru saat dipakai mengangkut tahanan.

Disinilah seluruh 38 tahanan gugur tanpa ada yang hidup. Karena kondisinya masih baru, sangat sulit untuk sekedar membuat lobang ventilasi berukuran kecil. Sehingga wajar bila seluruh tahanan gugur di sini.

Karena paling memakan korban, terdengar kisah mistis sehubungan dengan gerbong tersebut yang juga masih asli. Terlepas dari itu keberadaan saksi Tragedi Gerbong Maut Bondowoso bisa dijumpai di Museum Brawijaya Kota Malang.

Kesimpulan

Tragedi Gerbong Maut Bondowoso merupakan dampak langsung dari Agresi Militer Belanda 1 pasca Militer Belanda berhasil menduduki Bondowoso. Setelahnya dilakukan penangkapan besar-besaran hingga mengakibatkan Penjara Bondowoso penuh.

Karenanya pihak Belanda memindahkan tahanan dengan kualifikasi berbahaya ke penjara Bubutan Surabaya menggunakan rangkaian kereta api. Pemindahan tanggal 27 November 1947 dengan rangkaian kereta barang berujung malapetaka.

Perjalanan selama 13 jam dari Stasiun Bondowoso hingga Wonokromo di Surabaya nggak ubahnya neraka. Dari 100 tahanan yang dipindahkan, 46 tahanan gugur, 11 sakit parah, 30 sakit, dan 12 tahanan dinyatakan masih sehat. Satu bukti kebiadaban militer Belanda terhadap pejuang dan rakyat Indonesia.

Bukti dari kebiadaban itu kini tersimpan di Museum Brawijaya Kota Malang. Sebuah gerbong barang dengan nomor seri GR-10152. Disinilah seluruh tahanan berjumlah 38 orang gugur tak bersisa.

Ada Lanjutan Nggak Ya?

Apakah konten ini masih ada kelanjutannya? Bila disimak dari awal hingga akhir sepertinya ada yang belum ditulis ya? Apakah itu? Ditunggu aja ya, stay tune!

Galeri Foto

Referensi

Anggita Apriliani dan Andari Novianti. 2022. Gerbong Maut Bondowoso: Saksi Bisu Kejamnya Belanda Usai Indonesia Merdeka. Jakarta: Kumparan Travel.

Aswab Nanda Pratama dan Bayu Galih. 2018. Kisah “Gerbong Maut” di Bondowoso. Jakarta: Kompas.Com

Hendi Jo. 2017. 13 Jam Bersama Maut. Jakarta: Historia ID

Petrik Matanasi. 2018. Tragedi Gerbong Maut Bondowoso : 46 Pejuang Republik Tewas Disekap. Jakarta: Tirto ID

Comments

One response to “Tragedi Gerbong Maut Bondowoso Suatu Kebiadaban”

Leave a Reply