Stasiun Solo Balapan dioperasikan oleh NISM tahun 1870. Merupakan stasiun tertua di Kota Surakarta. Pernah jadi terminus jalur kereta pertama di Indonesia dari Semarang. Seiring berjalan waktu juga lintas timur Staats Spoorwegen (SS Oosterlijnen) segmen Solo Surabaya. Kini punya peran vital.
- Pendahuluan
- Stasiun Solo Balapan : Bisa Jadi dari Halte hingga Gerbang Utama
- Berdiri 10 Februari 1870, Tertua di Surakarta
- Terminus Jalur Pertama di Indonesia milik NISM
- Stasiun Solo Balapan Layani Perjalanan Kereta SS-Oosterlijnen
- Titik Perpindahan dari Kereta SS ke NISM dan Sebaliknya
- Upgrade Kedua dan Pemasangan Batang Ketiga
- Stasiun Solo Balapan : Rancangan Herman Thomas Karsten untuk Mengakomodasi Kereta SS (Bangunan yang Sekarang)
- Gerbang Utama Surakarta Hadiningrat
- Stasiun Solo Balapan : Peran Vital di Lintas Selatan Jawa
- Bagian dari Segitiga Pembalik
- Kesimpulan
Pendahuluan
Pada tahun 1868 – 1870, operator kereta swasta Hindia Belanda membangun jalur kereta api yang menghubungkan Semarang dan Vortenslanden. Pembangunan melalui dua tahap yakni segmen Semarang-Kedungjati dan Kedungjati-Surakarta (Solo). Dimana pada 1870 lintasan tersebut telah menyentuh Vortenslanden, tepatnya Kota Surakarta.
Sebagai titik akhir, tentunya mesti ada tempat pemberhentian. Sebuah lahan pacuan kuda milik Pura Mangkunegaran diakuisisi untuk membangun sebuah stasiun yang kelak akan memiliki peran vital. Terutama di lintas tengah dan selatan Pulau Jawa.
Sebagai kompensasi, Pura Mangkunegaran mendapat ganti lahan baru di daerah Manahan untuk pacuan kuda dan aktivitas olahraga lainnya. Posisinya masih berdekatan dan berada di wilayah Kadipaten Mangkunegaran.
Berdirinya stasiun kereta api di sini otomatis menghubungkan Semarang dengan Vortenslanden. Seiring berjalannya waktu, stasiun ini terus berkembang. Ketika Staats Spoorwegen (SS) mengembangkan jaringan rel kereta api di kawasan timur (oosterlijnen), stasiun inipun memiliki peran sebagai titik awal dan terminus.
Seperti apakah perkembangan stasiun di Kadipaten Mangkunegaran ini? Seberapa besar juga peran vitalnya hingga sekarang?
Stasiun Solo Balapan : Bisa Jadi dari Halte hingga Gerbang Utama
Tercatat bahwa Stasiun Solo Balapan ini pernah mengalami perombakan sebanyak tiga kali. Pertama 1872-1884, perombakan kedua 1884-1923, dan terakhir 1923 yang bangunannya seperti sekarang. Seperti Apakah tahapan perkembangannya?
Berdiri 10 Februari 1870, Tertua di Surakarta
Namun sebagaimana jalur kereta pertama yang telah selesai tahun 1870, otomatis di sini juga telah berdiri pemberhentian di tahun yang sama. Tepatnya 10 Februari 1870.
Jika stasiun ini telah ada dan beroperasi pada tanggal tersebut, maka jelas bahwa sebelum menjadi stasiun tempat ini hanyalah sebuah halte atau pos pemberhentian. Terlepas dari semua perkiraan tersebut, intinya stasiun ini adalah yang tertua di Kota Surakarta.
Terminus Jalur Pertama di Indonesia milik NISM
Ketika awal beroperasi, stasiun ini merupakan terminus jalur kereta pertama di Indonesia (jalur KA Semarang Solo) yang telah dibangun sejak 1868. Menghubungkan Semarang dan Vortenslanden. Sebagaimana lintas tersebut, stasiun ini adalah milik NISM dan dioperasikan oleh perusahaan swasta Hindia Belanda tersebut.
Stasiun Solo Balapan Layani Perjalanan Kereta SS-Oosterlijnen
Periode 1872 hingga 1884 stasiun ini mengalami renovasi. Boleh jadi disinilah awal peningkatan layanan dari sebuah halte atau pos pemberhentian menjadi stasiun kereta api. Di saat hampir bersamaa, Staats Spoorwegen (SS) tengah mengembangkan jaringan kereta api di timur Pulau Jawa.
Perusahaan negara itu berkeinginan untuk menghubungkan seluruh pulau Jawa dengan rel kereta api. Maka pada tahun 1884 Staats Spoorwegen (SS) telah menyelesaikan pembangunan lintas timur (Oosterlijnen) untuk segmen Surakarta-Surabaya (Kereta Solo Surabaya).
Titik awal lintasan tersebut berada di stasiun ini. Sehingga meski milik NISM, stasiun ini juga melayani perjalanan kereta api Staats Spoorwegen di lintas timur (SS-Oosterlijnen).
Titik Perpindahan dari Kereta SS ke NISM dan Sebaliknya
Sejak 1884, Stasiun Solo Balapan memiliki peran yang sama dengan Stasiun Tugu Jogja. Jadi titik perpindahan dari kereta SS ke NISM dan sebaliknya. Hal ini karena terdapat perbedaan lebar spoor antara milik Staats Spoorwegen (SS) dan NISM.
Jalur SS, baik Westerlijnen maupun Oosterlijnen memiliki lebar spoor 1.067 mm. Sedangkan milik NISM adalah standard gaunge 1.435 mm. Nah agar bisa melewati Lintas Kereta Api Mataram (Vortenslanden) harus dengan kereta api untuk 1.435 mm milik NISM.
Upgrade Kedua dan Pemasangan Batang Ketiga
Stasiun Solo Balapan kembali mengalami upgrade periode 1884-1923. Periode kedua ini menambahkan batang rel ketiga agar Lintas Kereta Api Mataram (Vortenslanden) bisa dilewati oleh kereta SS. Dengan adanya tambahan batang rel ketiga yang mulai dioperasikan tahun 1899, penumpang tak perlu lagi transit dan pindah kereta.
Meskipun begitu masih belum bisa mengatasi masalah waktu tempuh. Pasalnya untuk memasuki rel tambahan itu, kereta SS harus melakukan manuver terlebih dulu.
Stasiun Solo Balapan : Rancangan Herman Thomas Karsten untuk Mengakomodasi Kereta SS (Bangunan yang Sekarang)
Tahun 1923 stasiun ini kembali mengalami renovasi secara besar-besaran. Bangunan rancangan Herman Thomas Karsten ini bisa mengakomodasi kereta SS dengan pembangunan jalur baru. Walaupun sebelumnya telah terakomodasi namun belum maksimal.
Dengan gedung yang lebih baru masalah keharusan manuver bisa teratasi. Rancangan Herman Thomas Karsten inilah yang jadi bangunan Stasiun Solo Balapan sekarang. Gedung utama untuk layanan KA Jarak Jauh lintas tengah dan selatan Pulau Jawa, serta kereta Aglomerasi.
Gerbang Utama Surakarta Hadiningrat
Sejak gedung baru hasil renovasi tahun 1923 tersebut berdiri, stasiun ini lantas menjadi Gerbang Utama Surakarta Hadiningrat. Meski berada di wilayah Kadipaten Mangkunegaran. Hal ini berbeda dengan Stasiun Solo Jebres di wilayah Keraton Surakarta (Pakubuwono).
Pasalanya stasiun ini merupakan titik pertemuan antara jalur pertama di Indonesia dengan lintas selatan Jawa. Jalur tersebut juga menjadi yang pertama menghubungkan kawasan Pantura dengan selatan. Sebelum ada Jalur KA Cirebon Kroya.
Stasiun Solo Balapan : Peran Vital di Lintas Selatan Jawa
Seiring berjalannya waktu, Stasiun Solo Balapan memiliki peran vital di Lintas Selatan Jawa. Stasiun ini menjadi titik pemberhentian utama KA Jarak Jauh lintas tengah dan selatan. Khususnya kereta komersial non-subsidi. Selain itu juga melayani perjalanan KA Aglomerasi hingga KRL Commuter Line Joglo.
Mengapa keberadaan stasiun ini sedemikian penting? Kota Surakarta merupakan titik pertemuan 3 penjuru. Dua segmen lintas selatan yakni segmen barat dan timur.
Segmen barat termasuk Lintas Kereta Api Mataram yang nyambung dengan jalur menuju Jakarta lewat Priangan atau Jalur KA Cirebon Kroya. Adapun segmen timur adalah Kereta Solo Surabaya yang asalnya berakhir di Stasiun Surabaya Kota. Juga yang terhubung langsung dengan lintas Banyuwangi lewat jalur kereta api Tarik Sidoarjo.
Satu lagi tentu saja jalur kereta pertama di Indonesia. Jalur ini masih eksis hingga sekarang. Dimana stasiun ini melayani kereta aglomerasi seperti Kereta Api Banyubiru dan Kereta Api Joglosemarkerto melalui jalur ini.
Bagian dari Segitiga Pembalik
Satu lagi, Stasiun Solo Balapan kini jadi bagian dari segitiga yang saling terhubung dengan Stasiun Solo Jebres di timur dan Kadipro di Utara. Keberadan segitiga ini sebenarnya bisa menjadi semacam segitiga pembalik untuk mengembalikan larah lokomotif misalnya agar tetap memiliki pandangan luas (short hood).
Alternatif lain dari Turntable. Walaupun demikian, peran segitiga pembalik yang berada tepat di depan Masjid Syekh Zayed ini tetap harus memperhitungkan kepadatan lintas kereta api. Terutama lintas selatan yang traffic nya cukup tinggi. Ini juga jadi peran vital lain dari stasiun ini
Kesimpulan
Stasiun Solo Balapan pertama kali dibuka pada 10 Februari 1870. Kemudian terus mengalami renovasi dan pengembangan hingga tahun 1923 berdirilah bangunan seperti yang sekarang. Pernah menjadi stasiun terminus untuk Jalur Pertama di Indonesia dan lintas timur Staats Spoorwegen (SS-Oosterlijnen) periode 1884-1899.
Sejak 1923, stasiun ini jadi gerbang masuk utama Surakarta Hadiningrat. Seiring berjalannya waktu juga memiliki peran vital untuk layanan KA Jarak Jauh Komersial lintas tengah dan selatan. Juga melayani perjalanan KA Aglomerasi dan KRL Commuter Line.
Leave a Reply