Perjalanan naik kereta Jalandara dari Stasiun Purwosari ke Solo Kota kemudian balik lagi. Berhenti di sejumlah titik seperti Loji Gandrung, Batik Danar Hadi, dan Gedoeng Djoeang 45, Dua pertiga dari keseluruhan perjalanan merupakan nostalgia Tram Solo era SoTM (Solosche Tramweg Maatschappij).
- Pendahuluan
- Sedikit Mengenal Kereta Wisata Solo Jalandara
- Open Trip Naik Kereta Jalandara
- Naik Kereta Jalandara : Antara Antusias Warga dan Nostalgia
- Keberangkatan Sedikit Tertunda
- Pesan dari Pemandu Wisata
- Memasuki Jalan Slamet Riyadi dan Antusias Warga
- Berhenti di Loji Gandrung Sebatas Dokumentasi
- Naik Kereta Jalandara : 30 Menit di House of Danar Hadi
- Naik Kereta Jalandara : Nostalgia Jalur Tram Solo (SoTM)
- Tiba di Stasiun Solo Kota, Lokomotif Uap Pindah Posisi
- Naik Kereta Jalandara : Berangkat Stasiun Solo Kota
- Gedoeng Djoeang 45 Kadang Disangka Vastenberg
- Kembali Nostalgia Tram Solo
- Tiba di Stasiun Purwosari
- Kesimpulan
Pendahuluan
Perjalanan naik kereta api mungkin udah biasa tapi gimana jadinya bila menaiki sebuah kereta tua warisan kolonial? Hal itu bisa banget terjadi dan boleh jadi hanya ada di Kota Surakarta Hadiningrat. Secara punya jalur kereta aktif yang berada di tengah jalan. Satu-satunya di Indonesia dan jadi keunikan tersendiri di sana.
Sebetulnya menaiki kereta dan merasakan berjalan di rel unik tersebut bukanlah pengalaman pertama. Sebelumnya telah dua kali merasakan hal tersebut. Namun itu naik KA Batara Kresna yang memang beroperasi secara reguler di sana. Nah kali ini bukan naik KA Batara Kresna. Tapi rangkaian kereta yang terdiri dari dua kereta kayu ditarik lokomotif uap. Pola perjalanannya pun berbeda. Seperti apa ya?
Sedikit Mengenal Kereta Wisata Solo Jalandara
Kereta Wisata Solo Jalandara adalah kereta kedua yang beroperasi di segmen unik Jalan Slamet Riyadi Kota Surakarta. Kereta ini pertama kali beroperasi pada 27 September 2009. Awalnya menggunakan lokomotif uap C1218 yang sebelumnya pernah beroperasi di Cepu dan Ambarawa. Namun sejak pasca Pandemi Covid-19 peran C1218 mulai digantikan D1410.
Kereta Wisata Solo Jalandara terdiri dari dua kereta kayu jenis CR16 dan CR144 ditarik lokomotif uap D1410. Kedua kereta tersebut juga berasal dari Museum Kereta Api Ambarawa. Sedangkan Lokomotif Uap D1410 berasal dari Museum Transportasi di Taman Mini Indonesia Indah (TMII) Jakarta Timur. Di masa lalu sangat identik dengan Tanah Priangan.

Dalam perjalanannya, Kereta Wisata Solo Jalandara berhenti di beberapa titik. Namun biasanya itu tergantung dari pihak penyewa. Paling umum berhenti di Loji Gandrung, House of Danar Hadi, dan Gedoeng Djoeang 45. Nah pemberhentian paling akhir juga ada kalanya lebih dulu ke Stasiun Solo Kota (Sangkrah).
Open Trip Naik Kereta Jalandara
Momen perjalanan kali ini adalah kegiatan Open Trip Naik Kereta Jalandara pada tanggal 2 November 2025 yang diselengarakan oleh salah satu tour and travel di Kota Surakarta. Dengan rute dari Stasiun Purwosari terus berhenti di Loji Gandrung, House of Danar Hadi, Stasiun Solo Kota, Gedoeng Djoeang 45, dan kembali lagi ke Stasiun Purwosari.
Naik Kereta Jalandara : Antara Antusias Warga dan Nostalgia
Sebelum mulai perjalana Naik Kereta Jalandara tanggal 2 November 2025, terlebih dulu peserta berkumpul di Stasiun Purwosari. Nampak nggak sedikit yang berasal dari luar kota. Duh mimin juga dari luar kota, dari Bandung euy. Nah di awal kita lebih dulu briefing dari pemandu wisatanya.
Keberangkatan Sedikit Tertunda
Sebenarnya, perjalanan naik Kereta Jalandara ini akan berangkat sekitar 30 menit setelah keberangkatan KA Batara Kresna. Namun ada penundaan karena kunjungan Wakil Presiden ke Kota Surakarta. Baru sekitaran jam 11 lewat KA Wisata Jalandara baru bisa berangkat dari Stasiun Purwosari.
Pesan dari Pemandu Wisata
Dua kereta kayu yakni CR16 dan CR144 memiliki jendela yang sangat terbuka. Sehingga memungkinkan anggota badan untuk keluar. Disinilah pemandu wisata berperan untuk mengingatkan para peserta open trip agar berhati-hati. Karena di sepanjang Jalan Slamet Riyadi terdapat ranting pohon dan juga ada counter flow Batik Solo Trans (BST).
Oh iya kata pemandunya juga nanti peserta akan melihat betapa antusiasnya warga dan pengguna jalan menyaksikan KA Wisata Jalandara melintas. Secara ini memang momen yang jarang terjadi.
Memasuki Jalan Slamet Riyadi dan Antusias Warga
Perjalanan Naik Kereta Jalandara telah memasuki Jalan Slamet Riyadi. Disinilah letak keunikannya. Sebuah rel aktif berada di tengah Jalan Raya yang sangat ramai arus lalu lintas. Di sini terlihat sekali warga yang sedang melintas di Jalan Slamet Riyadi sangat antusias menyambut KA Wisata Jalandara. Karena momen seperti ini terbilang jarang terjadi.
Kereta Uap ini memang nggak melintas secara reguler. Sebagaimana KA Batara Kresna. Jadi baru dinas apabila ada yang menyewa. Biasanya dalam bentuk open trip dan semisalnya yang diadakan oleh Tour and Travel.
Berhenti di Loji Gandrung Sebatas Dokumentasi
Tibalah kita di pemberhentian pertama, Loji Gandrung. Ini adalah rumah dinas Walikota Surakarta. Namun sayangnya Loji Gandrung lagi nggak menerima kunjungan. Secara pada hari itu juga sempat ada kunjungan dari Wakil Presiden. Sehingga di sini hanya sebatas dokumentasi saja dengan durasi yang pendek. Habis itu perjalanan lanjut.
Naik Kereta Jalandara : 30 Menit di House of Danar Hadi
Pemberhentian kedua di House of Danar Hadi. Di sini peserta bisa mengunjungi Museum Batik, belanja atau sekedar melihat-lihat batik Danar Hadi. Kali ini KA Wisata Jalandara berhenti selama 30 menit. Wah lumayan lama ya. Nah boleh dibilang peserta cukup dikasih kebebasan di sini.
Mau masuk ke Danar Hadi, jajan di Laju Coffee Shop di sebelahnya, atau sekedar foto-foto dan membuat konten tentang KA Wisata Jalandara. Intinya diberi waktu selama 30 menit.
Naik Kereta Jalandara : Nostalgia Jalur Tram Solo (SoTM)
Berangkat dari House of Danar Hadi, KA Wisata Jalandara akan langsung menuju ke Stasiun Solo Kota. Sepanjang perjalanan inilah kita merasakan sensasi Nostalgia Tram Solo di era Solosche Tramway Maatschappij (SoTM) sampai dengan perempatan Patung Slamet Riyadi.
Sebagai tambahan, jalur rel kereta di Jalan Slamet Riyadi ini merupakan peningalan SoTM tahun 1892. Awalnya membentang dari Stasiun Purwosari ke Stasiun Solo Jebres lewat Benteng Vastenburg dan Pasar Legi. Ketika pertama beroperasi merupakan jalur Tram Kuda. Seiring berjalan waktu NISM mengambil alih jalur tersebut dan menatanya kembali.
Kemudian membangun jalur baru menuju Stasiun Solo Kota (Sangkrah) hingga Wonogiri pada tahun 1922. Setelah melewati Patung Slamet Riyadi, KA Wisata Jalandara melintas jalur yang dibangun NISM ini.
Oh iya, sebenarnya sebelum masuk Stasiun Solo Kota sempat melintas Gedoeng Djoeang 45. Namun nggak berhenti karena ini dijadwalkan sebagai pemberhentian terakhir setelah memutar lokomotif di Stasiun Solo Kota. Jadi perjalanan balik ke Stasiun Purwosari nanti akan berhenti di sini.

Tiba di Stasiun Solo Kota, Lokomotif Uap Pindah Posisi
Perjalanan Naik Kereta Jalandara telah tiba dan berhenti di Stasiun Solo Kota. Di stasiun inilah KA Wisata Jalandara mengisi air dan memindah posisi lokomotif uap D1410. Di Stasiun Solo Kota berhentinya lumayan lama karena dua aktivitas tersebut. Penumpang juga banyak yang turun mengabadikan momen mengisi air, langsir dan pindah posisi, hingga penyambungan lokomotif uap D1410.
Sekarang lokomotif uap D1410 telah berpindah posisi. Pemandu wisata memberitahu peserta Open Trip agar bersiap untuk kembali masuk ke dalam kereta. KA Wisata Jalandara akan segera melanjutkan perjalanan ke Gedoeng Djoeang 45 dan kembali ke Stasiun Purwosari.

Naik Kereta Jalandara : Berangkat Stasiun Solo Kota
Setelah proses langsiran dan penyambungan selesai, KA Wisata Jalandara berangkat dari Stasiun Solo Kota menuju pemberhentian terakhir di Gedoeng Djoeang 45. Secara posisi nggak terlalu jauh ya, namun tetap aja mendapat antusias dari warga kampung sekitarang Sangkrah. Karena dekat itu juga nggak kerasa kereta pun nyampe di Gedoeng Djoeang 45
Gedoeng Djoeang 45 Kadang Disangka Vastenberg
Pemberhentian di Gedoeng Djoeang 45 adalah 20 menit. Agenda sebenarnya ialah menikmati kuliner Gelato yang cukup terkenal. Meski harganya juga lumayan sih. Tapi buat kamu yang kepengen ngirit masih ada alternatif Es Dawet di Pasar Kuliner tepat di seberang Gedoeng Djoeang 45.
Sekilas tentang Gedoeng Djoeang 45 nampak seperti bangunan era kolonial pada umumnya dan cukup mentereng. Bangunan fisik itu yang kadangkala disangka sebagai Benteng Vastenburg. Padahal mah bukan dan jelas berbeda. Walaupun letaknya berdekatan dan hanya terpisahkan jalan raya dan jalur rel kereta api.
Beres menikmati sajian Gelato maupun Es Dawet, semua peserta kembali naik ke atas kereta dan KA Wisata Jalandara diberangkatkan lagi menuju destinasi akhir yakni Stasiun Purwosari.
Kembali Nostalgia Tram Solo
Tentu saja jalur yang dilintasi KA Wisata Jalandara masih sama dengan sebelumnya, yakni rel di tengah Jalan Slamet Riyadi Kota Surakarta. Perjalanan Naik Kereta Jalandara kali ini non-stop ya. Langsung bablas ke Stasiun Purwosari. Walaupun begitu kita masih bisa merasakan kembali nostalgia Tram Solo.
Khususnya di segmen antara Perempatan Patung Slamet Riyadi sampai dengan Stasiun Purwosari. Oh iya posisi kereta sekarang kebalik ya. Jika sebelumnya CR144 ada di belakang, sekarang posisinya di depan dekat lokomotif uap D1410.
Tiba di Stasiun Purwosari
Akhirnya perjalanan naik kereta Jalandara tiba kembali di Stasiun Purwosari. Dengan demikian tuntas sudah seluruh kegiatan Open Trip KA Wisata Jalandara di tanggal 2 November 2025. Secara umum sangat bagus dan berkesan, meskipun di awal perjalanan harus mengalami penundaan karena kedatangan Wakil Presiden ke Kota Surakarta yang mana itu diluar kuasa.
Semoga kita berjumpa kembali dalam Open Trip selanjutnya. Mengingat KA Wisata Jalandara ini tak melintas secara reguler. Biasanya hanya jika ada yang menyewa semisal untuk kegiatan Open Trip.
Kesimpulan
Perjalanan Kereta Jalandara kali ini merupakan kegiatan Open Trip yang diadakan salah satu tour and travel lokal pada tanggal 2 November 2024. Mengambil rute dari Stasiun Purwosari kemudian berhenti di Loji Gandrung, House of Danar Hadi, Stasiun Solo Kota, Gedoeng Djoeang 45, dan kembali lagi ke Stasiun Purwosari.
Terlihat antusias warga dan pengguna Jalan Slamet Riyadi sangat tinggi ketika Kereta Wisata Solo Jalandara ini melintas. Karena ini jarang terjadi ada sebuah kereta uap melintas di Jalur Rel Kereta Jalan Selamet Riyadi Kota Surakarta.
Selain itu perjalanan ini juga merupakan Nostalgia Tram Solo. Jalur rel kereta yang ada di Jalan Slamet Riyadi ternyata merupakan peninggalan Solosche Tramway Maatschappij (SoTM) sejak tahun 1892. Khususnya di segmen antara Patung Slamet Riyadi hingga Stasiun Purwosari Solo.

Leave a Reply