Belakangan ini muncul wacana Kereta Kilat Pajajaran yang memangkas waktu tempuh Jakarta Bandung cuma 1,5 jam. Masalahnya udah ada Whoosh. Juga pake jalur eksisting. Bakal jadi khayalan ketiga setelah Cable Car dan Metro Capsule.
Pendahuluan
Selain kasus Tumbler Kopi TUKU yang menghebohkan seantero negeri, belakangan juga muncul suatu wacana yang boleh dibilang basi. Meskipun wacana ini lahir dari gagasan Gubernur Jawa Barat sekarang.
Sebuah gagasan untuk mempersingkat waktu tempuh Jakarta Bandung dari 3 jam jadi 1,5 jam. Selain itu dari Jakarta hingga Pangandaran hanya 3 jam saja. Sayangnya hal itu boleh dibilang udah basi.
Karena percepatan waktu tempuh Jakarta Bandung sejatinya udah terakomodasi Whoosh. Bahkan kedua kota bertetangga itu jadi semakin dekat hanya 45-50 menit saja! Sedangkan untuk Pangandaran itu bisa jadi bagian dari perluasan Whoosh ke Surabaya dan Banyuwangi.
Wacana ini keliatan banget nggak ubahnya khayalan tingkat tinggi. Seperti yang udah-udah sebelumnya. Wacana apakah itu?
Kereta Kilat Pajajaran Sejatinya Pernah Jadi Opsi
Nah ini dia wacana yang dimaksud. Sebenarnya dengan waktu tempuh 1,5 jam itu bukanlah barang baru. Wacana ini udah pernah ada sebelum Whoosh dikerjakan. Jadi waktu itu memang ada opsi antara kereta cepat atau semi cepat.
Keduanya jelas berbeda dari segi spesifikasi sarananya. Kereta Cepat bisa melaju dengan kecepatan 300-an kpj. Sedangkan semi cepat biasanya maksimum di 200-250 kpj. Nah apa yang jadi gagasan Pak Gubernur itu pernah jadi opsi dan akhirnya yang dipilih adalah Kereta Cepat Whoosh.
Kereta Kilat Pajajaran : Mohon Maaf Udah Telat!
Sekarang Whoosh udah beroperasi. Terlepas dari kontroversi yang mengiringinya, Whoosh telah memberi banyak manfaat bagi masyarakat. Okupansi Whoosh terus mengalami peningkatan seiring waktu.
Itu karena Whoosh punya kelebihan memperpendek waktu tempuh jadi hanya 50 menit. Rinciannya 30 menit Whoosh dari Halim ke Padalarang dan 20 menit Feeder ke Kota Bandung. Walaupun harus pindah-pindah tapi masih lebih cepat.
Dengan demikian, wacana Kilat Pajajaran yang belakangan muncul itu jelas udah telat banget! Percepatan waktu tempuh udah diakomodasi oleh Whoosh. Jadi buat apa lagi ada Kilat Pajajaran?
Pake Jalur Eksisting Yang Udah Aja Mentok!
Kereta Kilat Pajajaran rencananya akan melewati jalur eksisting peninggalan Staats Spoorwegen (SS) yang sekarang dilewati Kereta Api Cikuray, Parahyangan, dan Serayu. Ini jelas nggak masuk akal!
Jangan lupa, tahun 2019 pernah ada Argo Parahyangan Excellent. Layanan direct train dari Stasiun Gambir Jakarta langsung ke Stasiun Bandung Non Stop. Waktu tempuhnya juga nggak bisa kurang dari 2,5 jam alias mentok!
Kereta Kilat Pajajaran : Ketiga Setelah Cable Car dan Metro Capsule
Dari wacananya pake jalur eksisting warisan kolonial yang banyak belokan tajam aja udah nggak masuk akal. Apalagi perpanjangan sampe ke Pangandaran itu lebih parah! Lintas Priangan Timur bahkan jauh lebih ekstrem!
Maksa dari Jakarta ke Pangandaran cuma 3 jam lewat lintasan ekstrem. Satu yang dipertanyakan di sini, apakah kereta ini akan bablas Stasiun Cipeundeuy? Kalo iya, berarti harus siap selip di Lembah Cirahayu.
Dengan kondisi begini, Kereta Kilat Pajajaran hanya menjadi khayalan tingkat tinggi ketiga setelah Cable Car dan Metro Capsule.

Kenapa Nggak Gabung ke Whoosh?
Sebenarnya masih ada solusi lebih realistis. Gabungin aja operasional Kereta Kilat Pajajaran ke Whoosh. Jadikan itu seperti Kodama di Tokaido Shinkansen. Dengan begitu bisa dioperasikan KCIC bersama Whoosh.
Memanfaatkan jalur Whoosh dan tinggal menambah stasiun aja. Salah satu yang bisa ditambah ialah Stasiun Bandung Kota di daerah Cibaduyut. Di situ ada bekas gudang KCIC yang sampe sekarang masih dibiarkan kosong.
Stasiun lain yang bisa ditambahkan mungkin aja Walini. Jadi nanti kereta Kilat Pajajaran lebih banyak berhentinya dibanding Whoosh. Empat stasiun yang sekarang jadi pemberhentian Whoosh dan dua stasiun tambahan itu (Walini dan Bandung Cibaduyut)
Dengan begitu target waktu tempuh 1,5 jam bisa tercapai. Selanjutnya tinggal perpanjangan Whoosh ke Surabaya dan Banyuwangi. Kalo mau mengcover Garut dan Pangandaran berarti lewat selatan.
Kalo bisa digabung sama Whoosh kenapa nggak? Bahkan ini lebih realistis. Daripada maksain lewat jalur warisan kolonial.
Lebih Urgent Reaktivasi
Daripada berangan-angan Kereta Kilat Pajajaran, lebih bagus balik aja ke rencana awal yaitu Reaktivasi Jalur Non Aktif. Minimal ambil satu jalur yang mudah dulu dan lintasannya pendek. Dalam hal ini Lintas Cipatat Padalarang.
Jalur pertama yang menghubungkan seluruh Pulau Jawa ini masih terputus di Cipatat. Menggunakan jalur eksisting jelas mustahil. Justru lebih realitis membangun shortcut lewat Stasiun Sasaksaat. Secara rencana ini juga udah pernah ada di era Staats Spoorwegen (SS).
Banyak yang berharap Bogor Bandung langsung terhubung jalur kereta. Sehingga orang Bogor nggak perlu lagi transit ke Jakarta dulu. Ini harus dikedepankan daripada khayalan yang mohon maaf nggak jelas dan nggak urgen itu. Lagian juga udah ada Whoosh kan?
Kesimpulan
Karena udah terakomodasi Whoosh, wacana Kereta Kilat Pajajaran jelas nggak urgen. Di saat yang sama juga masih ada urgensi yakni menghubungkan lagi Cipatat dan Padalarang yang saat ini masih putus. Banyak orang yang ngarepin ini supaya dari Bogor bisa langsung ke Bandung tanpa harus ke Jakarta dulu.
Jangan sampe wacana ini jadi khayalan ke-3 setelah Cable Car dan Metro Capsule. Kalo memang mau, kan bisa digabungin ke Whoosh. Biarkan KCIC yang mengoperasikan dengan pola seperti Kodama di Tokaido Shinkansen Jepang.


Leave a Reply