Sebagian besar jalur KCJB (Whoosh) dibangun sejajar dengan Jalan Tol Jakarta Cikampek dan Purbaleunyi. Meskipun begitu ada segmen yang dibuat sejajar dengan lintas kereta api eksisting. Sesuai karakteristik pegunungan Priangan Barat, jadilah melewati 13 terowongan.
Pendahuluan
Kereta Cepat Whoosh memiliki jalur berbeda dengan lainnya. Secara lebar spoor-nya aja beda banget. Kebanyakan jalur kereta api Indonesia menggunakan spoor 1.067 mm. Namun untuk Whoosh pakai spoor 1.435 mm sebagaimana lazimnya kereta cepat di negara lain. Termasuk Tokaido Shinkansen di Jepang.
Ketika proyek ini dicanangkan terjadi pro kontra. Pembangunan dimulai pada tahun 2019 dengan mengambil titk awal di kawasan Halim Jakarta Timur. Sempat beredar kabar nggak jauh dari Bandara. Namun nyatanya Stasiun Halim sebagai titik awal berada di sisi utara Tol Jakarta Cikampek dekat Gerbang Tol Halim.
Jalur KCJB Mengikuti Ruas Tol
Rencananya Jalur KCJB akan memanfaatkan sebagian besar lahan milik Jasa Marga dan PT. KAI. Berarti dibangun mengikuti ruas Tol Jakarta Cikampek yang menyambung Purbaleunyi. Masalahnya ada proyek lain yakni LRT Jabodebek dari Jatimulya ke Dukuh Atas yang juga jejajar Jalan Tol.
Maka jadilah si Whoosh ini akan melintas di sisi selatan Tol. Sedangkan di utara LRT Jabodebek sampai Jatimulya. Kedua jalur ini bertemu di Stasiun Halim yang kini kedua moda tersebut saling terintegrasi.
Sayangnya meski udah mengikuti ruas tol, namanya drama pembebasan lahan tetap aja ada. Karena di sisi tol banyak berdiri bangunan dan rumah penduduk. Terutama di sisi sekitaran Jakarta dan Bekasi. Di wilayah Bandung Raya pun ikut terkena dampak. Inilah yang menjadikan pembangunan Whoosh molor dan terjadi pembengkakan biaya. Terlepas dari Pandemi Covid-19 di 2020 hingga 2022.
Jalur KCJB di atas Rel Eksisting
Selain jalan tol, ada beberapa segmen Jalur KCJB ternyata di atas Rel Eksisting. Seperti di segmen Padalarang – Gadobangkong itu sejajar jalur kereta api eksisting. Sampai melewati Halte Gadobangkong, jalur Whoosh berbelok ke kanan lalu menembus Gunung Bohong dan kembali sejajar Jalan Tol sampai dengan akhir Stasiun Tegaluar.
Ada juga beberapa yang memotong jalur eksisting. Sebut aja Tunnel 8 dan 10 memotong Jalur KA Cikampek Padalarang. Rinciannya Tunnel 8 yang bisa juga dinamakan New Sasaksaat memotong segmen Sasaksaat – Cilame dan Tunnel 10 dibawah Tiber Padalarang.
Total 13 Terowongan Dilewati Whoosh.
Secara umum perjalanan Whoosh dari Stasiun Halim ke Tegalluar via Padalarang melewati 13 terowongan. Pembangunan terowongan sebanyak itu sesuai dengan karakteristik jalur KCIC di daerah pegunungan Priangan Barat. Hal itu semakin memperjelas tingginya biaya pembangunan kereta cepat Jakarta Bandung (KCJB) diluar pembengkakan biaya.
Mayoritas ke-13 terowongan itu berhasil memecahkan rekor terowongan terpanjang di Indonesia. Sehingga setelah Whoosh beroperasi Sasaksaat bukan lagi terowongan aktif terpanjang di Indonesia. Demikian pula Wilhelmina yang hingga kini masih berstatus non-aktif.
Bahkan Tunnel 1 (Halim) aja panjangnya udah sedikit melebihi Wilhelmina (1,9 km). Sedangkan terowongan paling panjang di jalur KCJB ialah Tunnel 6 di Cikalong Wetan dengan panjang sekitar 4,5 km. Adapun New Sasaksaat alias Tunnel 8 panjangnya 2,2 km melampaui eksisting di jalur KA Cikampek Padalarang.
Kesimpulan
Jalur KCJB dibangun sejajar dengan Jalan Tol Jakarta Cikampek dan Purbaleunyi. Sebagian memotong dan sejajar jalur kereta api eksisting. Untuk yang sejajar membentang mulai dari Padalarang hingga Halte Gadobangkong sebelum menembus Gunung Bohong.
Keberadaan 13 terowongan yang dilewati Whoosh sesuai dengan karakteristik lintasannya yang masuk Pegunungan Priangan Barat. Sebagian besar terowongan itu memecahkan rekor terpanjang. Seperti Tunnel Halim panjangnya telah melebihi Wilhelmina yang masih berstatus non-aktif.
Leave a Reply