Trem Hiroshima (Hiroden) merupakan saksi bisu tragedi Bom Atom Sekutu pada 6 Agustus 1945. Di saat mulai jarang ditemukan, Hiroden justru memiliki jaringan terluas di Jepang. Bahkan armada lawas pun masih terlihat beroperasi.
Pendahuluan
Moda transportasi trem memang jarang ditemukan di Jepang. Walaupun dalam sejarahnya pernah eksis. Salah satunya ada di Kota Hiroshima, yang pernah jadi sasaran Bom Atom Sekutu pada tahun 1945. Tragedi yang pada akhirnya membuat Kekaisaran Jepang menyerah tanpa syarat kepada Sekutu. Sekaligus mengakhiri Perang Dunia ke-2. Dampak lainnya ialah Kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945.
Di saat mulai jarang ditemukan di Negeri Sakura, justru yang ada di Hiroshima ini masih eksis dan memiliki jaringan terluas. Bahkan menjadi ciri khas dan simbol kebangkitan pasca tragedi memilukan pada 1945. Seperti apakah sejarahnya?
Trem Hiroshima (Hiroden) : Sejak Era Taisho
Dioperasikan oleh Hiroshima Dentetsu (Hiroden), Trem Hiroshima mulai dirintis pada 18 Juni 1910 dan mulai operasional 23 November 1918. Berarti moda transportasi yang satu ini telah eksis sejak era Taisho. Sebelum Perang Dunia ke-2. Awalnya hanya beroperasi di Kota Hiroshima.
Namun seiring berjalannya waktu, jaringan Trem terus berkembang. Tahun 1931 seluruh lintasan telah beroperasi penuh, termasuk perpanjangan ke Miyajima-Guchi.

Trem Hiroshima dan Tragedi Bom Atom 1945
Di masa Perang Dunia ke-2, Hiroden memiliki peran penting terutama sebagai moda transportasi para pekerja pabrik perlengkapan perang untuk keperluan militer Kekaisaran Jepang. Operasionalnya pun sangat tergantung pada kondisi di lapangan. Terlebih ketika Kekaisaran Jepang lebih banyak bertahan dan mendapat serangan dari Pihak Sekutu.
Tanggal 6 Agustus 1945 menjadi hari yang tak pernah bisa dilupakan. Ketika itu Pesawat B52 milik Angkatan Udara Amerika Serikat menjatuhkan Bom Atom bernama Little Boy di Kota Hiroshima. Tragedi yang menewaskan 145.000 jiwa dan jadi salah satu catatan sejarah sekaligus tragedi kemanusiaan selama Perang Dunia ke-2.
Tak cukup sampai di situ, tiga hari berselang giliran Nagasaki yang dijatuhi “Fat Man” dan menewaskan 76.000 jiwa. Beberapa waktu kemudian Kekaisaran Jepang menyerah tanpa syarat kepada Sekutu. Sekaligus mengakhiri Perang Dunia ke-2.
Bagi Hiroden sendiri, Tragedi Bom Atom Hiroshima mengakibatkan kehilangan sarana sebanyak 108 unit dari keseluruhan 123 unit yang tersedia. 185 karyawan juga termasuk dalam korban tewas. Meskipun begitu, 3 hari setelah Tragedi Bom Atom, Hiroden beroperasi lagi dengan sarana yang tersisa.

Sarana Lawas Masih Beroperasi, Termasuk 2 Unit Lolos dari Bom Atom
Trem Hiroshima yang beroperasi di tengah reruntuhan Kota Hiroshima menjadi semacam pelecut semangat baru untuk bangkit dan pada akhirnya tetap eksis hingga kini. Lebih dari itu Hiroden kini merupakan jaringan Trem terluas di Jepang. Di saat kebanyakan Trem sudah berkurang bahkan hilang sama sekali.
Tak hanya itu, sarana lawas pun masih beroperasi dan terlihat di jalanan Hiroshima. Termasuk dua unit yang lolos dari Tragedi Bom Atom 1945. Hiroden menjadi saksi bisu Tragedi Bom Atom 1945 yang masih eksis hingga kini.

Kesimpulan
Trem Hiroshima (Hiroden) mulai dirintis 1910 dan beroperasi 1912 atau pada era Taisho. Sempat hancur pada saat peristiwa Bom Atom 6 Agustus 1945, Hiroden kemudian bangkit dan kini memiliki jaringan trem terluas di Jepang. Keberadaan menjadi simbol kebangkitan dan juga saksi bisu Tragedi Bom Atom 1945.



Leave a Reply