Rel SS Jogja Solo : Tersisa di Lempuyangan (1929-1942)

rel ss jogja solo tersisa di lempuyangan

Staats Spoorwegen (SS) mengoperasikan Rel SS Jogja Solo tahun 1929. Tujuannya guna mempercepat waktu tempuh di Lintas Kereta Api Mataram (Vortenslanden). Bagian dari sejarah beroperasinya kereta ekspres Jakarta Surabaya. Sayang dibongkar Jepang tahun 1942 dan sisakan Lempuyangan.

Pendahuluan

Sejatinya antara Jakarta dan Surabaya telah tersambung jaringan rel kereta api sejak tahun 1894. Namun konektivitas itu masih terhambat adanya segmen berbeda operator. Antara Batavia dan Buitenzorg adalah jalur nya NISM. Begitupula Lintas Kereta Api Mataram (Vortenslanden).

Penumpang masih harus berganti kereta dari NISM ke SS di Buitenzorg. Kemudian pindah lagi ke kereta NISM di Stasiun Tugu Jogja. Ketika tiba di Stasiun Solo Balapan sekali lagi harus berganti ke kereta SS untuk melanjutkan perjalanan hingga Surabaya.

Lintas Kereta Api Mataram (Vortenslanden) kala itu memiliki lebar spoor 1.435 mm. Tentu berbeda dengan punya Staats Spoorwegen (SS) yakni 1.067 mm. Untuk mempersingkat waktu, SS membangun sejumlah jalur pintas. Misalnya Jalur KA Cikampek Padalarang (1901-1906) dan Jalur KA Cirebon Kroya (1912-1917).

Kendala pada segmen Vortenslanden sempat diakali dengan pemasangan rel tambahan tahun 1899. Namun rel tunggal itu tetap belum bisa memecahkan masalah. Sehingga Staats Spoorwegen (SS) akhirnya membangun jalur baru yang paralel dengan eksisting.

Rel SS Jogja Solo Beroperasi 1929

Niat Staats Spoorwegen (SS) untuk membangun konektivitas antara Batavia dan Surabaya melalui Jalur Kereta Trans Jawa terkendala di Vortenslanden. Pasalnya Lintas Kereta Api Mataram (Vortenslanden) milik NISM tak bisa mengakomodasi kereta SS dengan spesifikasi lebar spoor 1.067 mm.

Solusi pertama dengan membuat rel ketiga di jalur standard gaunge 1.435 mm. Namun ternyata itu belum cukup. Pasalnya kereta harus melintas secara bergantian plus melakukan manuver di stasiun terminus masing-masing. Sampai akhirnya Staats Spoorwegen memutuskan untuk membangun rel sendiri yang paralel dengan lintasan eksisting.

Rel tersebut mulai beroperasi pada 1929. Sejak saat itu perjalanan dari Batavia ke Surabaya dan sebaliknya bisa dipersingkat jadi hanya 13,5 jam saja.

rel ss jogja solo beroperasi tahun 1929

Rel SS Jogja Solo dan Eendaagsche Express

Di tahun yang sama setelah Rel SS Jogja Solo terbangun dan beroperasi, Staats Spoorwegen (SS) meluncurkan kereta Eendaagsche Express. Kereta ini menempuh perjalanan dari Batavia ke Surabaya hanya satu hari saja.

Dengan waktu tempuh 13,5 jam. Karena itu jalur rel milik SS yang paralel di Lintas Kereta Api Mataram (Vortenslanden) sangat berperan dalam pengoperasian kereta yang kini reinkarnasi jadi KA Argo Semeru tersebut.

Rel SS Jogja Solo dan Java Nacht Express

Ternyata bukan hanya Eendaagsche Express yang beroperasi siang hari. Rel tambahan khusus tersebut juga berperan penting dalam pengoperasian Java Nacht Express. Ini adalah layanan kereta ekspres malam pertama antara Jakarta Surabaya. Mulai beroperasi tahun 1939. Kereta ini juga jadi cikal bakal layanan serupa pasca kemerdekaan seperti Bintang Sendja hingga Bima.

Berakhir Pasca Kedatangan Jepang

Namun sayang sekali jalur rel SS Jogja Solo di Lintas Kereta Api Mataram (Vortenslanden) hanya berumur pendek. Keberadaannya berakhir pada tahun 1942. Seiring dengan kedatangan Jepang yang mengambil alih kekuasaan dari Pemerintah Kolonial Belanda.

Kekaisaraan Jepang mengambil kebijakan untuk menyeragamkan lebar spoor yang ada menjadi 1.067 mm seluruhnya. Bersama dengan itu juga menutup sebagian lintas yang dianggap nggak mendukung kepentingan militer Jepang. Nah rel milik SS ini adalah salah satu yang menjadi korban.

Jepang lebih memilih memakai jalur peninggalan NISM yang telah dirubah ke 1.067 mm. Dengan demikian jalur tambahan pun akhirnya dibongkar dengan hanya menyisakan segmen Lempuyangan dan bentang rel yang memotong Pintu Timur Stasiun Tugu Jogja. Inilah yang masih bertahan hingga sekarang.

sayang sebagian besar dibongkar jepang tahun 1942

Dipakai Kereta Logistik

Bekas Rel SS Jogja Solo yang tersisa di Lempuyangan kini lebih banyak dipakai untuk kereta logistik. Karena ada Warehouse Lempuyangan. Ada pula bangunan yang menyerupai stasiun dan masih menjadi misteri. Apakah itu dulunya adalah pemberhentian milik SS di Lempuyangan?

terlihat seperti stasiun lempuyangan milik staats spoorwegen ss

Belum diketahui secara pasti. Intinya Stasiun Lempuyangan sendiri milik NISM dan berada di lintas Kereta Api Mataram (Vortenslanden) dengan lebar spoor 1.435 mm. Kini menjadi stasiun penting kedua di Kota Yogyakarta.

Yang jelas apapun itu bekas jalur SS tetap merupakan bagian dari sejarah. Berperan penting dalam pengoperasian dua kereta ekspres yakni Eendaagsche Express dan Java Nacht Express. Cikal bakal layanan serupa pasca Kemerdekaan Indonesia.

kini banyak dipakai logistik

Kesimpulan

Jalur Rel SS Jogja Solo mulai beroperasi tahun 1929. Tujuannya untuk mempercepat konektivitas Batavia dan Surabaya. Bersama dengan itupula Staats Spoorwegen (SS) meluncurkan Eendaagsche Express. Menyusul Java Nacht Express pada 1939. Perjalanan kini hanya membutuhkan 11 hingga 13,5 jam saja.

Sayangnya keberadaan jalur tambahan ini berumur pendek. Di masa pendudukan Jepang rel ini dibongkar. Pihak Jepang lebih memilih gunakan Lintas Kereta Api Mataram (Vortenslanden) peninggalan NISM yang telah dirubah ke 1.067 mm. Bekas jalur tambahan ini tinggal menyisakan segmen Lempuyangan yang saat ini lebih banyak dipakai logistik.

Video

Comments

Leave a Reply