Kereta Api Turangga : Dari Campuran, Satwa, ke Setengah Argo

kereta api turangga dari campuran jadi setengah argo

Kereta Api Turangga pertama kali dinas 1 September 1995 sebagai campuran eksekutif dan bisnis plus. Kemudian jadi eksekutif satwa hingga akhirnya jadi setengah argo dengan peningkatan kecepatan. Di Gapeka 2023 berbagi rangkaian dengan KA Argo Wilis dan bawa Panoramic.

Pendahuluan

Tanggal 1 September 1995 sebuah rangkaian kereta api yang mengambil nama binatang tunggangan para bangsawan diluncurkan. Menurut kepercayaan Jawa, kuda sebagai tunggangan tersebut mampu melaju dengan cepat dan tahan dengan berbagai situasi.

Saat itu sang kuda bangsawan hadir dengan layanan campuran eksekutif dan bisnis plus. Seiring berjalannya waktu layanan berubah jadi full eksekutif satwa. Kemudian di 2022 sempat meningkatkan kecepatannya jadi 120 km/jam.

Berlakunya Gapeka 2023 menjadikannya setengah argo. Pernah alami Tragedi Cicalengka di awal 2024 namun masih tetap eksis hingga kini. Sesuai dengan falsafahnya: cepat dan tahan berbagai situasi.

Kereta Api Turangga dan Berbagai Dinamikanya

Kuda tunggangan bangsawan yang dimaksud ialah Turangga. Nah dari sinilah pada tanggal 1 September 1995 nama tersebut dipakai untuk perjalanan malam dari Bandung ke Surabaya, Kereta Api Turangga.

Kereta ini melayani rute dari Bandung ke Stasiun Surabaya Gubeng dan sebaliknya. Dengan pilihan perjalanan malam hari. Berkebalikan dengan KA Argo Wilis yang jalannya pagi hari.

Berbagai dinamika dialami oleh kereta tersebut, termasuk sebuah tragedi di awal tahun 2024.

Kereta Api Turangga : Campuran Eksekutif dan Bisnis Plus

Di awal dinasnya kereta ini merupakan campuran antara eksekutif dan bisnis plus. Ada sedikit catatan tentang bisnis plus. Layanan kereta bisnis seperti yang kita ketahui itu tergolong nanggung. Meskipun begitu dari segi kenyamanan memiliki kelebihan dibanding ekonomi.

Kereta bisnis plus memiliki interior yang mirip dengan eksekutif. Khususnya dari segi interior di rak bagasi dan captain seat nya. Perbedaan hanya di pendingin udara. Bisnis plus waktu itu menggunakan kipas angin. Sama seperti kereta bisnis pada umumnya.

Nah kereta ini boleh dibilang jadi yang pertama menggunakan kereta bisnis plus. Walaupun nggak pake AC tapi punya kenyamanan yang nyaris setara eksekutif. Terutama di sisi tempat duduknya.

Mulai Jadi Kereta Eksekutif Satwa

19 Januari 1999 Kereta Api Turangga meningkatkan layanannya jadi full eksekutif satwa. Setelah mendapat alokasi rangkaian K1 99. Adapun kereta bisnis plus-nya dimutasi ke Malang untuk KA Gajayana. Sebagai tambahan, sejak awal peluncuran kereta ini dioperasikan Daop 8 Surabaya.

Rangkaian K1 99 dikemudian hari identik dengan eksekutif jendela pesawat dan interior berwarna hijau total. Disebut sangat ideal untuk perjalanan di malam hari. Untuk eksekutif satwa sebagai pembeda dengan kereta argo. Karena kereta argo di tahun segitu punya kelas tersendiri.

Kereta Api Turangga Ganti ke Stainless Steel di 2018

Rangkaian yang digunakan sejak 1999 dirasakan semakin hari kian uzur. Apalagi banyak keluhan dari pelanggan yang kurang nyaman. Terlebih sekitar tahun 2016/2017 sempat ada namanya “tembok ratapan”. Satu istilah dimana ada kursi penumpang tanpa jendela.

Keberadaan “tembok ratapan” kerap ditemukan di rangkaian eksekutif hasil modifikasi dan retrofit yang gunakan jendela pesawat. Sejatinya posisi tersebut digunakan untuk rak bagasi. Namun entah bagaimana rak bagasi dihilangkan dan ditaruh kursi disitu dengan konsekuensi tanpa jendela.

Berbagai keluhan itu akhirnya terjawab di pertengahan 2018. Sejak itu rangkaian kereta berganti ke K1 18 yang menggunakan body stainless steel. Nah kereta ini cukup fenomenal di masa itu. Dianggap sebagai sebuah terobosan baru. Kursinya pun jauh lebih nyaman.

Perpanjangan Rute ke Stasiun Gambir

Di Gapeka 2019, Kereta Api Turangga termasuk satu dari 4 kereta rute Bandung yang diperpanjang hingga Jakarta. Tujuannya untuk menggarap pangsa pasar Bandung Jakarta yang gemuk. Jika awalnya mentok di Stasiun Bandung, di sini tujuan akhir kereta diperpanjang ke Stasiun Gambir.

Namun sayang gegara Pandemi Covid-19 perpanjangan rute hanya berlangsung kurang dari 4 bulan. Sebagaimana juga Gapeka 2019 yang ambyar dihantam virus asal Wuhan itu. Alhasil rute kereta pun kembali ke sediakala jadi Bandung – Surabaya Gubeng pp.

Walaupun sempat diperpanjang hingga Stasiun Gambir, nggak ada perubahan dari sisi operator dan trainset nya. Tetap dioperasikan Daop 8 Surabaya dan menggunakan trainset milik Sidotopo (SDT).

Kereta Api Turangga Ditingkatkan Kecepatannya

Tanggal 28 September 2022 bersamaan dengan hari jadi PT KAI ke-77 tahun, kecepatan kereta ini ditingkatkan menjadi 120 km/jam dari semula 105 km/jam. Terutama bila melewati double track atau jalur yang konturnya lurus.

Gapeka 2023 : Mutasi, setengah Argo, dan Kereta Panoramic

Di Gapeka 2023 yang mulai berlaku tanggal 1 Juni 2023 Kereta Api Turangga mengalami dinamika yang cukup signifikan. Setelah selama kurang lebih 27 tahun berada dibawah Daop 8 Surabaya, kereta inipun pindah rumah alias mutasi ke Daop 2 Bandung.

Di tempat baru ini juga berbagi rangkaian dengan KA Argo Wilis sehingga menjadi setengah argo dan mendapatkan “durian runtuh” Kereta Panoramic. Satu unit rangkaian yang biasa dipake juga ikut dimutasi ke Dipo Kereta Api Bandung (BD).

Sedangkan rangkaian satunya lagi ke Dipo Jakarta Kota (JAKK) dan digunakan untuk KA Manahan. Sebuah kereta baru dengan rute Gambir-Solo Balapan PP.

Bersama KA Argo Wilis, mengoperasikan 3 trainset yang terdiri dari Trainset 1 dan 2 sebelumnya milik Argo Wilis, ditambah Trainset 3 kepunyaan Turangga pindahan dari Sidotopo (SDT).

Tragedi Cicalengka di Awal Tahun 2024

Sayangnya ketika telah sedikit naik kelas jadi setengah argo, kereta ini harus mengalami peristiwa pahit di awal tahun 2024. Gegara kesalahan dalam sistem persinyalan di segmen single track, kereta ini mengalami tabrakan adu banteng dengan Commuter Line Bandung Raya.

Kecelakaan terjadi di petak antara Stasiun Cicalengka dan Haurpugur. Sehingga dikenal dengan Tragedi Cicalengka di pagi 5 Januari 2024. Kejadian ini memakan korban 4 orang meninggal dunia. Semuanya adalah kru PT.KAI. Kebetulan salah satunya dinas di kereta ini.

Tentang Tragedi Cicalengka dan kenapa bisa terjadi bisa dibaca di sini : Penyebab Tragedi Cicalengka : KA Turangga vs Commuter Line.

Kesimpulan

Kereta Api Turangga awalnya merupakan campuran eksekutif dan bisnis plus. Kemudian berubah menjadi full eksekutif satwa di tahun 1999 dan ganti rangkaian ke Stainless Steel pertengahan 2018. Sempat mengalami perpanjangan rute ke Stasiun Gambir di Gapeka 2019.

Beroperasi selama kurang lebih 27 tahun dibawah Daop 8 Surabaya. Mulai Gapeka 2023 kereta ini mutasi ke Daop 2 Bandung berikut satu trainsetnya dari Sidotopo (SDT) ke Bandung (BD). Untuk selanjutnya berbagi dengan KA Argo Wilis dan mendapatkan kereta Panoramic (setengah Argo).

Sayang di awal tahun 2024 harus mengalami peristiewa kelam bernama Tragedi Cicalengka. Tabrakan adu banteng dengan Commuter Line Bandung Raya dan menewaskan 4 orang yang semuanya kru PT. KAI. Satu diantaranya bertugas di kereta ini.

Galeri Foto

Video

Lanjut ke Jadwal KA Turangga 2024

InsyaaAlloh pembahasan akan lanjut ke Jadwal KA Turangga 2024 dan Pola Operasional Rangkaian. Jadi selain jadwal perjalanan juga akan dibahas pembagian trainset antara Kereta Api Turangga dengan KA Argo Wilis.

Comments

Leave a Reply