Lokomotif uap C23 asalnya dinas di jalur Purwosari Boyolali milik SoTM (kemudian diakuisisi NISM). Sempat jadi pajangan di Ambarawa, kini sang legenda telah dipindah dan berdiri kokoh di halaman depan Lawang Sewu Semarang. Makin mempertegas identitasnya.
Prologue
Sesosok lokomotif uap kuno berdiri gagah di halaman depan Lawang Sewu Semarang. Namun siapa sangka itu bukanlah asli dari Semarang dan sekitarnya. Si hitam legam itu justru identik dengan Solo Raya. Awalnya didatangkan untuk dinas di lintas Purwosari – Boyolali yang sebelumnya memakai Tram kuda.
Lawang Sewu Semarang Sebagai Kantor NISM
Seperti udah dibahas sebelumnya, Lawang Sewu Semarang yang dibuka tahun 1907 merupakan kantor NISM (Nederlandch Indische Spoorweg Maatschappij). Operator kereta api swasta yang pertama kali mengoperasikan si ular besi di Indonesia.
NISM sendiri saat itu telah memiliki jaringan kereta api antara Semarang dan Surakarta, Lintas Kereta Api Mataram (Vortenslanden), hingga Batavia Buitenzorg. Seiring berjalan waktu lintas NISM terus bertambah.
Kerjasama Operasional NISM – SoTM
NISM juga menjalin kerjasama operasional dengan operator swasta lainnya yakni SoTM (de Solosche Tramweg Maatschappij) yang telah memiliki jaringan Tram bertenaga kuda. Jalurnya pun berpotongan dengan lintas NISM di Stasiun Purwosari.
Lokomotif Uap C23 di Jalur SoTM
Singkatnya SoTM ingin mengganti kuda dengan lokomotif uap. Dikarenakan banyaknya kuda mati akibat wabah. Hal ini tentu sangat berpengaruh pada operasional Tram yang sangat mengandalkan tenaga kuda. NISM lantas membeli lokomotif Uap C23 buatan pabrik Hartman Jerman untuk dioperasikan di jalur SoTM
Waktu itu SoTM memiliki jaringan rel untuk layanan Tram dari Solo Jebres – Purwosari (via Pasar Gedhe dan Benteng Vastenberg) dan Purwosari – Kartasura – Boyolali. Jadi yang satu dibuat melingkar seperti mengelilingi Kota Surakarta. Sedangkan jalur kedua agak keluar kota yakni Boyolali.
Lokomotif Uap C23 dan Akuisisi SoTM
Seiring berjalan waktu peran SoTM semakin mengecil hingga akhirnya diakuisisi sepenuhnya oleh NISM tahun 1911. Sejak itu jadilah seluruh lintas Solo Raya yang sebelumnya punya SoTM berpindah ke NISM. Sebagai armada pertama otomatis Lokomotif Uap C23 jadi saksi akuisisi tersebut.
Sejak akuisisi itu juga NISM kemudian menata lagi dan mengembangkan jaringan rel. Seperti mengoperasikan Stasiun Solo Kota tahun 1922 dan memperpanjang jalur kereta api SoTM hingga Stasiun Wonogiri sampai berakhr di Baturetno.
Saat ini jalur kereta api peninggalan SoTM yang masih aktif tinggal menyisakan Purwosari Wonogiri aja dengan layanan KA Batara Kresna. Termasuk lintas Purwosari Solo Kota yang punya keunikan tersendiri. Nah itu dulunya bekas jalur Tram Kuda SoTM. Namun sekarang telah berstandard R54 sehingga bisa dilewati lokomotif sekelas CC206.
Lokomotif Uap C23 The One and Only
Ketika didatangkan NISM dan dinas di Solo, Lokomotif Uap C23 hanya ada satu unit ini aja. Kemudian diberi nomor C2301. Maka bisa dibilang “The One and Only.” Untuk di jalur ex-SoTM, NISM sebetulnya juga mendatangkan lokomotif lainnya yakni C18. Lagi itupun hanya satu unit. Maka jadilah duet ini gantikan tenaga kuda.
Boyolali – Ambarawa – Semarang
Untuk Lokomotif Uap C23 ini sendiri belum ada info lebih jelas tentang pola operasionalnya. Apakah sebatas Purwosari – Boyolali, atau bahkan pernah dinas sampai ke Stasiun Wonogiri hingga Baturetno.
Jalur menuju Baturetno pada akhirnya dinonaktifkan untuk pembangunan Waduk Gajah Mungkur di awal 1970-an. Menyusul Purwosari Boyolali ditutup alasan kalah saing dengan jalan raya. Praktis tinggal menyisakan jalur KA Purwosari Wonogiri saja.
Lokomotif Uap yang dinas disini harus purnatugas digantikan unit diesel. Termasuk C2301. Oke anggaplah terakhir dinas di lintas Boyolali, pasca purnatugas dipindahkan ke Museum Ambarawa dan bertahan di sana cukup lama.
Renovasi Lawang Sewu Semarang tahun 2010 seperti memberi angin segar bagi sang legenda asal Jerman ini. Ketika bangunan bersejarah itu mulai dibuka untuk umum dan difungsikan sebagai museum, dari Ambarawa lantas pindah lagi ke Pusat Kota Semarang. Menghuni halaman depan Museum Lawang Sewu hingga sekarang.
Lokomotif Uap C23 dan Lawang Sewu Semarang
Kini keduanya seperti nggak bisa terpisahkan. Secara operator pada asalnya pun sama. Lokomotif Hartmann ini didatangkan NISM (meski dinasnya di lintas SoTM sebelum akuisisi). Adapun Lawang Sewu Semarang itu kantor administrasi NISM. Maka dari itu keberadaan keduanya seolah mempertegas aroma NISM di sini.
Kesimpulan
Lokomotif Uap C23 didatangkan NISM untuk dioperasikan di lintas milik SoTM (de Solosche Tramweg Maatschappij) sebagai ganti tenaga kuda yang sebelumnya sangat diandalkan. Bersama C18 dinas cukup lama di Solo Raya.
Khususnya di segmen Purwosari – Boyolali, Purwosari – Solo Jebres, hingga ke Stasiun Wonogiri dan Baturetno. Seiring berjalannya waktu loko uap Jerman ini digantikan unit diesel. Bersama itu sejumlah lintas ex-SoTM ditutup dan tinggal sisakan Purwosari-Wonogiri saja.
Awalnya sang legenda sempat dipindahkan ke Museum Ambarawa dan cukup lama di sana. Renovasi Lawang Sewu Semarang membawanya menjadi bagian tak terpisahkan dengan icon Kota Semarang tersebut. Sekaligus mempertegas warna NISM di sana.
Leave a Reply