Trip KRL dari UI ke Cawang: Merasakan Jadi Civitas Akademika

Trip KRL UI ke Cawang Merasakan Jadi Civitas Akademika

Udahan lihat pameran arsip di Stasiun UI Depok, saatnya Trip KRL dari UI ke Cawang. Merasakan gimana sih jadi Civitas Akademika UI yang tiap hari mengandalkan KRL. Khususnya Bogor Line. Beruntung nih dapat armada baru CRRC

Pendahuluan

Tanggal 21 September 2025 kemarin berkunjung ke Stasiun UI Depok. Kebetulan lagi ada pameran arsip sejarah kereta dengan judul “Selasar Kereta”. Kolaborasi antara PT. KAI dan Universitas Indonesia.

Kebetulan momennya hampir bertepatan dengan Hari Jadi Universitas Indonesia dan PT. KAI. Pameran ini semacam literasi sejarah. Terutama yang berkaitan dengan Stasiun UI Depok dan Jalur Kereta Jakarta Bogor.

Seperti udah pernah dibahas sebelumnya, Stasiun Universitas Indonesia mulai beroperasi tahun 1987. Bersamaan dengan mulainya aktivitas di Kampus UI Depok.

Keberadaan kampus UI Depok sendiri mendorong pihak terkait untuk segera membangun double track. Fase pertama antara Manggarai Depok mulai beroperasi 1992. Menyusul fase kedua nggak lama setelah PLH Ratu Jaya 1993.

Nah selesai lihat pameran arsip itu, pastinya balik kanan lagi ke arah Jakarta. Dimana kita akan turun di Stasiun Cawang. Pilihannya jelas KRL Bogor Line. Perjalanan kali ini sekalian cosplay jadi Civitas Akademika UI.

Target Pasar Civitas Akademika

Kok jadi cosplay Civitas Akademika? Maksudnya cosplay mahasiswa? Nggak juga sih, secara Civitas Akademika kan nggak terbatas di mahasiswa. Dosen juga masuk ke sini.

Target pasar Stasiun Universitas Indonesia memang Civitas Akademika. Terutama yang berasal dari Jakarta, Depok, dan Bogor. Namun seiring berjalannya waktu, stasiun ini juga mulai melayani masyarakat umum. Bahkan sampai sekarang.

Bedanya kalo sekarang stasiun nya jauh lebih bersih, rapi, dan steril. Beda sama di dekade 1990-an dan 2000-an yang nggak ubahnya pasar malam. Oke, kalopun iya cosplay, dosen aja deh. Nggak sedikit kok dosen yang naik transportasi umum, termasuk KRL Commuter Line.

Trip KRL Dari UI ke Cawang Sebuah Kenangan Masa Kuliah

Perjalanan kali ini memang mau cosplay ceritanya. Tapi sebelum kita lanjut kaya gimana rasanya, kami akan kasih sedikit info. Trip KRL Dari UI ke Cawang ini bukanlah yang pertama kali.

Kalopun mau disebut pertama, paling ya pertama setelah 19 tahun. Lho kok bisa gitu? Kebetulan kami juga pernah merasakan jadi Civitas Akademika UI beneran. Pada periode 2002-2006 ketika mengambil program Diploma (kini Vokasi). 

Program Diploma ini dulu kasarnya jadi pelarian buat yang gagal UMPTN. Selain ke swasta ternama, biasanya kalo tetap mau di negeri seperti UI pilihannya adalah Diploma. Oke kita balik lagi ke konten ya. 

Jadi boleh dibilang Trip kali ini adalah nostalgia. Kondisi Stasiun Universitas Indonesia nya aja udah beda banget. Sekarang lebih bersih, rapi, dan nyaman. Nggak kaya tahun 2000-an yang semrawut. 

Perbedaan mencolok lainnya tentu saja di kereta nya. Kalo dulu itu pake kereta non-AC yang penumpangnya membludak sampai atap. Di dalam juga wara wiri pedagang jadi kaya pasar berjalan. Nah sekarang udah jauh lebih nyaman.

Seperti apakah Trip KRL dari UI ke Cawang sekarang? Yuk disimak!

Mulai dari Peron 1 yang Dulunya Jejeran Kios

Memulai Trip KRL dari UI ke Cawang dari Peron 1 Stasiun Universitas Indonesia1. Agak anomali ya stasiun di dalam kampus ini. Biasanya peron 1 itu dekat bangunan utama. Tapi ini nggak, yang di bangunan utama malah Peron 2.

Oke nggak usah terlalu dipikirin. Intinya Peron 1 udah nggak seperti dulu lagi. Sekarang udah rapi banget. Dulu di sini adalah jejeran kios. Ada juga akses keluar nggak resmi ke Gang Pepaya yang tembus Jalan Margonda Raya.

Tapi sekarang semua jalan tikus itu udah ditutup rapat. Begitu juga yang ke Gang Sawo. Kalo mau ke situ sekarang wajib nyeberangin JPO di sebelah selatan.

Nggak Nyangka Dapat KRL CRRC China

KRL Bogor Line tiba di Stasiun Universitas Indonesia. Siapa sangka ternyata KRL CRRC China. Benar-benar diluar ekspektasi. Padahal mah mau dapat JR 205 atau Tokyo Metro 6000 juga nggak jadi soal.

Secara meskipun armada lawas tapi masih mending daripada Rheostatik atau BN Hollec 19 tahun yang lalu. Bebas gangguan pedagang asongan, pengemis, pengamen, dan “cleaning service” liar. Sekarang mah bebersih udah ada petugasnya.

Nah, naik KRL CRRC China yang terbaru serasa dapat durian runtuh. Pasalnya KRL ini senyaman Whoosh. Malah banyak yang bilang Whoosh versi Lite. Maklum sih baik KRL ini maupun CRH400AF berasal dari pabrikan CRRC Sifang Tiongkok.

Berangkat dari Stasiun Universitas Indonesia

Singkat cerita langsung naik kereta itu. Berhentinya nggak lama. KRL Bogor Line pun berangkat dari Stasiun Universitas Indonesia. Perjalanan nostalgia sekaligus cosplay dosen pun mulai. KRL bergerak terus meninggalkan stasiun yang telah berusia 38 tahun itu.

Berangkat Stasiun Universitas Indonesia Naik KRL CRRC
KRL CRRC siap mengantar dari Stasiun Universitas Indonesia menuju Stasiun Cawang

Melintas Kawasan Lenteng Agung

Kawasan pertama yang dilewati dalam Trip KRL dari UI ke Cawang ini ialah Lenteng Agung. Di sini ada dua stasiun pemberhentian, yakni Universitas Pancasila dan Lenteng Agung.

Stasiun Universitas Pancasila adalah pemberhentian pertama. Sama seperti Stasiun UI Depok, ini adalah fasilitas kampus. Bedanya, Stasiun Universitas Pancasila terletak di luar kampus dan sedikit lebih terbuka. Mudah diakses masyarakat umum.

Di tahun 2000-an, stasiun ini nggak bisa dibilang steril. Walaupun juga nggak terlihat seperti pasar malam. Tapi masih ada yang jualan. Sampai akhirnya ditertibkan mulai tahun 2012.

Selepas Stasiun Universitas Pancasila, KRL Bogor Line kembali singgah di Stasiun Lenteng Agung. Nah ada tikungan di sinyal keluar arah Jakarta. Di tahun 2000-an ketika stasiun nggak steril agak ngeri nyeberang di situ.

Dulu stasiun ini pun kondisinya setali tiga uang. Nggak ubahnya pasar malam. Peron dipenuhi jejeran Kios seperti Peron 1 Stasiun UI Depok. Hingga pada akhirnya ditertibkan juga. Nggak berhenti lama, perjalanan lanjut lagi.

Stasiun Tanjung Barat Pernah Jadi Percontohan

Trip KRL dari UI ke Cawang kini memasuki Stasiun Tanjung Barat. Ketika baru peralihan dari Divisi Jabotabek ke PT Kereta Commuter Jabodetabek (KCJ) sekitar tahun 2009, stasiun ini dijadikan semacam proyek percontohan.

Dimana stasiun ini juga jadi yang paling awal melakukan sterilisasi. Meski masih disinggahi KRL Ekonomi Non AC yang kondisinya masih belum steril. Kemudian secara bertahap dilakukan penertiban dan sterilisasi hingga tahun 2013.

Sebagai percontohan juga, Stasiun Tanjung Barat mengusung konsep Transit Oriented Development (TOD). Terintegrasi dengan Rusunawa yang dibangun di lingkungan stasiun. Juga terhubung dengan AEON Mall.

Stasiun percontohan ini lagi direnovasi. Mau dibuat lebih cantik kali ya. Karena asalnya ini yang duluan dipercantik saat yang lainnya masih kusam dan berantakan.

stasiun tanjung barat yang pernah jadi percontohan
Stasiun Tanjung Barat Sedang Renovasi

Trip KRL dari UI ke Cawang Melintas Poltangan

Nggak kerasa perjalanan udah nyampe daerah Poltangan Pasar Minggu. Pastinya sebentar lagi juga bakal masuk Stasiun Pasar Minggu. Nah kalo ngomongin soal Poltangan, ingatan seolah balik ke tahun 2005. Ada apa di tahun itu?

Tepatnya sekitar bulan Juni 2005 terjadi insiden “sundulan maut” yang mirip sama Tragedi Petarukan Pemalang2 2010. Meski nggak separah itu.

KRL Rheostatik menyundul KRL Hollec yang lagi berhenti menunggu sinyal aman masuk Stasiun Pasar Minggu. Insiden yang dikenal sebagai Kecelakaan Kereta Pasar Minggu atau Tragedi Poltangan3 ini memakan korban jiwa 5 penumpang. 

Nggak lama setelah melintas daerah tersebut, KRL CRRC China inipun tiba di Stasiun Pasar Minggu. Kemudian berangkat lagi dari stasiun peninggalan NISM dengan 4 jalur tersebut. 

trip krl ui ke cawang melintas kawasan poltangan pasar minggu
Ingat Kecelakaan Kereta Pasar Minggu 2005?

Stasiun Pasar Minggu Baru Sepaket Double Track

Selanjutnya, Trip KRL dari UI ke Cawang tiba di Stasiun Pasar Minggu Baru. Sesuai dengan namanya, ini memang stasiun baru. Dibangun bersamaan dengan proyek Double Track Manggarai Bogor fase ke-2 tahun 1993. Namun karena satu dan lain hal baru operasional tahun 1996. 

Trip KRL Dari UI ke Cawang Tiba di Stasiun Duren Kalibata

Nggak kerasa perjalanan telah tiba dan berhenti di Stasiun Duren Kalibata. Itu artinya tujuan akhir kini hanya berjarak satu petak saja. Stasiun ini ternyata dulunya adalah halte Tjililitan yang dioperasikan oleh NISM.

Stasiun yang berada di dekat kompleks kementerian ini juga saksi sejarah pengambilalihan oleh Staats Spoorwegen (SS) dan elektrifikasi lintas Batavia Bogor nggak lama berselang oleh Electricshe Staats Spoorwegen (ESS).

Tiba di Stasiun Cawang

Akhirnya perjalanan cosplay Civitas Akademika sekaligus nostalgia ini tiba di Stasiun Cawang. Meski bukan tujuan akhir KRL Bogor Line, perjalanan kali ini berakhir di sini. KRL nya sendiri kemudian melanjutkan perjalanan hingga tujuan akhir sebenarnya, Stasiun Jakarta Kota.

Tiba di Stasiun Cawang
KRL CRRC di Stasiun Cawang

Beda Jauh Dengan 19 Tahun Lalu

Cukup berkesan juga sembari mengenang memori belasan tahun silam. Dimana kondisi sekarang udah sangat beda jauh. Kaya Pasar Minggu aja, meski punya 4 jalur udah nggak ada lagi persusulan di sini.

Kalopun itu terjadi hanya di momen tertentu. Misalnya ada kereta barang dari atau tujuan Nambo yang lewat. Itupun frekuensinya nggak banyak.

Sama juga Stasiun Duren Kalibata. Dulunya rame banget kaya pasar malam. Tapi sekarang bahkan akses nya pun berubah. Sedangkan Stasiun Cawang tahun 2002-2006 belum ada integrasi antarmoda seperti sekarang.

Jadi bersyukurlah kamu yang belum pernah mengalami masa-masa sebelum 2013. Memang memorable di satu sisi. Tapi di sisi lain gimanapun juga itu adalah bagian dari dark age Perkeretaapian Indonesia dengan segala dinamikanya.

PLH Ratu Jaya 1993 dan Kecelakaan Kereta Pasar Minggu 2005 cuma dua dari sekian banyak peristiwa yang pernah terjadi di lintas ini.


  1. Sebenarnya, waktu belum ada penertiban, Peron 1 ini adalah Peron 2 Stasiun Universitas Indonesia. Namun kemudian ditukar. Nggak tau apa alasan dibalik penukaran ini. Perkiraan sih buat menghapus jejak buruk. Karena dulu peron ini kan bolong abis. Langsung terhubung Jalan Margonda Raya via Gang Pepaya. ↩︎
  2. Tragedi Petarukan Pemalang menjadi kecelakaan kereta terbesar kedua setelah Tragedi Bintaro 1987, menggeser PLH Ratu Jaya 1993 ↩︎
  3. Untuk kronologisnya gimana inSyaaAlloh Kecelakaan Kereta Pasar Minggu 2005 nanti akan dibahas tersendiri ↩︎

Comments

Leave a Reply