KRL Manggarai Sebelum SO5 pernah mengalami 3 fase yakni Random Era, Commuter Line, dan Antrian Kereta masuk. Stasiun telah direnovasi. Bangunan baru telah difungsikan. Pola perjalanan baru yang mengutamakan safety dan efisiensi pun diterapkan. Terlepas dari Pro dan Kontra yang ada.
Berbicara tentang Manggarai nggak akan pernah lepas dari keberadaan sebuah stasiun besar peninggalan Staatspoorwegen (SS) di daerah Jakarta Selatan. Stasiun itu memang merupakan stasiun besar. Tempat pertemuan 3 buah jalur kereta api sibuk dan padat. Mulai dari Bogor Line, Cikarang Line, hingga Jakarta Loop Line (Jalur Lingkar Jakarta).
Asalnya stasiun memiliki 7 jalur aktif dan tempat untuk parkir dan menginap rangkaian kereta api. Namun kini tempat penginapan itu telah pindah ke Dipo Cipinang dan lokasinya pun dijadikan jalur tambahan yakni jalur 8 dan 9 guna dilewati KRL Commuter Line dan mengakomodasi penumpang Kereta Bandara Sukarno Hatta. Maka jadilah stasiun bawah punya 9 jalur.
KRL Manggarai Sebelum SO5 : Random Era (Nggak Beraturan)
Stasiun Manggarai telah lama melayani perjalanan commuter Jabodetabek. Ketika layanan KRL dihidupkan lagi di tahun 1976 pasca kedatangan sejumlah trainset KRL Rheostatik dari Jepang, stasiun ini pun menjadi bagian dari jalur KRL Jakarta Kota Bogor.
Sedikit info di tahun tersebut koridor ini menjadi satu dari 4 koridor yang telah terpasang Listrik Aliran Atas (LAA) peninggalan Belanda. 3 koridor lainnya ialah Jatinegara – Tanjung Priok, Jakarta Kota – Tanjung Priok, dan Jalur Lingkar Jakarta antara Jatinegara – Kampung Bandan – Tanah Abang – Manggarai.
Beruntungnya Stasiun Manggarai termasuk dari koridor yang telah terinstalasi LAA yakni bagian dari Jakarta Kota – Bogor dan Lingkar Jakarta. Sedangkan untuk Bekasi/Cikarang, Rangkasbitung, dan Tangerang belum terpasang LAA sehingga belum bisa dilayani KRL.
Sebagai gantinya di jalur-jalur yang belum terpasang LAA dioperasikan trainset KRD MCW 301 yang sama-sama satu pabrik dengan KRL Rheostatik, Nippon Sharyo Jepang. Selain KRD itu juga menggunakan kereta konvensional. Bahkan untuk jalur kulon masih pake lokomotif uap di tahun 70-an.
Layanan KRL Ekonomi sekalipun belum ber-AC di awal-awal boleh dibilang cukup baik. Kedatangan KRL dan KRD dari Jepang terus berlanjut hingga tahun 1987. Armada Negeri Sakura ini cukup andal untuk transportasi komuter perkotaan. Memasuki tahun 1990-an, KRL Non-Jepang mulai didatangkan seperti BN Holec dan Hyundai Korea. Dari Jepang sendiri sempat ada KRL Hitachi.
Namun untuk Hitachi yang identik dengan KRL Bekasi itu didatangkan komponen dari Jepang dan dirakit di PT. INKA Madiun. Hal yang sama juga pernah terjadi di KRL Rheostatik Stainless Steel Nippon Sharyo (1986-1987). Ada sebagian unit yang didatangkan dalam bentuk komponen untuk kemudian dirakit di sana.
Sayangnya mulai pertengahan 80-an, layanan KRL mulai mengalami penurunan. Bahkan di tahun 1990-an mulailah terjadi banyak kerusakan pada unit KRL Rheostatik terutama di pintu otomatis lantaran kerap diganjal penumpang yang memaksa naik meski kereta telah penuh. Atapers juga mulai marak.
Kerusakan pintu otomatis bukan hanya dialami unit Rheostatik, bahkan yang lebih baru seperti Holec dan Hitachi. Nasib nahas dialami Hyundai yang terpaksa pensiun di tahun 2002. Padahal baru beberapa tahun beroperasi.
Buruknya layanan KRL juga dirasakan di Stasiun Manggarai. Mulai jadwal yang nggak beraturan dan nggak jelas. Untuk Bekasi Line aja (waktu itu Cikarang masih dilayani KRD) itu hanya ada sedikit perka masing-masing 1 perka di pagi, siang, sore, dan malam.
Bahkan dari Jakarta Kota via Stasiun Gambir hanya ada 1 perka di pagi hari. Selebihnya via Tanah Abang atau Loop Line. Nah ngomong-ngomong soal Loop Line yang sekarang nih, sebenarnya itu bukanlah barang baru. Karena pernah terjadi di jaman KRL Ekonomi.
Itupun untuk Loop Line Bekasi biasanya KRL datang dari Bogor dan di Manggarai belok memutar via Tanah Abang dan Kampung Bandan hingga akhirnya menuju Bekasi. Untuk KRL Bekasi dan semua kereta lokal arah ke Timur saat itu dilewatin Stasiun Jakarta Pasar Senen.
Fenomena Kereta Balik
Kekacauan jadwal kadang terjadi ketika ada trainset yang dipulangkan ke Dipo Bukit Duri. Nggak jarang juga ada yang akhirnya berfungsi sebagai feeder atau potong rute yang harusnya ke Jakarta Kota atau Tanah Abang jadi cuma nyampe Manggarai. Setelah itu balik lagi ke Depok/Bogor.
Nah inilah yang dikemudian hari dikenal dengan istilah “kereta balik”. Sekilas memang cukup membantu penumpang yang udah kelamaan nungguin kereta dari Jakarta Kota. Namun walaupun menguntungkan satu pihak tentunya hal tersebut kurang baik bagi ukuran transportasi umum berjadwal seperti kereta api.
KRD Nambo, Depok, Bumi Geulis hingga KRLI Prajayana
Ternyata bukan cuma KRL aja. Stasiun Manggarai juga pernah melayani perjalanan KRD tujuan Nambo. Nah jalur Nambo itu dulunya belum terelektrifikasi dan hanya melayani satu rangkaian KRD Nambo. KRD tersebut berjalan langsung di semua stasiun yang melayani KRL dan hanya berhenti di Stasiun Depok dan Stasiun Citayam.
Sebelum berbelok arah Nambo. KRD ini beroperasi hingga tahun 2006 dan setelahnya berhenti beroperasi karena rangkaian uzur dan mengalami kerusakan. Jalur Citayam Nambo pun tertidur panjang dan baru beroperasi lagi di tahun 2015.
Ada satu fenomena unik di sini, dimana rangkaian KRD yang datang dari arah Serpong awalnya mengakhiri perjalanan di Stasiun Manggarai dan balik ke Dipo Bukit Duri. KRD tersebut ialah KRD kelas bisnis.
Namun seiring perjalanan waktu, KRD tersebut dioperasikan ke Stasiun Depok Baru dan kerap berhenti di Manggarai untuk mengangkut penumpang yang mayoritasnya mahasiswa UI. Gegara kelamaan menunggu KRL Ekonomi. Fenomena KRD yang dikemudian hari digantikan oleh KRLI Prajayana buatan INKA.
Stasiun Manggarai juga sempat disinggahi KRD Bumi Geulis yang pulang ke Dipo Tanah Abang. Nah ini juga kejadian unik. KRD Bumi Geulis seperti memperpanjang rute hingga Stasiun Tanah Abang dan beroperasi layaknya KRL Ekspres untuk membantu penumpang Bogor dan Depok yang hendak menuju Sudirman dan Tanah Abang.
KRL Ekonomi AC dan KRL Ekspres.
Meski merupakan stasiun besar, ternyata Manggarai hanya melayani perjalanan KRL Ekonomi. Terbukti ketika banyak KRL Toei hibah Jepang berdatangan dan beroperasi sebagai KRL Ekspres khususnya Bekasi Ekspres dan Pakuan Ekspres nggak satupun yang berhenti di Stasiun Manggarai.
Hanya ada satu KRL Ekspres yang dijalankan dari Stasiun Manggarai yakni KRL Serpong Ekspres tujuan Serpong. Meski demikian bukan berarti nggak ada layanan KRL AC di sini. Ketika PT. KAI memperkenalkan KRL Ekonomi AC di tahun 2008 akhirnya ada juga KRL ber-AC yang singgah di Stasiun peninggalan Staatspoorwegen (SS) ini.
Jadi KRL Manggarai Sebelum SO5 ini sempat nggak ada layanan KRL ber-AC kecuali Serpong Ekspres. Sebelum beroperasinya Ekonomi AC di tahun 2008. Dan KRL Ekonomi AC adalah cikal bakalnya KRL Commuter Line sekarang.
KRL Ciliwung Blue Line
Sekitar tahun 2008, PT. KAI Divisi Jabotabek ingin menghidupkan lagi layanan Loop Line yang telah terhenti lama. Walaupun pernah ada dan dilayani KRL Ekonomi namun hanya satu perka yang benar-benar reguler yakni Bekasi – Pasar Senen – Tanah Abang – Manggarai – Bekasi. Lainnya paling bersifat insidentil. Karena itu tadi Perka yang berantakan dan nggak beraturan akhirnya munculkan fenomena-fenomena begini.
Mengingat 2 trainset KRLI Prajayana buatan INKA yang dikemudian hari dikenal dengan nama Djoko Lelono 3 berstatus idle. Sebelumnya unit tersebut dioperasikan di jalur kulon dengan tujuan akhir Stasiun Serpong. Menggantikan KRD dan KRL bisnis. Namun karena tingginya animo akhirnya jalur kulon menggunakan trainset KRL Toei hibah dari Jepang.
Apalagi di tahun yang sama pun telah beroperasi KRL Ekonomi AC yang beroperasi layaknya KRL Ekonomi berhenti di tiap stasiun namun dilengkapi fasilitas AC. Selain itu tarifnya juga lebih mahal dari ekonomi non-AC meski nggak semahal Ekspres.
Singkat cerita beroperasilah KRL Ciliwung Blue Line. Stasiun Manggarai adalah satu yang disinggahi. Secara reguler menggunakan KRLI Prajayana hingga bisa dibilang trainset INKA tersebut dedicated untuk KRL Ciliwung Blue Line. Sama sekali nggak pernah menggunakan trainset lain. Sayangnya KRL Ciliwung Blue Line hanya beroperasi di hari kerja. Weekend perka nya dibatalkan.
Dimulainya Era KRL Commuter Line.
Tahun 2009, Divisi Jabodetabek berubah jadi PT. Kereta Commuter Jabodetabek (KCJ). Anak usaha KAI yang khusus mengoperasikan kereta komuter perkotaan. Dalam hal ini jelas KRL Jabodetabek. Disinilah mulai era baru KRL Commuter Line. Diikuti dengan pengoperasian sejumlah KRL Ekonomi AC sebagai peningkatan layanan KRL Ekonomi yang telah uzur. Meski di saat itu masih dioperasikan juga bersama KRL Ekspres.
Namun memasuki tahun 2011, PT KCJ menghapus KRL Ekspres dari Perka dan meleburnya bersama KRL Ekonomi AC ke dalam KRL Commuter Line. Sehingga saat itu hanya dua jenis aja yang beroperasi yakni KRL Commuter Line dan KRL Ekonomi. Perbedaannya ada di tarif, dimana KRL Commuter Line menggunakan tarif komersial.
KRL Manggarai Sebelum SO5 : Pola Perjalanan Commuter Line
Beberapa waktu kemudian, PT.KCJ pun merubah pola operasional KRL menjadi Commuter Line. Dimana dilakukan penataan terhadap jadwal dan rute KRL yang semrawut menjadi lebih tertata rapi. Nah disinilah KRL Manggarai Sebelum SO5 pertama kali mengalami penataan pola operasional KRL. Untuk KRL yang melewati Manggarai terdiri dari 3 koridor yakni:
- Bekasi Line (Blue Line), Jakarta Kota – Bekasi (hingga Cikarang mulai 2019)
- Bogor Line 1 (Red Line), Jakarta Kota – Bogor
- Bogor Line 2 (Yellow Line), Jatinegara – Bogor (via Jakarta Pasar Senen, Kampung Bandan, Tanah Abang alias Loop Line).
Nah di sinilah mulai tertata rapi dan mulai diberlakukan sistem transit Manggarai. Di pola baru ini KRL Ekonomi masih beroperasi hingga tahun 2013 dan setelahnya semua perka dibatalkan untuk digantikan dengan KRL Commuter Line.
Untuk menghindari kesan anti wong cilik, subsidi pun diberikan untuk layanan KRL Commuter Line. Berlakunya pola baru otomatis meniadakan layanan KRL Ciliwung Blue Line yang telah digantikan Bogor Line 2 (Loop Line).
Pola perjalanan Commuter Line ini jelas merapikan jadwal perjalanan KRL yang semula berantakan dan kurang efisien. Lantaran terdiri dari banyak rute. Nah dengan skema baru ini jadi lebih tertata. Meskipun kita tau di awal-awal memang nggak berjalan dengan mulus. Apalagi seringnya ada keluhan fasilitas AC mengalami kerusakan. Sebenarnya sih bukan rusak tapi yang aktif itu penghangat udara yang biasa dijalankan di musim dingin.
Mengingat KRL-KRL dari Jepang itu awalnya diset untuk negara 4 musim bukan tropis. Sedangkan pendinginnya nggak jalan. Keluhan yang pada akhirnya memerlukan adanya penyesuaian fasilitas AC mengingat Indonesia adalah negara tropis.
KRL Manggarai Sebelum SO5 : Antrian Masuk Kereta
Memasuki tahun 2015, Stasiun Manggarai mulai mengalami proses renovasi. Namun pola perjalanan itu jugalah akhirnya memunculkan fenomena baru yakni kepadatan traffic ketika hendak masuk Manggarai. Kereta tertahan lama di sinyal masuk. Bahkan hal ini juga terjadi di KAJJ yang berangkat dan akan masuk Stasiun Gambir.
Sebagai stasiun transit, Manggarai yang kala itu masih tetap dengan 7 jalurnya mau nggak mau harus direnovasi. Tempat menginap rangkaian jarak jauh pun dipindah ke Jakarta Kota. Untuk selanjutnya area itu akan dirubah menjadi peron untuk penumpang. Apalagi di 2017 KA Bandara Sukarno Hatta mulai beroperasi. Namun layanan penumpang baru ada di Stasiun BNI City atau Sudirman Baru.
Stasiun Manggarai hanya berfungsi sebagai tempat untuk menyimpan rangkaian kereta. Nah disitulah kemudian dibangun stasiun baru yang bisa diakses dari sisi barat. Fenomena kereta antri masuk Manggarai ini terjadi hingga memasuki tahun 2019. Sehingga menjadi bagian dari timeline KRL Manggarai Sebelum SO5
Dan Diberlakukanlah SO5
Gapeka 2019 diberlakukan namun sayangnya ambyar gegara Pandemi Covid-19. Sebulan setelah kasus pertama ditemukan, 2 Maret 2020, pemerintah memberlakukan pembatasan ketat atau apa yang kita kenal sebagai PSBB. Nah pembatasan itu otomatis membatasi operasional KRL Manggarai Sebelum SO5. Bahkan PT.KAI juga telah menghentikan dan membatalkan semua Perka Jarak Jauh.
Sehingga Gapeka 2019 pun hanyalah seumur jagung. Kecuali untuk lokalan termasuk KRL. Meski demikian ada hikmah dibalik pembatasan tersebut. Renovasi Stasiun bisa dikebut hingga akhirnya tuntaslah jalur 10 hingga 13 Manggarai. Keempat jalur itu merupakan jalur elevated Manggarai dan dilayani di gedung baru.
Meskipun begitu, proses transit Manggarai masih jauh dari kata aman. Pasalnya penumpang masih harus menyeberang hingga naik turun ke lantai atas. Sekalipun ada jalur rel yang dinonaktifkan, tetap itu belum bisa dikatakan aman. Apalagi kerap terjadi ketidakjelasan jalur terutama untuk Bekasi Line. Antara jalur 6 dan jalur 2 Stasiun Manggarai.
Dan akhirnya tepat di akhir Mei 2022, PT. KAI memberlakukan pola perjalanan baru SO5. Di sini jalur Blue Line atau Cikarang dibikin Loop Line melewati Stasiun Jakarta Pasar Senen, Kampung Bandan, dan Tanah Abang. Adapun untuk Bogor Line semuanya ke Jakarta Kota via Stasiun Gambir (eh Gambir mah KRL nggak berhenti). Dengan demikian otomatis Perka Bogor-Jatinegara atau Yellow Line dihapus.
Dengan SO5 kini tinggal Blue Line (Cikarang Loop Line) dan Red Line (Bogor Line). Terlepas dari pro dan kontra yang ada, semua kini dilayani di gedung baru. Penumpang nggak lagi menyeberangi rel dan lebih safety. Cukup pindah dari lantai atas ke bawah maupun sebaliknya. Intinya SO5 mengutamakan safety dan efisiensi terlepas dari pro dan kontra yang ada.
Kesimpulan.
Jadi kesimpulannya, KRL Manggarai Sebelum SO5 mengalami 3 fase yakni:
- Random Era atau Pola Perjalanan nggak beraturan. Rute KRL Manggarai Sebelum SO5 terlampau banyak dan kadang nggak ada kejelasan. Dari Bogor aja bisa dijadiin Loop Line hingga berakhir di Bekasi. Hingga ada fenomena ngambing di KRD yang tiba-tiba diperpanjang ke Depok Baru dan dilewati KRD Bumi Geulis yang ke Dipo Tanah Abang. Di Random Era juga KRL Serpong Ekspres pernah jadi satu-satunya KRL AC yang singgah di Manggarai sebelum masuk era KRL Ekonomi AC sebagai Cikal Bakal Commuter Line. Sebagai bagian dari era Ekonomi AC, Stasiun Manggarai mulai melayani perjalanan KRL Loop Line yakni Ciliwung Blue Line.
- Pola Perjalanan Commuter Line. Perka KRL mulai ditata dengan baik. Calon penumpang nggak lagi pusing dan cuma harus beradaptasi dengan kebiasaan baru yakni Transit Manggarai. Di sini KRL Manggarai Sebelum SO5 terdiri dari Blue Line (Jakarta Kota-Bekasi/Cikarang), Red Line (Jakarta Kota-Bogor) dan Yellow Line (Jatinegara-Bogor Loop Line). Dengan adanya Loop Line ini juga layanan KRL Ciliwung Blue Line dihapus dari Gapeka.
- Antrian Masuk Stasiun Manggarai. Inilah yang jadi sorotan utama. Meski telah ditata dengan rapi ternyata malah memunculkan satu fenomena baru di kemudian hari. Dimana KRL Manggarai Sebelum SO5 mesti mengantri di sinyal masuk stasiun. Antrian ini kerap berlangsung lama dan dikeluhkan pelanggan. Bahkan dampaknya sampai ke KAJJ Stasiun Gambir.
Makanya terlepas dari kontroversi yang ada, dengan SO5 yang kelak akan dilanjut SO6 dan seterusnya bisa mengurai kepadatan keluar dan masuk Stasiun Manggarai. Renovasi dituntaskan hingga 100% dan akhirnya nanti akan siap menjadi stasiun sentral dan siap menggantikan Stasiun Gambir sebagai titik awal pemberangkatan Kereta Api Jarak Jauh (KAJJ).
Galeri Foto KRL Manggarai Sebelum SO5
Stasiun Manggarai yang masih menggunakan gedung dan peron lama. Aktivitas transit di sini aslinya belum bisa dibilang safety. Penumpang masih harus berpindah-pindah peron dengan cara menyeberangi rel. Selain itu ketidakjelasan jalur kerap kali terjadi. Misalnya untuk KRL jurusan Cikarang biasanya di jalur 4 namun ada kalanya di jalur 2.
Leave a Reply