Tragedi Petarukan Pemalang Sebuah Sundulan Maut

Tragedi Petarukan Pemalang Sebuah Sundulan Maut

Tragedi Petarukan Pemalang terjadi di kala lintas utara belum seluruhnya double track. Berawal dari delay dan berujung Sundulan maut. Bagaimana kejadian dan jumlah korbannya? Yuk disimak  

Lintas utara, pasti yang tersimpan di otak kamu sekarang ini seluruhnya udah double track. Karenanya nggak ada lagi cerita kereta disilang dan di susul di sini. Nggak usah heran perjalanan bisa lebih cepat via utara.

Nggak sedikit kereta-kereta unggulan yang lewati sini. Juga kereta ekonomi. Termasuk si nomor satu, KA Argo Bromo Anggrek. Dimana kereta tersebut akhirnya luluh juga ngikutin trend jadi stainless steel.

Sayangnya kondisi cepat dan nyaman itu nggak akan bisa kamu rasakan 12 tahun ke belakang. Dimana double tracknya baru sebagian yang terpasang. Belum secara menyeluruh dari Jakarta ke Surabaya.

Nggak cuma itu, stasiun dan kereta belum sepenuhnya steril kaya sekarang. Masih banyak asongan, pengamen, gelandangan dan semisalnya ikut naik ke atas kereta. Terutama kalo lagi berhenti menunggu susul silang.

Penumpang berdiri pun masih diperbolehkan. Bahkan kadang meluber nyampe ke gerbong eksekutif. Seperti terjadi di Kereta Api Parahyangan.

Balik lagi ke sini, Tragedi Petarukan Pemalang adalah kejadian tragis di tanggal 2 Oktober 2010 dini hari. Melibatkan 2 rangkaian kereta dimana satu kereta menyundul kereta lainnya yang lagi berhenti.

Gimana bisa terjadi sundulan tersebut? Kereta mana aja yang terlibat? Berapa korbannya dan dampak yang diakibatkan?

Tragedi Petarukan Pemalang Berawal dari Delay

Kecelakaan maut ini menimpa dua rangkaian kereta panturaan yakni KA Senja Utama Semarang 116 rute Jakarta Pasar Senen – Semarang Tawang dan KA Argo Bromo Anggrek 4 rute Gambir – Surabaya Pasar Turi.

Kedua kereta yang sama-sama berangkat dari Jakarta ini mengalami keterlambatan dari jadwal sebenarnya. KA Senja Utama Solo baru meninggalkan Stasiun Jakarta Pasar Senen jam 19.30 WIB atau telat 10 menit.

Begitupula KA Argo Bromo Anggrek berangkat Stasiun Gambir di jam 21.37 WIB. Normalnya sih jam 21.30 WIB. Ini berarti kereta unggulan itu delay 7 menit. Saat itu juga menggunakan rangkaian darurat.

Diakibatkan keterlambatan itu pula efeknya ke pola perjalanan di jalur pantura yang masih belum full double track. Ngaruh ke rencana silangan dan susulan antar kereta.

Silang dan Susul di Stasiun Petarukan.

KA Senja Utama Semarang normalnya nggak berhenti di Stasiun Petarukan. Tapi gegara efek delay itu akhirnya terpaksa berhenti di sini untuk disilang dua kereta dan disusul 1 kereta, yakni KA Argo Bromo Anggrek dari Gambir itu.

Di jam 02.33 WIB disilang KA Argo Bromo Anggrek 3 jurusan Stasiun Gambir Jakarta, juga disilang KA Senja Kediri dari Stasiun Kediri tujuan Stasiun Jakarta Pasar Senen 11 menit berselang.

KA Senja Utama Semarang waktu itu berhenti di jalur 3. Rencananya KA Argo Bromo Anggrek akan menyusul dari jalur 1 Stasiun Petarukan. Namun siapa sangka ternyata justru ada masalah di sini yang akan berujung malapetaka. Nah lho kenapa ya?

Langgar Sinyal dan Terjadilah Sundulan Maut!

KA Argo Bromo Anggrek melaju dengan kecepatan kurang lebih 50 km/jam. Petugas telah meminta supaya hati-hati karena ada kereta lain di depannya. Namun sayangnya nggak ada tanggapan dari kru kabin. Diketahui kereta telah melanggar sinyal merah.

Apa yang ditakutkan pun akhirnya terjadi. KA Argo Bromo Anggrek nyelonong masuk ke jalur 3 dan langsung menyundul dengan keras KA Senja Utama Semarang. Sundulan maut pun terjadi. Menggemparkan keheningan pagi buta.

Stasiun kecil itupun mendadak jadi pusat perhatian. Para penumpang selamat berhamburan keluar kereta. Mereka menyadari bahwa telah terjadi Tragedi Petarukan Pemalang berupa sundulan maut di jam 02.45 WIB.

Tragedi Petarukan Pemalang Memakan 36 Korban Jiwa

Akibat sundulan maut itu 3 gerbong belakang KA Senja Utama Semarang mengalami kerusakan parah. Bahkan gerbong terakhir terguling dan rusak sampai nggak berbentuk lagi.

Tragedi Petarukan Pemalang yang memecah keheningan pagi buta 2 Oktober 2010 di Stasiun Petarukan memakan korban 36 penumpang tewas dan 40 korban lainnya luka-luka. Sebagian korban tewas mengenaskan tersangkut di lokomotif penarik KA Argo Bromo Anggrek.

Jika dirunut dari beberapa kecelakaan kereta api yang pernah terjadi di Indonesia, Tragedi Petarukan Pemalang menjadi urutan ke-3 dilihat dari jumlah korban meninggal dunia. Nomor 1 tetap Tragedi Bintaro 1987 (156 korban) disusul Tragedi Ratujaya 1968 (46 korban)

Kesimpulan

Tragedi Petarukan Pemalang terjadi akibat sundulan maut KA Argo Bromo Anggrek ke KA Senja Utama Semarang pada 2 Oktober 2010 jam 02.45 WIB. Kedua kereta mengalami delay ketika sama-sama berangkat dari Jakarta.

Namun ternyata masinis KA Argo Bromo Anggrek diketahui telah melanggar sinyal dan salah masuk jalur. Harusnya masuk jalur 1 Stasiun Petarukan, ini malah nyelonong ke jalur 3 dan akhirnya sundulan maut menewaskan 36 penumpang dan mencederai 40 lainnya.

Galeri Foto Tragedi Petarukan Pemalang

Referensi

Anwariksono. 2020. Detik-Detik Kecelakaan Kereta Senja Utama. Jakarta: Catatan Anwariksono

Akrom Hazami. 2010. Komisi V-KNKT Bahas Kecelakaan di Stasiun Petarukan. Jakarta: Okezone.Com

Rofifudin. 2010. Inilah Analisa Penyebab Tabrakan Kereta Api di Pemalang . Jakarta: Tempo.Co

Syamsul Mahmudin. 2010. 2 Oktober, Tabrakan Kereta Argo Bromo – Senja Utama di Pemalang, 36 Tewas. Jakarta: Keadilan.ID

Comments

One response to “Tragedi Petarukan Pemalang Sebuah Sundulan Maut”

Leave a Reply