Dulunya bersubsidi kini KA Gaya Baru Malam Selatan menjelma jadi Kereta Gedongan yang tarifnya naik sampai 3x lipat. Apa penyebab perubahan drastis tersebut?
Prologue
Sejatinya ini masuk barisan legendaris penghubung Jakarta dan Kota Pahlawan. Hanya saja untuk segmen berbeda. Pamornya mungkin boleh jadi masih dibawah legenda lainnya seperti KA Bintang Sendja, Bima dan Mutiara Utara.
Tapi karena harga tiketnya yang murah menjadikannya legenda di kalangan kereta rakyat. Walaupun mungkin waktu tempuhnya lama. Boleh jadi juga sempat merasakan gelap-gelapan sepanjang perjalanan.
Sayangnya branding kereta rakyat itupun hilang sejak tahun 2019. Ketika subsidinya dicabut oleh pemerintah tiketnya pun melonjak. Apalagi jelang Gapeka 2019 ditambah kereta eksekutif. Juga ekonomi nya upgrade jadi KA ekonomi plus
Sejak itu berubahlah jadi kereta gedongan yang hanya bisa diakses oleh mereka yang berkantong tebal. Gimana ceritanya kereta rakyat ini bisa berubah jadi gedongan?
Kelanjutan Dari Ekspres Gaya Baru
KA Gaya Baru Malam Selatan pertama kali dinas tanggal 17 Februari 1975. Dilihat dari situ jelaslah masuk dalam angkatan senior. Bahkan lebih tua dari KA Mutiara Selatan. Meski hanya selisih 7 bulan.
Tapi sebetulnya cikal bakal kereta ini udah ada di tahun 1964. Ketika itu bernama KA Limex Gaya Baru atau Ekspres Gaya Baru (EGB). Wah kalo gini mah beneran legend dong? Jelas, secara sebelumnya tahun 1961 juga beroperasi KA Jayabaya.
Gaya Baru Malam Selatan Awalnya Digabung Utara
Nah, nama Gaya Baru itu sendiri lebih dikenal ketika memasuki dekade 1970-an. Namun demikian yang lebih dulu beroperasi ialah KA Gaya Baru Malam Utara. Kereta ini disebut sebagai pendahulunya KA Kertajaya.
Namun sebetulnya bukan. Ketika Kertajaya dinas, Gaya Baru Malam Utara masih eksis. Melayani rute Gambir – Surabaya Pasar Turi dan memulai trend perjalanan kereta malam.
Tanggal 17 Februari 1975 barulah berdinas KA Gaya Baru Malam Selatan. Bedanya yang ini tujuan akhir Stasiun Surabaya Gubeng. Melewati destinasi wisata penting seperti Jogja dan Solo. Awalnya kedua kereta disatukan dan baru pisah di Cirebon.
Seiring berjalannya waktu kedua kereta lantas dinas masing-masing. Duo Gaya Baru menyandang predikat sebagai kereta unggulan meskipun layanannya kereta ekonomi. Terlihat dari jumlah rangkaian yang ditarik bisa mencapai 10 kereta.
Tetap Bertahan di Era Rasionalisasi
Sayangnya Rasionalisasi yang dilakukan oleh PT. KAI membuat saudara tua yang melayani jalur utara harus pensiun. Namun KA Gaya Baru Malam Selatan tetap bertahan dan dinas seperti biasa.
Bahkan tetap jadi pilihan bagi mereka yang ingin traveling dengan harga miring. Namanya juga kereta ekonomi yang kala itu fasilitasnya masih ala kadarnya. Mungkin aja sebelumnya, di tahun 1990-an, juga pernah rasakan gelap-gelapan.
Sesuatu yang lazim memang menimpa kereta ekonomi terutama medio 90-an. Berjalan malam tanpa ada penerangan. Nggak tau kenapa itu bisa terjadi. Intinya itu wujud pelayanan ala kadarnya di kereta ekonomi.
Tetap Diminati Meski Tiket 100 Ribu-an.
Memasuki era modern dimana kereta ekonomi jauh lebih manusiawi dan dilengkapi AC, KA Gaya Baru Malam Selatan masih tetap diminati. Sekalipun harga tiketnya ada di kisaran Rp 100.000 an sekali jalan dan tarif flat.
Itu karena sebagai kereta ekonomi reguler tetap mendapatkan subsidi dari pemerintah (PSO). Makanya kereta ini sangat diminati para backpacker atau siapa aja yang ingin traveling murah meriah. Jakarta Surabaya di 100 ribuan.
Seperti udah disinggung di atas, semula kereta ini melayani rute Stasiun Gambir Jakarta ke Stasiun Surabaya Gubeng. Namun ketika operasional central line dialihkan ke jalur layang, stasiun keberangkatannya pun pindah.
Hingga kini KA Gaya Baru Malam Selatan diberangkatkan dari Stasiun Jakarta Pasar Senen. Sejak saat itu memang semua kereta ekonomi dipindahkan keberangkatan ke sini. Sebagian ke Tanah Abang meski kemudian juga pindah ke sini.
KA Gaya Baru Malam Selatan Jadi Gedongan
Image sebagai kereta rakyat dan budget traveler masih melekat hingga memasuki pertengahan tahun 2019. Dicabutnya PSO (Public Service Obligation) oleh Pemerintah otomatis menjadikan harga tiketnya naik.
Tanggal 1 September 2019 untuk pertama kalinya sang legenda punya layanan kereta eksekutif. Memasuki Gapeka 2019, PT. KAI merombak total trainset ekonomi dengan mengurangi 106 jadi 80 penumpang.
Interior trainset keluaran 2009 itupun direhab jadi mirip KA Ekonomi Plus Kemenhub. Termasuk menggunakan AC Sentral. Alasan KAI untuk meningkatkan kenyamanan. Namun di sisi lain membuat tiketnya makin melambung.
Sejak itulah image kereta rakyat seketika berubah menjadi kereta gedongan alias elite. Walaupun jejak-jejak ekonomi rakyat nya masih tersisa. Semisal pemberhentian di Stasiun Lempuyangan dan Purwosari yang dikhususkan kereta ekonomi.
Kesimpulan
KA Gaya Baru Malam Selatan masuk dalam barisan kereta legendaris dengan sejarah panjang. Cikal bakal telah ada di tahun 1964 kemudian resmi beroperasi 17 September 1975 sebagai kereta unggulan. Meski layanannya ekonomi.
Masih tetap bertahan di saat saudara tuanya yang via jalur utara harus pensiun akibat rasionalisasi. Seiring perjalanan waktu kereta ini tetap diminati. Sekalipun di kisaran 100 ribu image sebagai kereta rakyat dan budget traveler tetap melekat.
Mulai tahun 2019 image tersebut akhirnya luntur. Terlebih dengan penambahan kereta eksekutif dan rehab jadi mirip KA Ekonomi Plus Kemenhub di Gapeka 2019 membuatnya menjadi kereta gedongan elite. Tiketnya pun melambung.
Galeri Foto
Epilog
Rute dan Jadwal Kereta Api GBMS
InSyaaAlloh masih akan lanjut lagi pembahasan kita ke jadwal perjalanan dan rute KA Gaya Baru Malam Selatan. Yuk langsung aja ke konten ini >> Jadwal Kereta Api GBMS Nyampe Tengah Malam
Leave a Reply