Biasanya istilah Terminus Kereta Api identik dengan bagian akhir dari sebuah rute perjalanan. Bukan hanya itu bisa juga diartikan sebagai stasiun akhir bahkan stasiun paling ujung seperti Stasiun Jakarta Kota, Merak, Ketapang, hingga yang telah non-aktif.
Istilah terminus memang populer dalam dunia transportasi khususnya berbasis rel. Ada kalanya istilah ini diartikan sebagai tujuan akhir dari suatu rute perjalanan kereta api. Ambil contoh KA Lokal Bandung Raya, rutenya dari Stasiun Padalarang ke Stasiun Cicalengka.
Nah keduanya sering diistilahkan terminus. Tergantung dari mana arah keretanya. Meski demikian, baik Stasiun Padalarang maupun Stasiun Cicalengka bukanlah stasiun terminus dalam arti paling ujung. Dari Stasiun Padalarang memang masih ada kelanjutan lintas kereta api dan terbagi menjadi dua di Cihaliwung.
Satu jalur ke Cianjur, Sukabumi dan Bogor. Apa yang secara resmi dikenal dengan nama Jalur KA Manggarai-Padalarang. Satunya lagi menuju Purwakarta, Cikampek hingga Karawang. Kedua rel ini sama-sama menuju Jakarta dan uniknya ada pertemuan lagi di Stasiun Manggarai.
Lantas dimanakah terminus yang sesungguhnya? Nanti akan kita bahas ya. Sekarang akan lebih dulu akan dibahas tentang terminus dari sisi rute perjalanan.
Terminus Kereta Api dari Sisi Rutenya
Selain KA Lokal Bandung Raya, tentunya kita mengenal KA Argo Parahyangan (dan sang legenda Kereta Api Parahyangan sebagai pendahulunya). Nah stasiun utama yang melayani KA Argo Parahyangan adalah Stasiun Gambir dan Stasiun Bandung. Di perjalanannya berhenti di Stasiun Bekasi dan Stasiun Cimahi.
Nah di sini manakah yang dinamakan titik terminus kereta api dari sisi rutenya? Tentu saja Stasiun Gambir dan Stasiun Bandung. Contoh lainnya ialah KA Taksaka dengan rute Gambir-Yogyakarta. Tentu saja disamping Stasiun Gambir, Stasiun Yogyakarta adalah terminus dari sisi rute KA Taksaka.
Nama Resmi Jalur Kereta Api.
Selain rute perjalanan kereta api, nama resmi jalur kereta api pun mengambil kedua titik stasiunnya sebagai awal dan terminus. Meski bukan stasiun ujung. Ambil contoh Jalur KA Manggarai-Padalarang, titik awalnya berada di Stasiun Manggarai dan terminusnya jelas Stasiun Padalarang. Terlepas dari lintas yang masih terputus di Cipatat-Tagog Apu.
Contoh lainnya, Jalur KA Yogyakarta-Ambarawa. Nah lagi-lagi di sini Stasiun Yogyakarta menjadi titik awal dan terminus. Juga di Stasiun Ambarawa, mengingat masih ada kelanjutan dari jalur kereta apinya menuju Stasiun Tuntang hingga Kedungjati. Meskipun statusnya hingga kini masih non-aktif.
Sedikit info, jalur KA Yogyakarta-Ambarawa-Kedungjati-Semarang saat ini tinggal sisa lintas Bedono-Ambarawa-Tuntang saja sebagai koridor kereta wisata Ambarawa. Stasiun Ambarawa sendiri telah lama beralih fungsi menjadi museum.
Disini juga Stasiun Bedono dan Stasiun Tuntang statusnya sebagai Terminus atau titik akhir dari lintas kereta wisata Ambarawa. Meskipun jalur relnya masih berlanjut. Sayangnya telah lama non-aktif bahkan telah banyak diokupasi.
Terminus Kereta Api Stasiun Ujung
Nah sekarang gilirannya the real terminus alias stasiun ujung. Terminus Kereta Api dalam hal stasiun ujung itu nggak hanya satu. Untuk stasiun yang masih aktif tercatat Stasiun Merak, Stasiun Jakarta Kota, Stasiun Tanjung Priok, dan Stasiun Ketapang adalah stasiun paling ujung dan menjadi titik awal sekaligus terminus.
Selain itu ada stasiun ujung terminus kereta api yang jadi pendukung dan terintegrasi dengan bandara. Di sini ada 3 stasiun yakni Bandara Sukarno Hatta (BST), Bandara Adi Soemarmo di Boyolali Solo, dan Yogyakarta International Airport di Kulonprogo Jogja.
Stasiun Nambo juga saat ini masih berstatus terminus dari sisi stasiun ujung. Walaupun kita semua mengetahui bahwa jalur relnya masih berlanjut ke arah timur dan masih ada satu bentang viaduct di sisi timur stasiun tersebut.
Jalur KA Citayam-Nambo memang direncanakan akan menjadi jalur loop line dari Parung Panjang hingga Cikarang. Mirip-mirip Mushashino Line di Jepang. Masterplannya sendiri udah dari awal 1990-an. Namun sayang baru segmen Citayam-Nambo yang terwujud dan saat ini dilayani KRL Commuter Line, Bogor Line Branch.
Kasus serupa juga terjadi di Stasiun Wonogiri. Sebenarnya jalur rel kereta apinya masih berlanjut hingga Baturetno. Namun sayangnya terputus di tengah akibat pembangunan Waduk Gajahmungkur. Padahal kalo mau sih bisa aja dibikin jalur underground agar tetap utuh. Sepertinya kala itu PJKA nggak punya cukup dana untuk membangunnya.
Stasiun-stasiun ujung sebagai terminus kereta api justru banyak ditemukan di lintas non-aktif. Tersebar di banyak lokasi. Untuk Daop 1 Jakarta ada Stasiun Anjer Kidul, Stasiun Labuhan, Stasiun Bayah, dan Stasiun Rengasdengklok.
Di Daop 2 Bandung stasiun ujung terminus kereta api antaralain Stasiun Majalaya, Stasiun Ciwidey, Stasiun Tanjungsari, Stasiun Cikajang, dan Stasiun Cijulang. Untuk Daop 3 Cirebon punya 2 stasiun ujung yakni Stasiun Kadipaten dan Stasiun Cilamaya.
Daop 5 Purwokerto ada 3 stasiun ujung: Stasiun Purbalingga, Stasiun Wonosobo, dan Stasiun Purworejo. Daop 6 Yogyakarta punya dua stasiun ujung non-aktif yakni Stasiun Palbapang Bantul dan Stasiun Baturetno di Wonogiri Solo.
Sebetulnya masih banyak lagi yang belum terdata. Jadi untuk sementara waktu itu aja dulu. InSyaaAlloh akan dibahas di kesempatan lain.
Galeri Foto





Leave a Reply