Anomali KA Pasundan New Generation : Tarif Komersial Jiwa PSO

Anomali KA Pasundan New Generation (Tarif Komersial Jiwa PSO)

Tarif Komersial Jiwa PSO. Inilah anomali KA Pasundan New Generation. Ternyata upgrade sarana aja nggak cukup memuaskan calon pelanggan. Mereka tetap ingin lebih dari sekedar itu. Lantas gimana solusinya?

Pendahuluan

Boleh jadi definisi kasihan itu ada di Kereta Api Pasundan. Sebelumnya kereta ini udah dapat banyak hujatan. Lantaran masih aja pake sarana 106 penumpang layaknya kereta ekonomi bersubsidi. Memang iya, waktu itu masih berbagi sarana dengan KA Kahuripan.

PT. KAI Daop 2 Bandung selaku pengasuh KA Pasundan sebenarnya telah menjawab keluh kesah pelanggan tersebut. Dengan mengganti dukungan sarana dari ekonomi 106 pax ke New Generation Modifikasi Balai Yasa Manggarai. Namun yang terjadi ternyata nggak cukup untuk menjawab keluh kesah pelanggan.

Oke udah upgrade, tapi pelanggan maunya lebih dari itu. Tarif Kereta Api Pasundan meroket dua kali lipat. Mereka keberatan dengan harga Rp 410.000 untuk full trip dari Stasiun Kiaracondong ke Stasiun Surabaya Gubeng dan sebaliknya. Lantas PT. KAI sekali lagi mesti mengutamakan pelanggan.

Diturunkanlah harga tiket KA Pasundan menjadi Rp 369.000,00. Apakah masalah kelar nyampe di situ? Ternyata nggak! Pelanggan dan calon pelanggan masih mengeluhkan waktu tempuh yang lama. Sehingga di sini munculah istilah Anomali. Bahkan kabarnya KA Pasundan sekarang sepi.

Nah kalo udah gitu, apa nih solusinya? Agar kita jangan cuma asal mengeluh dan mengkritik tanpa memberi solusi?

Apa Saja Keluh Kesah Pelanggan KA Pasundan New Generation?

Sebelum menjawab itu ada baiknya kita breakdown lebih dulu apa aja sih keluhan para pelanggan maupun mereka yang akan naik Kereta Api Pasundan. Apa sih yang kurang dari sarana New Generation Modifikasi tersebut?

Dibanding sarana sebelumnya, tentu saja rangkaian New Generation ini lebih nyaman. Tempat duduk dibuat searah dengan laju kereta. Jarak antar kursi masih cukup luas, meski nggak seluas kereta eksekutif. On board entertainment juga ada meski apa adanya. Pokoknya dalam hal fisik sarana jauh meningkat.

Namun ada yang menjadi concern dari sisi pelanggan dan calon pelanggan. Apa saja itu?

Harga Tiket Dianggap Kemahalan

Sejak awal upgrade dukungan sarana, inilah yang menjadi keluhan utama pelanggan dan calon pelanggan KA Pasundan New Generation. Harga tiket awalnya ditetapkan Rp 410.000,00 untuk full trip dari Stasun Kiaracondong ke Stasiun Surabaya Gubeng dan sebaliknya.

Harga segitu dianggap kemahalan dan nggak masuk akal. Bahkan sama dengan KA Mutiara Selatan Premium yang durasinya lebih cepat (11 jam). Sebenarnya hal ini udah dijawab PT.KAI dengan menetapkan harga promo Rp 369.000,00.

Durasi Perjalanan Masih Sangat Panjang

Problem kedua adalah durasi perjalanan KA Pasundan New Generation masih sangat panjang, yakni 14 jam. Sama seperti ketika kereta ini masih beroperasi dengan rangkaian 106 penumpang. Durasi panjang sampai memunculkan istilah anomali, satu sindiran pedas dari para pelanggannya.

Satu sisi memang masuk akal. Disebut anomali lantaran harga komersial tapi jiwanya masih PSO. Sarana udah New Generation tapi jiwa masih 106 pax. Jika memang benar Kereta Api Pasundan sepi, artinya itu memang efek dari keluh kesah yang sampai memunculkan kata anomali tersebut.

Upgrade Sarana Nggak Cukup Jawab Keresahan Pelanggan

Jangan Cuma Kritik dan Ngeluh, Gimana Nih Solusinya?

Kritik itu bagus dan normal agar suatu produk atau layanan bisa lebih baik lagi. Hal ini tentu saja berlaku buat KA Pasundan New Generation. Dalam posisinya sebagai salah satu layanan milik PT. KAI. Tentu saja kritik yang baik harus disertai dengan solusi yang siapa tau bisa jadi masukan buat PT. KAI.

Sebenarnya solusi untuk kritik anomali itu sederhana saja. Berikut adalah solusi yang bisa diambil oleh pihak operator atas kritik dan keluh kesah KA Pasundan:

Revisi Rute KA Pasundan New Generation

Hal pertama adalah revisi rute KA Pasundan New Generation. Di dalamnya mencakup perubahan stasiun persinggahan dan percepatan waktu tempuh. Pemberangkatan awal harusnya digeser ke Stasiun Bandung, meski tetap berhenti di Stasiun Kiaracondong.

Kemudian stasiun pemberhentian yang kurang penting harus dihilangkan. Terutama yang kontribusinya minim. Dalam arti nggak banyak yang naik dan turun di situ. Dengan mengurangi stasiun pemberhentian nggak penting-penting banget itu tentu akan mempercepat waktu tempuh.

Minimal durasi perjalanan kereta bisa setara dengan KA Mutiara Selatan, 10 hingga 11 jam. Jangan sampai 14 jam.

03 Revisi Rute dan Percepatan Durasi Perjalanan

Positioning KA Pasundan New Generation sebagai Kereta Komersial

PT. KAI perlu mempertegas positioning KA Pasundan sebagai kereta komersial. Bukan sekedar kereta ekonomi apalagi disamakan dengan yang PSO. Positioning ini sebagai langkah kedua setelah revisi rute yang mencakup pengurangan durasi perjalanan.

Positioning semacam ini akan mencegah KA Pasundan New Generation dari kewajiban mengalah dengan kereta lain. Terkait dengan persilangan dan susulan. Cara kedua ini juga otomatis akan mengurangi durasi perjalanan. Ditarik ke Bandung juga menegaskan positioning sebagai kereta komersial sejati.

04 Positioning KA Pasundan New Generation Sebagai Kereta Komersial

Bisa Menambah Kereta Eksekutif

Setelah positioning, mungkin PT. KAI bisa mempertimbangkan untuk menambah kereta eksekutif. Terlebih dengan KA Argo Wilis dan Turangga yang akan upgrade ke Stainless Steel New Generation (SSNG).

Upgrade akan memberikan surplus dukungan sarana SSG1. Sehingga itu bisa diambil 1-2 kereta dan bisa ditambahkan ke KA Pasundan. Stamformasi boleh saja tetap sama dengan mengurangi kereta ekonomi nya. Tapi jika bisa dibawa dinas CC206, tinggal ditambahkan saja 1-2 kereta eksekutif SSG1.

KA Pasundan New Generation Diperpanjang ke Banyuwangi

Boleh jadi bagi sebagian orang, perjalanan panjang udah jadi trademark nya KA Pasundan. Tapi jelas kebanyakan orang terutama yang concern sama waktu itu anomali.

Nah dengan KA Pasundan yang dipercepat waktu tempuhnya minimal setara Mutiara Selatan itu otomatis akan menghilangkan trademark perjalanan panjang.

Gimana caranya supaya itu tetap lestari? Hanya ada satu cara yakni rutenya diperpanjang ke Banyuwangi. Dengan begitu waktu tempuh akan bertambah jadi total 16-17 jam. Kalo perjalanan KA Pasundan berakhir di Stasiun Ketapang itu bukan masalah. Secara banyak melewati single track juga.

Jika opsi ini diambil, maka PT. KAI nggak perlu lagi mengoperasikan kereta baru rute Bandung Ketapang PP yang jadi issue hangat sejak awal Gapeka 2025. Cukup memperpanjang rute KA Pasundan dan memaksimalkannya.

Tentu harus lebih dulu positioning sebagai kereta komersial sejati dan memangkas durasi Bandung ke Surabaya.

Kesimpulan

Harga tiket udah mahal tapi durasi perjalanan masih seperti kereta PSO. Dua hal yang menjadi alasan kenapa KA Pasundan New Generation disebut anomali. Agar nggak lagi dicap anomali, PT. KAI selaku operator perlu melakukan beberapa hal yang bisa jadi solusi.

Pertama, revisi rute atau menata kembali stasiun pemberhentian KA Pasundan. Memulai perjalanan dari Stasiun Bandung dan menghapus beberapa stasiun pemberhentian.

Kedua, lakukan positioning sebagai kereta komersial. Dengan ini akan mencegah dari kewajiban mengalah saat persilangan atau susulan. Dua cara pertama akan mengurangi durasi perjalanan.

Kemudian, menambah kereta eksekutif bisa jadi pilihan selanjutnya. Apabila KA Argo Wilis dan Turangga telah mengganti sarana ke SSNG. Terakhir, bisa dipertimbangkan untuk memperpanjang rute ke Ketapang. Sehingga nggak perlu mengoperasikan kereta baru. Cukup optimalkan saja KA Pasundan.

Opsi pertama dan kedua adalah wajib. Adapun opsi ketiga (menambah kereta eksekutif) dan keempat (perpanjang ke Ketapang) itu opsional saja. Nggak masalah tetap Pasundan New Generation yang full ekonomi dan tetap berakhir di Surabaya. Asalkan itu tadi, hilangkan jiwa PSO-nya lewat dua opsi awal.

Comments

Leave a Reply