Jalur Trem Solo Raya Riwayatmu Kini (Sisakan Slamet Riyadi)

jalur trem solo raya riwayatmu kini

Tahun 1892 Jalur Trem Solo Raya mulai beroperasi menggunkan Tram Kuda. Seiring berjalan waktu diganti loko uap diikuti dengan proses akuisisi oleh NISM. Sayangnya kini tinggal sisakan segmen Slamet Riyadi bagian jalur KA Batara Kresna.

Prologue

Keberadaan kereta api di wilayah Solo Raya otomatis turut membangkitkan perekonomian di wilayah tersebut. Terutama kota Surakarta. 18 Mei 1872 untuk pertama kalinya Lintas Kereta Api Mataram terbangun.

Adalah NISM yang membangun jalur tersebut. Seperti kita ketahui pertama kali jalur kereta api di Indonesia menghubungkan Semarang dan Tanggung pada 22 Juni 1865. Pembangunannya dilanjutkan hingga Solo dan Jogja. Hingga akhirnya tersambung 18 Mei 1872.

Tahun 1884 giliran pemerintah Hindia Belanda melalui Staats Spoorwegen (SS) membangun jalur kereta api Solo Surabaya. Alhasil makin ramailah Kota Surakarta. Mau nggak mau perekonomian Solo Raya lainnya ikut tergerak.

Tiga Stasiun Besar di Kota Surakarta

Sejak terhubung jaringan rel kereta api dari Surabaya, Semarang, dan Jogja, Kota Surakarta memiliki tiga stasiun besar. Dua memiliki posisi berdekatan yakni Stasiun Purwosari dan Solo Balapan. Keduanya dioperasikan NISM. Satu lagi Stasiun Solo Jebres atau Kraton dimiliki Staats Spoorwegen (SS).

SoTM Membangun Jalur Trem Solo Raya

Seolah nggak mau kalah dengan dua pemain besar, de Solosche Tramweg Maatschappij (SoTM) mulai merintis pembangunan jalur trem Solo Raya untuk dalam kota. Izin mulai diajukan pada 1890 dan keluar 1892 untuk segmen Kartasura – Pasar Gedhe. Adapun bentuk yang dipilih adalah Trem Kuda menggunakan gaunge 1.067 mm.

Trem Kuda semacam kereta kuda berjalan di atas rel. Tentu membutuhkan kuda sebagai penarik kereta dan dikendalikan oleh kusir. Balik lagi ke sini, untuk pertama kalinya Purwosari dan Benteng Vastenberg berhasil terhubung.

Segmen ini mencakup jalan utama yang sekarang dikenal sebagai Jalan Slamet Riyadi sampai dengan Stasiun Purwosari. Pembangunan dilanjutkan ke Kartasura dan berakhir di Boyolali. Begitu pula segmen dari Benteng Vastenberg lanjut Pasar Gedhe hingga Solo Jebres.

Jalur Trem Solo Raya Hubungkan Stasiun SS dan NISM

Di sini SoTM berhasil membuat alternatif konektivitas antara dua stasiun besar yakni Solo Jebres dan Purwosari yang berada di jalur utama. Dimana waktu itu operatornya masih berbeda. Stasiun Solo Jebres milik SS dan Purwosari NISM. Keduanya seolah dihubungkan menggunakan Trem Kuda oleh NISM. Tentu dengan jalur yang berbeda pula.  

Jalur Trem Solo Raya Diambilalih NISM

Datangnya wabah penyakit yang menyerang kuda ternyata sangat berpengaruh pada operasional Trem oleh SoTM. Tentu ini adalah kondisi yang cukup menyulitkan. Akibat wabah itu banyak kuda yang mati.

SoTM berkeinginan mendatangkan lokomotif uap sebagai ganti. Mulanya menjalin kerjasama dengan NISM. Dimana NISM ”membelikan” satu unit Lokomotif Uap C23 untuk menggantikan Trem Kuda. Selain itu ikut didatangkan pula seri C18

Peran SoTM semakin lama mengerdil sehingga di 1 Januari 1911 diakuisisi oleh NISM. Otomatis Jalur Trem Solo Raya yang telah terbangun sejak 1892 ikut diambilalih operator swasta tersebut.

Pengembangan ke Wonogiri dan Baturetno

Belum jelas apakah pasca akuisisi jalur tem Solo Raya dari Jebres ke Purwosari masih dioperasikan atau nggak. Sepertinya NISM melakukan penataan lebih lanjut. Bisa jadi dibongkar.

Namun di sisi lain NISM melakukan semacam pengembangan atas lintas ini. Salah satunya dengan mulai mengoperasikan Stasiun Solo Kota pada 1 April 1922. Kemudian melanjutkannya hingga Wonogiri dan Baturetno.

Sementara jalur lama dari Purwosari ke Boyolali via Kartasura tetap dipertahankan. Nah pengambilalihan oleh NISM yang diikuti penataan dan pengembangan jalur peninggalan SoTM inilah menjadikan Stasiun Purwosari mempunyai dua percabangan. Ke utara arah Kartasura dan Boyolali, dan Wonogiri hingga Baturetno (selatan).

Jalur Trem Solo Raya Sisakan Segmen Slamet Riyadi

Pasca Kemerdekaan Indonesia lintas ini mengalami periode pasang surut. Paling terlihat di awal dekade 1970-an. Karena persaingan sengit dengan angkutan jalan raya, jalur KA Purwosari Boyolali ditutup tahun 1973. Menyusul kemudian segmen Wonogiri – Baturetno tahun 1976 terdampak proyek Waduk Gajah Mungkur.  

Walaupun nggak sepenuhnya hilang, saat ini hanya Segmen Slamet Riyadi aja yang masih tersisa dari trase aslinya yang dibangun SoTM tahun 1890-1892. Ini sekaligus menjawab kenapa di Kota Surakarta ada jalur kereta api aktif di tengah jalan utama sekelas Slamet Riyadi. Namun segmen ini malah lebih dikenal bagian dari jalur KA Batara Kresna.

Kesimpulan

Jalur Trem Solo Raya pertama kali dibangun oleh SoTM (de Solosche Tramweg Maatschappij) tahun 1890 dan beroperasi 1892. Jaringannya dari Solo Jebres ke Purwosari via Pasar Gedhe dan Benteng Vastenberg. Kemudian lanjut ke Kartasura dan berakhir di Boyolali.

Mulanya menggunakan Trem Kuda. Namun akibat wabah penyakit, SoTM bekerjasama dengan NISM dan berhasil mendatangkan Lokomotif Uap C23. Menyusul kemudian C18. Semakin mengerdil, SoTM akhirnya diakuisisi NISM tanggal 1 Januari 1911. Sejumlah penataan dan pengembangan pun dilakukan.

Seperti pembangunan Stasiun Solo Kota sekaligus jalur ke Wonogiri dan Baturetno. Namun sejak 1976 tinggal tersisa Segmen Slamet Riyadi yang asli dari SoTM. Itupun lebih dikenal bagian dari jalur KA Batara Kresna.

Galeri Foto

Comments

Leave a Reply