Stasiun Manggarai Mengintip Calon Stasiun Pusat

Stasiun Manggarai Mengintip Calon Pusat

Stasiun Manggarai mulai beroperasi sejak 1914. Merupakan titik pertemuan 4 lintas sekaligus dan disebut akan menjadi stasiun pusat pada tahun 2025 nanti. Dengan penerapan Perka SO5 sebagai langkah awal. Sudah siapkah menggantikan Stasiun Gambir?

Dari awal memang udah diset oleh Staatspoorwegen (SS) sebagai titik sentral. Terutama sejak pengambilalihan jalur Batavia-Buitenzorg dari operator swasta NIS (Nederlandsch Indische Stroomtram Maatchappij). Hal tersebut dilatarbelakangi penurunan pendapatan hingga kerugian yang dirasakan oleh NIS. Terlebih setelah SS memperpanjang lintas Karawang hingga ke Padalarang.

Alhasil para penumpang lebih memilih menggunakan jalur baru. Karena lebih pendek dan cepat. Waktu itu dari Batavia ke Yogyakarta dan Surabaya masih melewati Bandung. Jika mengambil jalur lama akan memakan waktu yang lumayan lama. Sedangkan di jalur baru bisa dipersingkat. Dimana Batavia ke Bandung aja hanya kurang lebih 2 ¾ jam.

Pembenahan Jalur Kereta Api di Batavia

Sebelum kita membahas lebih lanjut tentang Stasiun Manggarai, ada bagusnya kita bahas dulu tentang pembenahan jalur kereta api di Batavia. Mengingat keduanya sangat terkait dan nggak bisa dipisahkan. Bermula dari proses akuisisi jalur kereta api Batavia – Karawang pada tanggal 8 Agustus 1898 dari BOS (Batavia Ooster Spoorweg Maatchappij).

Diketahui bahwa BOS mengalami krisis keuangan dalam proses pengerjaan lintas timur dan meminta tambahan dana ke pemerintah. Alhasil pemerintah melalui Staatspoorwegen (SS) membeli jalur tersebut setelah tuntas dan terhubung ke Karawang.

Akuisisi sebagai langkah awal SS untuk memperluas dan mengembangkan jaringan kereta api di Batavia. Di saat yang sama, SS juga membangun jalur kereta api Batavia – Duri – Anyer Kidul. Sehingga untuk menghubungkan lintas barat dan timur dibangunlah jalur kereta api dari Duri ke Karawang via Tanah Abang dan Kramat.

Sehingga lintas barat dan timur tersambung rel kereta api. Menjadi jalur lingkar Batavia. Ditambah dari Tanjung Priok – Batavia (via Kampung Bandan) dan Tanjung Priok – Kemayoran via Ancol. Jalur tersebut nyambung ke lintas Timur yang semula dimiliki BOS.

Tanggal 2 Mei 1906 lintas Karawang Padalarang diresmikan dan mulai beroperasi. Keberadaan jalur baru tersebut memperpendek waktu tempuh Batavia-Bandung hingga ke Yogyakarta dan Surabaya. Selain itu perjalanan juga bisa lebih efisien ketimbang melalui jalur lama yang harus berganti kereta di Buitenzorg.

Meski memberi dampak positif namun di sisi lain justru menurunkan pendapatan NIS selaku operator jalur Batavia – Buitenzorg. Nggak itu aja malah merugi. Hal inilah yang membuat pihak SS ingin mengakuisisi jalur tersebut. Setelah melalui proses negosiasi alot akhirnya bisa terealisasi 1913.

Akuisisi jalur tersebut otomatis membuat seluruh lintasan kereta api yang ada di Batavia dan sekitarnya kini dikuasai pemerintah kolonial Belanda. Sehingga dari pemerintah sendiri ingin menata kembali jalur-jalur tersebut. Langkah pertama ialah menyatukan dua stasiun yakni Stasiun Batavia Zuid dan Batavia Noord menjadi satu stasiun besar yang kelak menjadi Stasiun Jakarta Kota (1929).

Adapun lintas barat ke Angke dan Duri yang semula lewat Pasar Pagi dialihkan jadi ke Kampung Bandan. Sebagaimana lintas yang ada sekarang. Pembangunan Kali Banjir Kanal Barat dan rencana pengembangan area pemukiman elite Nieuw Gondangdia membuat keberadaan rel kereta api penghubung Tanah Abang dan Kramat harus digeser lebih ke selatan menjadi Tanah Abang – Karet – Mampang – Manggarai.

Stasiun Manggarai Gantikan Mester Cornelis Passer dan Salemba

Stasiun Mester Cornelis Passer atau Mester Cornelis NIS dibangun pada tahun 1872 di pinggir Sungai Ciliwung. Merupakan satu segmen dengan Koningsplein – Mester Cornelis sebelum dilanjutkan ke Buitenzorg. Namun ada hal unik di sini.

Lintas Batavia – Buitenzorg terdapat percabangan buntu arah timur menuju stasiun Mester Cornelis Passer. Sehingga kereta api harus bermanuver manakala singgah di sini. Ritual yang berlangsung hingga tahun 1908 ketika Mester Cornelis Passer digantikan Bukit Duri yang berada di sisi rel utama sehingga tak perlu lagi ada manuver.

Pasca pengambilalihan oleh Staatspoorwegen (SS), pemerintah kolonial menata kembali semua lintasan yang ada di Batavia. Berbagai perubahan pola lintasan pun dilakukan. Salah satu yang terkena dampak ialah Mester Cornelis Passer. Bangunan stasiun dibongkar untuk kemudian dibangun Dipo Bukit Duri.

Nah sebagai gantinya, pada tahun 1914 pihak SS membangun sebuah stasiun besar yang merupakan titik pertemuan antara lintas utara-selatan dan barat-timur. Sebuah bangunan rancangan arsitek Ir. J. Van Gendt. Diberi nama Stasiun Manggarai. Sesuai dengan nama daerahnya yakni Manggarai yang sekarang masuk dalam wilayah administratif Jakarta Selatan.

Stasiun Manggarai resmi beroperasi pada tanggal 1 Mei 1918. Sebelumnya pembangunan jalur penghubung ke arah Mester Cornelis (Jatinegara) melalui sebuah bentang jembatan di atas Sungai Ciliwung dan Jalan Matraman telah selesai dibangun. Dengan demikian dimulailah era jalur lingkar yang baru, sekarang jadi Cikarang Loop Line. Jadi boleh dibilang penerapan SO5 Manggarai itu semacam nostalgia ke masa lalu.

Disamping Mester Cornelis Passer yang dikonversi jadi Dipo Bukit Duri, Stasiun Manggarai juga mengambil alih peran Stasiun Salemba sebagai stasiun sentral. Stasiun Salemba masih aktif hingga awal 1980-an. Terbatas melayani angkutan barang yakni opium. Posisinya dekat dengan pabrik opium yang sekarang jadi Gedung Pascasarjana UI.  

Dari Pemindahan Ibukota, Terminal Terpadu, hingga DDT.

Stasiun ini memiliki sejarah panjang dalam menunjang transportasi perkotaan di Jakarta dan sekitarnya. Khususnya berbasis rel. Ketika Indonesia baru saja merdeka, Stasiun Manggarai menjadi saksi bisu perpindahan ibukota dari Jakarta ke Yogyakarta pada awal tahun 1946 (InSyaaAlloh nanti akan dibahas tersendiri di kesempatan lainnya).

Kemudian pernah juga jadi stasiun pemberangkatan Kereta Api Jarak Jauh (KAJJ). Tercatat Kereta Api Brantas, Matarmaja, Progo, hingga Priangan pernah diberangkatkan dari sini. Namun pada praktiknya Stasiun Manggarai justru lebih banyak melayani perjalanan KRL Ekonomi.

Di era 1990-an pernah ada wacana pembangunan Terminal Terpadu Manggarai yang mencakup terminal bus dan stasiun kereta api. Semacam wacana Transit Oriented Development (TOD) gitu. Namun rencana itu menguap karena keburu terjadi krisis ekonomi 1998.

Hingga akhirnya pada 2011 Stasiun Manggarai menjadi pusat transit penumpang KRL Commuter Line untuk lintas Bogor – Jakarta Kota (Red Line), Bogor – Jatinegara (Yellow Line), dan Bekasi – Jakarta Kota (Blue Line).

Aktivitas tersebut berlangsung hingga 2022. Namun dalam perjalanannya malah diwarnai oleh kereta tertahan sinyal masuk stasiun. Bukan Cuma KRL, Kereta Api Jarak Jauh dari dan menuju Stasiun Gambir pun sering mengalami masalah ini.

Terhambatnya perjalanan kereta api akibat tertahan sinyal masuk inilah yang membuat Stasiun Manggarai mau nggak mau harus direnovasi besar-besaran.

Prosesnya mulai pada tahun 2018 dengan pembangunan jalur elevated untuk mengakomodasi KRL dari Bogor dan dari Timur untuk KAJJ. Nah disinilah kemudian mulai muncul wacana pemindahan titik keberangkatan KAJJ dari Stasiun Gambir ke Manggarai. Bahkan semua KAJJ akan diberangkatkan dari sini.

Secara dari Manggarai ke Cikarang juga lagi dikembangkan Double Double Track (DDT) untuk memisahkan jalur KRL Commuter Line dan KAJJ. Sehingga nggak ada lagi cerita KRL terhambat KAJJ. Saat ini DDT telah tuntas untuk segmen Jatinegara – Bekasi.

Penerapan SO5 di Stasiun Manggarai

Pada akhir Mei 2022 PT. KAI menerapkan pola perjalanan baru yakni Switching Over 5 (SO5) di Stasiun Manggarai. Di sini terjadi penataan kembali lintasan KRL Commuter Line dan dibuat lebih efisien. Di pola perjalanan ini nggak ada lagi Yellow Line Bogor – Jatinegara via Tanah Abang.

Seluruh Bogor Line dibablasin ke Stasiun Jakarta Kota (JAKK). Hal itu juga berlaku buat KRL dari arah Cibinong dan Nambo. Sehingga menjadikannya Bogor Line (Red Line): Bogor – Jakarta Kota.

Untuk menggantikan Yellow Line, Lintas Cikarang dan Bekasi dibikin melingkar (Loop) sehingga menjadi Cikarang Loop Line (Blue Line). Nah dengan pola yang baru ini, penumpang dari Bogor ke Stasiun Sudirman dan Tanah Abang harus transit dulu di sini.

Memang nggak nyaman bagi sebagian orang. Bahkan hal ini malah memicu Drama Manggarai berikutnya. Sehingga PT. Kereta Commuter Indonesia (KCI) mengoperasikan KRL Feeder Manggarai tujuan Kampung Bandan.

Namun tetap ada sisi baik dari penerapan SO5 ini dimana ketika penumpang transit di Stasiun Manggarai nggak harus lagi menyeberang rel. Semua aktivitas naik turun penumpang dipusatkan di gedung baru sisi barat. Di sini juga melayani perjalanan Kereta Bandara Sukarno Hatta. Jadi penumpang Cuma butuh naik turun aja di gedung yang sama.

Langkah Awal Menuju Pusat

Penerapan SO5 di Stasiun Manggarai memang nggak lepas dari rencana jangka panjang untuk menjadikannya stasiun pusat menggantikan Stasiun Gambir. Mengingat Stasiun Gambir hanya punya 4 jalur dan sulit untuk dikembangkan. Meski di sisi lain parkirannya luas. Sementara itu Manggarai masih bisa dikembangkan dan dioptimalkan pada sisi jalur kereta api yang ada.

Sebelum pembangunan jalur baru, Stasiun Manggarai udah punya 7 jalur aktif dan jalur untuk menyimpan rangkaian KAJJ. Namun jalur simpan ini Sekarang udah jadi jalur 6-9 untuk KRL Feeder Manggarai, Cikarang Loop Line, dan Kereta Bandara. Saat ini pula tengah berlangsung pembangunan jalur elevated dari sisi timur untuk mengakomodasi KAJJ.

Jadi nantinya KAJJ akan dilayani di jalur elevated. Namun untuk saat ini di Perka SO5, KAJJ melintas langsung di jalur 1 dan 2 Stasiun Manggarai.

Siapkah Stasiun Manggarai Gantikan Gambir?

Inilah pertanyaan yang sering muncul. Bahkan sejak wacana pemindahan titik awal keberangkatan KAJJ muncul. Bila dilihat secara fisik bangunan, Stasiun Manggarai punya potensi bagus lantaran memiliki banyak jalur kereta api. Nggak hanya itu juga punya Balai Yasa Manggarai.

Sisi timur Stasiun kini telah ditata rapi. Nggak lagi berantakan seperti dulu. Bangunan Hall Stasiun lama masih tetap berdiri hingga kini. Nggak mungkin lah dibongkar karena masuk cagar budaya. Nah di sebelah timur ini sekarang udah seperti Ruang Terbuka Hijau (RTH) dan ramah pejalan kaki. Udah itu juga ada halte Transjakarta.

Keberadaan Transjakarta dan nantinya LRT Jakarta juga akan melewati stasiun ini udah pasti akan menjadikan Stasiun Manggarai sebagai Transit Oriented Development (TOD). Nah kalo dari sisi TOD-nya dan banyaknya lintasan yang bisa dioptimalisasi okelah bisa gantikan Stasiun Gambir.

Tapi perlu diingat, Stasiun Manggarai nggak punya lahan parkir. Inilah yang jadi masalah. Mengingat parkiran Stasiun Gambir itu luas. Bahkan ada layanan Bus Damri hingga ke Sumatera. Inilah yang masih harus dipikirkan dan menjadi PR. Agar nantinya benar-benar siap untuk menjadi stasiun pusat. Targetnya di tahun 2025. Jadi untuk saat ini terlebih yang udah biasa banget di Stasiun Gambir nggak usah khawatir.

Galeri Foto

Referensi

Kartum Setiawan. 2021. Kereta Api Di Jakarta: Dari Zaman Belanda Hingga Reformasi. Jakarta: Kompas

Oliver Johannes Raap. 2017. Sepoer Oeap Di Djawa Tempo Doeloe. Jakarta: KPG

Comments

One response to “Stasiun Manggarai Mengintip Calon Stasiun Pusat”

Leave a Reply