Naik Kereta Komuter Supas : Jalur Pertama dan Lumpur Lapindo

naik kereta komuter supas jalur pertama dan lumpur lapindo dua sisi

Perjalanan naik kereta komuter supas. Napak tilas dua sisi sejarah. Jalur kereta pertama yang dibangun Staats Spoorwegen (SS). Sejarah kelam tragedi Lumpur Lapindo yang masih berlangsung sejak 2006. Keberadaan saksi keganasan semburan lumpur dalam perjalanan.

Pendahuluan

Niat awal dari perjalanan kali ini sebetulnya hanyalah napak tilas Jalur Kereta Pertama yang dibangun oleh Staats Spoorwegen (SS) tahun 1878. Jalur ini dari Surabaya ke Pasuruan via Bangil. Kemudian punya percabangan ke Stasiun Malang, cikal bakal Jalur Blitar (kantong).

Namun siapa sangka dalam perjalanan justru menyaksikan keberadaan tiang jembatan di sekitar Porong. Diketahui bahwa itu adalah bekas tiang Jalan Tol yang telah tutup akibat bencana Lumpur Lapindo pada 2006. Ruas tol penghubung Surabaya dan Malang itu kini telah direlokasi ke tempat aman.

Seketika berpikir apakah jalur kereta api bersejarah ini akan baik-baik saja? Terlebih lokasi semburan lumpur berada tepat di sebelah rel kereta sebelum menyeberangi Sungai Porong. Walaupun kini telah ada tanggul, bukan berarti ancaman hilang begitu saja. Balik lagi ke perjalanan, seperti apakah napak tilas sejarah ini?

Naik Kereta Komuter Supas : Dua Sisi Napak Tilas Sejarah

Perjalanan kali ini naik Kereta Commuter Line Supas dengan rute Stasiun Surabaya Kota ke Stasiun Pasuruan. Jika ditelisik ini merupakan napak tilas jalur pertama yang dibangun oleh Staats Spoorwegen (SS) tahun 1878. Namun dalam perjalanan menuju Pasuruan, kita akan melewati satu spot yang juga sarat muatan peristiwa sejarah.

Sayangnya spot tersebut mengandung muatan sejarah kelam. Bencana luapan Lumpur Lapindo akibat kesalahan teknis dalam pengeboran. Sehingga menenggelamkan banyak desa di sekitar lokasi pengeboran. Hal ini turut berdampak pada sektor transportasi.

Bencana tahun 2006 tersebut membuat Jalan Tol Surabaya Gempol yang berada tepat di dekat lokasi harus ditutup dan pindah ke area lebih aman. Jalur Kereta Api pertama peninggalan Staats Spoorwegen (SS) pun ikut terancam. Meski telah ada tanggul untuk mencegah luapan lumpur panas sampai ke jalur rel kereta.

18 tahun telah berlalu tapi semburan lumpur masih terus berlangsung. Itulah mengapa perjalanan kali ini bukan sekedar napak tilas sejarah jalur kereta pertama Staats Spoorwegen (SS). Tapi juga sejarah kelam bencana semburan lumpur panas yang masih mengancam jalur kereta bersejarah ini.

Naik Kereta Komuter Supas : Dari Stasiun Surabaya Kota dan Sarana Agak Lain

The historical journey kali ini mengambil Stasiun Surabaya Kota sebagai titik awal keberangkatan. Sebagaimana Commuter Line Supas mengawali keberangkatan dari stasiun di Kawasan Kota Lama tersebut. Dalam perjalanan ini sarana yang digunakan agak lain. Berbeda dengan kereta komuter lainnya. Seperti apakah sensasi perjalanan dan sarana agak lain itu?

berangkat dari stasiun surabaya kota

Masih K3 Kemenhub (Ekonomi Plus Kemenhub)

Pada kesempatan ini Commuter Line Supas masih menggunakan sarana K3 Kemenhub alias Ekonomi Plus Kemenhub. Kapasitas kereta 80 penumpang. Harga tiketnya Rp 4.000,00 sekali jalan. Suatu momen yang susah untuk dilupakan. Bisa naik Ekonomi Plus Kemenhub dengan tarif semurah itu.

Nggak hanya itu, Commuter Line Supas nggak pakai nomor tempat duduk. Jadi bebas memilih tempat duduk. Terserah duduk dimana aja asalkan nyaman dan pastikan belum ada yang menempati. Bebas tempat duduk sebenarnya rawan rebutan lho!

kereta komuter supas masih pakai k3 kemenhub

Berangkat Stasiun Surabaya Kota

Jam 07.30 WIB, Commuter Line Supas berangkat dari Stasiun Surabaya Kota. Pemberhentian pertama adalah Stasiun Surabaya Gubeng. Nah jalur yang dilewati sebetulnya sama ketika perjalanan naik KA Jayabaya dari Malang sebelumnya. Cuma bedanya itu mengarah ke Stasiun Surabaya Pasar Turi.

Ketika kereta tiba di Stasiun Surabaya Gubeng, Penumpang naik lebih banyak dari Stasiun Surabaya Kota. Tempat duduk kosong perlahan mulai terisi oleh penumpang. Tak lama berselang kereta pun berangkat lagi menuju pemberhentian berikutnya, Wonokromo, masih di Kota Surabaya.

Masuk Koridor Sidoarjo

Selepas Stasiun Wonokromo, Perjalanan Naik Kereta Komuter Supor masuk koridor Sidoarjo. Terdapat empat pemberhentian yakni Waru, Gedangan, Sidoarjo, dan Porong. Dari empat pemberhentia ini hanya Sidoarjo yang merupakan stasiun besar dan punya percabangan ke Mojokerto lewat Tarik.

Ternyata di Koridor Sidoarjo ini beberapa penumpang turun. Eh baru sadar bahwa nggak semua penumpang Commuter Line Supor ini full trip sampai destinasi akhir. Ada aja yang cuma ke daerah Sidoarjo. Ketika masuk Stasiun Sidoarjo, berpapasan dengan KA Ranggajati tujuan akhir Cirebon.

Naik Kereta Komuter Supas : Melihat Saksi Keganasan Lumpur Lapindo

Beberapa meter selepas Stasiun Sidoarjo, kereta memasuki daerah Porong. Nah inilah bagian napak tilas sejarah kelam semburan lumpur yang mulai tahun 2006 itu. Belum berakhir hingga sekarang. Di sini tanggul penahan lumpur ada di sisi kiri kereta. Sementara tempat duduk kebetulan di sisi kanan.

Meskipun begitu, mengambil sisi kanan bukan berarti nggak kebagian momen napak tilas bencana semburan lumpur. Di sisi kanan ternyata bisa melihat langsung keberadaan bekas tiang penyanggah jembatan yang mangkrak.

Nah itu dulunya adalah bagian dari Jalan Tol Surabaya Gempol yang lama pada segmen Porong. Tiang jembatan itu adalah saksi keganasan Lumpur Lapindo yang berdampak luas bagi kehidupan sosial dan perekonomian. Jalan Tol nya sendiri udah pindah ke lokasi baru. Jauh dari pusat semburan lumpur.

saksi keganasan semburan lumpur lapindo tahun 2006

Stasiun Bangil, Welcome To Pasuruan

Perjalanan Naik Kereta Komuter Supas telah tiba di Stasiun Bangil. Nah disini sebetulnya telah memasuki wilayah Kabupaten Pasuruan. Welcome To Pasuruan. Penumpang yang turun juga cukup banyak. Ini adalah titik pertemuan antara Jalur Kereta Banyuwangi dan Jalur Blitar.

Akhirnya Nyampe Juga di Stasiun Pasuruan

Commuter Line Supas berangkat dari Stasiun Bangil. Kemudian kereta belok ke arah kiri. Nampak di sisi kanan adalah Jalur Blitar. Ini adalah segmen awal dari jalur kereta menuju ujung timur di Ketapang, Banyuwangi. Jalurnya masih merupakan lintas datar.

Tepat jam 09.28 WIB setelah menempuh perjalanan hampir 2 jam, perjalanan naik Kereta Komuter Supor akhirnya nyampe juga di Stasiun Pasuruan. Nah inilah stasiun ujung dari jalur kereta pertama milik Staats Spoorwegen (SS) yang mulai beroperasi tahun 1878. Otomatis perjalanan kali ini selesai di sini.

napak tilas jalur pertama ss surabaya pasuruan

InSyaaAlloh Lanjut Pasuruan ke Surabaya Gubeng : Pemandangan Tanggul Lumpur

Perjalanan Naik Kereta Komuter Supas memang telah selesai. Tapi masih akan lanjut perjalanan balik dari Pasuruan ke Surabaya Gubeng : Pemandangan Tanggul Lumpur. Bagian kedua ini akan lebih seru. So Stay Tune!

Comments

Leave a Reply