lokomotif uap c12 sejarah kereta api cepu dan kabupaten blora

Lokomotif C12 : Sejarah Kereta Api Cepu dan Kabupaten Blora

Lokomotif C12 merupakan bagian dari sejarah Kereta Api Cepu dan Kabupaten Blora. Meski datangnya agak terlambat setelah kemerdekaan. Kini salah satu unit nya tersimpan di Museum Kereta Api Ambarawa.

Pendahuluan

Konten kali ini inSyaaAlloh masih meneruskan dua konten artikel sebelumya yakni Stasiun Cepu dan Wisata Lokomotif Cepu (Perhutani). Keduanya merupakan bagian dari pembahasan tentang Jalur Kereta Pantura. Jadi udah dibuat satu paket gitu dan nggak enak kalo terlewatkan begitu aja. Sebab terutama di sisi Timur, Cepu adalah sejarah awalnya.

Sebetulnya konten Cepu ini pernah tayang di Manglayang ID. Namun karena kurang fokus dan terkesan melebar kemana-mana, jadilah direlease ulang di sini dan diperbaiki lagi. Ketika perbaikan inilah ternyata Cepu ini bisa dibuat dalam bentuk Trilogi.

Sejarah Singkat: Cepu Bukan Destinasi Wisata Utama

Kota Cepu dan Kabupaten Blora secara umum bukan destinasi wisata utama di Pulau Jawa. Sebaliknya kota ini justru lebih merupakan kota minyak bumi. Namun bukan berarti tak ada objek wisata di sini, juga di Kabupaten Blora secara keseluruhan. Wisata Lokomotif Cepu merupakan satu-satunya di sini dan masih berkaitan komoditas yakni hutan jati disamping minyak bumi.

Explorasi Kota Cepu dimulai pada tahun 1893. Dimana ketika itu pemerintah Kolonial Belanda menemukan cadangan minyak yang memiliki potensi ekonomi. Keberadaan cadangan minyak membuat pihak kolonial berniat untuk membuka kota ini.

Sebagai tindaklanjutnya, perusahaan kereta api swasta NIS (Nederlandsch Indische Spoorwegmaatshappij) membangun jalur kereta api dari Semarang ke Surabaya via Cepu. Inilah yang kemudan menjadi Jalur Kereta Pantura Timur. Dimana Stasiun Cepu menjadi satu diantaranya.

Sejarah Kereta Api Cepu : Eksploitasi SJSM Tahun 1889

Dalam konteks Sejarah kereta Api Cepu, peranan Kota Blora jelas nggak bisa dikesampingkan. Terkait kereta api, Blora yang mencakup Cepu sudah mulai dilakukan eksploitasi sejak tahun 1889 oleh Samarang Joana Stroomtram Maatschappij (SJS). Pembangunan jalur kereta api membentang mulai dari Semarang (Jurnatan), Demak, Kudus, Purwodadi, Blora hingga Cepu Kota.

Urutan pembangunan relnya sendiri sebagai berikut:

  • 1884 = Semarang Jurnatan – Demak – Kudus – Juwana (87 km)
  • 1889-1893 = Demak – Purwodadi – Blora (103 km)
  • 1892 = Purwodadi – Gundih (17 km)
  • 1900 = Juwana – Rembang – Lasem (34 km)
  • 1901-1902 = Rembang – Blora – Cepu SJS / Cepu Kota (70 km)
  • 1919 = Lasem – Bojonegoro (83 km)

Sejarah Kereta Api Cepu : Stasiun Blora Jadi TOD

Stasiun Blora merupakan stasiun utama dan besar di Kabupaten Blora. Terdapat perbangan menuju Juwana, Rembang, Lasem hingga Bojonegoro. Stasiun ini punya 3 percabangan yakni:

  • Percabangan 1 : Blora – Purwodadi – Kudus – Demak – Semarang Jurnatan
  • Percabangan 2 : Blora – Rembang – Juana – Lasem – Bojonegoro
  • Percabangan 3 : Blora – Cepu Kota – Cepu

Selain itu  juga memiliki terminal. Sehingga integrasi antarmoda sudah ada di Stasiun Blora pada masa lalu. Nah meski belum ada istilah TOD (Transit Oriented Development) namun hal itu telah dibangun SJSM di masa lalu.

Sejarah Kereta Api Cepu : Tembus Jalur Kereta Pantura Timur

Pada percabangan ke-3 ialah Jalur Blora ke Cepu Kota hingga akhirnya tembus ke Stasiun Cepu NISM yang sekarang masih beroperasi. Sehingga dalam Sejarah Kereta Api Cepu di wilayah kota pernah ada dua stasiun dengan nama yang sama. Untuk membedakan, milik SJSM dinamakan Cepu Kota, sedang satunya Stasiun Cepu NISM.

Nah kepunyaan NISM diresmikan tahun 1892 dan terdapat 4 jalur. Salah satunya tersambung dengan jalur kereta api menuju Stasiun Blora via Cepu Kota. Bahkan segmen ke Cepu Kota masih aktif hingga 2008 untuk angkutan minyak bumi. Jadi jaringan yang telah ada dan dibangun SJSM tembus Jalur Kereta Pantura Timur punya NISM.

Sejarah Kereta Api Cepu : Minyak Bumi dan Jaringan Kereta Api SJSM

Jadi sejarah kereta api Cepu sejatinya tak bisa lepas dari dua hal, yakni eksplorasi minyak bumi dan pembangunan jaringan kereta api di Blora hingga akhirnya tembus ke Cepu. Semua jalur bisa terhubung karena menggunakan lebar spoor 1.067 mm.

Sarana Lokomotif C12 : Bukan Asli SJSM Tapi Sepabrik C19

Ada jaringan kereta api tentu harus ada sarananya. Apakah itu stasiun, sistem persinyalan, hingga armada yang digunakan: Lokomotif, kereta penumpang, gerbong, dan sarana penunjang lainnya. Untuk lokomotifnya, SJSM pernah mendatangkan armada C19 dari Pabrikan Hartmann Jerman.

Ketika Indonesia Merdeka dan seluruh sarana berada di satu operator yakni PJKA (Perusahaan Jawatan Kereta Api), Jalur Kereta Api Blora mendapat alokasi lokomotif C12 yang sebelumnya milik Staats Spoorwegen (SS). Nah di sini jelas kan bahwa C12 itu bukanlah asli SJSM melainkan SS. Hanya saja C12 masih satu pabrik dengan C19 dan sesuai dengan lebar spoor 1.067 mm.

Periode Kemunduran Hingga Penutupan

Sayangnya seiring perkembangan zaman dan mulai berkembangnya angkutan jalan raya mulai tahun 1970-an angkutan kereta api mulai ditinggalkan. Stasiun Blora pun terpaksa ditutup pada pertengahan tahun 1980-an karena kalah saing dengan angkutan jalan raya. Menyusul Cepu Kota seiring berakhirnya operasional kereta ketel Pertamina tahun 2008.

Akhir Cerita Lokomotif C12 dan Perkeretaapian Cepu

Ditutupnya jalur kereta api peninggalan SJSM menandai titik nadir si Ular Besi dalam sejarah Kereta Api Cepu. Dengan hanya menyisakan Jalur Kereta Pantura Timur peninggalan NISM yang notabene adalah Lintas Utama. Sama juga stasiunnya tinggal sisakan Stasiun Cepu dan Randublatung.

Lantas bagaimana akhir kisah Lokomotif C12 yang jadi bagian dari Sejarah Kereta Api Cepu walaupun terlambat? Saat ini terdapat unit C12 40 di Museum Kereta Api Ambarawa. Apakah unit itu sempat dinas di lintas ex-SJSM? Entahlah, bisa jadi iya. Tapi yang muncul di foto jadul bukan itu.

Kesimpulan

Ternyata Sejarah Kereta Api Cepu telah mulai pada 1889 dimana SJSM membangun jaringan kereta api sampai Kabupaten Blora. Berarti 2 tahun lebih awal dari eksploitasi NISM di tahun 1893 bersama pembangunan Jalur Kereta Pantura Timur.

Dalam jaringan tersebut, Stasiun Blora memiliki peran sebagai pusat integrasi antarmoda (TOD) dimana terdapat segmen yang langsung terhubung dengan Stasiun Cepu di Jalur Kereta Pantura Timur.

Sayangnya Sejarah Kereta Api Cepu mengalami kemunduran di tahun 1970-an bersamaan dengan perkembangan angkutan jalan raya. Karena kalah saing Stasiun Blora ditutup pertengahan 1980-an.Adapun Lokomotif C12 walaupun terlambat tetap jadi bagian dari Sejarah Kereta Api Cepu dan salah satunya tersimpan di Museum Kereta Api Ambarawa.

Galeri Foto