Jalur Kereta Api Cirebon Kadipaten : Saksi Kejayaan Pabrik Gula

jalur kereta api cirebon kadipaten saksi kejayaan pabrik gula

Jalur Kereta Api Cirebon Kadipaten merupakan percabangan yang dibangun SCSM tahun 1901. Faktor ekonomi jadi pendorong pembangunan lintas cabang ini. Menjadi saksi kejayaan Pabrik Gula di era Kolonial. Sayangnya setelah kemerdekaan justru semakin menurun hingga non aktif tahun 1976.

Pendahuluan

Belum banyak yang mengetahui bahwa dulu pernah ada jalur kereta api di daerah kadipaten Kabupaten Majalengka. Selain itu nggak sedikit pula yang nggak sadar bahwa Stasiun Cirebon Kejaksaan awalnya hanyalah bagian dari percabangan yang dibangun SCSM dari Stasiun Cirebon Prujakan mengarah ke Kabupaten Majalengka. Bentuknya pun hanyalah stopplast dengan bangunan sederhana.

Padahal percabangan tersebut merupakan bagian dari kejayaan si ular besi di masa Kolonial Belanda. Lebih dari itu perannya juga nggak bisa lepas dari keberadaan sejumlah Pabrik Gula di sekitaran jalur kereta api. Pada masa itu, Gula merupakan salah satu komoditas unggulan. Kereta Api turut berperan dalam membangun kejayaan tersebut.

Sayangnya semua itu hanyalah cerita masa lalu. Terlebih percabangan ke Majalengka telah lama non aktif sejak tahun 1976. Alasannya sih klasik karena kalah saing dengan angkutan darat lain. Namun sejak awal memang nggak ada perubahan sama sekali. Pertama dibangun SCSM sebagai lintasan trem. Nggak tersentuh upgrade 1912-1921. Hingga akhir hayatnya masih seperti itu.

segmen kejaksaan asalnya bagian dari jalur kereta api cirebon kadipaten

Before We Go

Konten ini sebetulnya masih berkaitan dengan Jalur Kereta Pantura Barat, Jalur Kereta Cirebon Semarang, dan Stasiun Cirebon Kejaksaan. Khususnya yang disebut paling akhir. Sebetulnya masih bagian dari percabangan menuju Kadipaten tersebut.

Sehingga konten foto yang ada di sini semuanya masih diambil dari sekitaran Stasiun Cirebon Kejaksaan (Disclaimer). Kami memang belum sempat melakukan penelusuran hingga Kadipaten.

Jalur Kereta Api Cirebon Kadipaten : Percabangan Cirebon Semarang

Setelah sukses dengan Jalur Kereta Cirebon Semarang, SCSM kemudian membangun percabangan ke Kadipaten di Kabupaten Majalengka tahun 1901. Sama dengan lintas utama, percabangan ini juga merupakan jalur tram yang dilewati kereta ringan.

Percabangan yang kemudian dikenal sebagai Jalur Kereta Api Cirebon Kadipaten. Jalur ini mulai dari Stasiun Cirebon Prujakan kemudian melewati Stopplast Kejaksaan1, Kedawung, Plumbon, Palimanan, Jatiwangi, hingga Cideres.

percabangan dari jalur kereta cirebon semarang

Jalur Kereta Api Cirebon Kadipaten : Faktor Ekonomi Sebagai Pendorong

Sebagaimana jalur kereta api lainnya, faktor ekonomi jadi pendorong SCSM untuk membangun lintas cabang ini. Terutama untuk mendukung Pelabuhan Cirebon. Terlebih lintas cabang ini merupakan penghasil Tebu dan Gula yang waktu itu sedang naik. Meskipun begitu SCSM juga membuka layanan angkutan penumpang. Dimana lintas cabang ini melewati daerah padat penduduk.

Saksi Kejayaan Pabrik Gula

Karena merupakan daerah penghasil gula dan tebu, sepanjang Jalur Kereta Api Cirebon Kadipaten banyak terdapat Pabrik Gula. Tercatat ada enam Pabrik Gula yakni Soerawinangoen, Plumbon, Gempol, Paroengdjaja, Djatiwangi, dan Pabrik Gula Kadipaten. Serta ditambah satu Pabril Alkohol dan Spirtus Palimanan.

Karena itu nggak heran bila menyebut lintas cabang ini Suikerlijn (Jalur Gula). Menjadi saksi kejayaan Pabrik Gula di era Kolonial Belanda.

saksi kejayaan pabrik gula

Jalur Kereta Cirebon Kadipaten : Jalur Tram Hingga Penutupan Tahun 1976

Sebenarnya pernah ada rencana menghubungkan Jalur ini dengan Lintas Priangan milik SS. Pertama rencana membangun percabangan dari Malangbong ke Kadipaten. Kedua mengembangkan jalur kereta Rancaekek Tanjungsari hingga Kadipaten.

Namun nggak satupun dari rencana tersebut terealisasi. Sampai kedatangan Jepang di tahun 1942. Yang ada justru pondasi jembatan Citali dan Rel Kereta api di Jalur Rancaekek Tanjungsari dicabut oleh Jepang untuk dipindahkan ke Bayah.

Jalur Kereta Api Cirebon Kadipaten masih tetap eksis setelah Indonesia Merdeka. Namun kondisinya terus menurun seiring berjalannya waktu. Terutama awal dekade 1960-an. Kecepatan kereta semakin menurun. Bahkan antara Cirebon dan Jatiwangi ditempuh selama 4 jam. Dinamika berikutnya banyak muncul angkutan jalan raya awal 1970-an. Hingga berujung penutupan jalur ini pada 1976.

Mengapa kondisinya sedemikian menurun hingga kalah saing dengan jalan raya? SCSM sempat melakukan upgrade Jalur Kereta Cirebon Semarang. Namun ternyata nggak menyentuh percabangan ke Kadipaten. Sehingga tetap menjadi jalur tram hingga akhir hayatnya.

Lokomotif tram dengan kecepatan terbatas masih tetap dinas hinga memasuki tahun 1960-an. Nggak heran terus mengalami penurunan performa. Ditambah lagi jalur yang seolah dibiarkan uzur tanpa perawatan. Sehingga penutupan menjadi opsi terbaik.

tetap jalur trem sampai non aktif tahun 1976

Kesimpulan

Jalur Kereta Api Cirebon Kadipaten merupaka percabangan dari Cirebon Semarang yang dibangun SCSM tahun 1901. Sama dengan lintas utama, ini juga merupakan jalur tram. Faktor ekonomi jadi pendorong pembangunan lintas cabang ini. Dengan keberadaan enam pabrik gula ditambah satu pabrik alkohol sepanjang jalur. Selain itu juga melayani angkutan penumpang.

Menjadi saksi kejayaan pabrik gula di era kolonial. Namun pasca kemerdekaan terutama mulai dekade 1960-an mengalami kemunduran. Hal ini karena sejak awal SCSM menjadikan ini sebagai jalur tram. Kondisi sarana dan juga jalur yang semakin uzur membuatnya kalah saing dengan angkutan jalan raya. Hingga akhirnya terjadi penutupan tahun 1976.


  1. Cikal bakal Stasiun Cirebon Kejaksaan yang mulai beroperasi 1912. Stasiun ini awalnya merupakan milik Staats Spoorwegen (SS) ↩︎

Comments

Leave a Reply