Rebutan kursi sampai menaruh totebag, jadwal bolong di siang hari, dan lampu mati. Namun Drama KRL Jogja Solo sebetulnya udah ada dari awal. Pada saat pengiriman rangkaian terjadi satu insiden yang menyebabkan kerusakan cukup parah.
Prologue
Belakangan sering terdengar keluhan tentang layanan KRL Joglo rute Jogjakarta – Palur PP. Keluhan nggak jauh-jauh dari headway yang terlampau jauh yakni tiap 1 jam. Bahkan di siang hari itu bolong nggak ada jadwal perjalanan.
Akibatnya penumpang yang akan ke Jogja, Solo atau Palur diminta untuk pintar memanage waktu. Memilih perjalanan supaya nggak kena jadwal bolong itu. Sebagai contoh dari Solo mau ke Jogja setelah jam 10.30 itu belum ada jadwal lagi sampai jam 2 siang. Itu artinya terjadi kekosongan 4 jam.
Selain problem headway, kondisi kereta penuh pun kerap kali dikeluhkan oleh penumpang. Bayangin aja nggak dapat kursi harus berdiri satu jam setengah. Untuk mendapatkan kursi aja seperti sebuah perjuangan. Bahkan sampai ada yang sengaja menaruh totebag agar temannya bisa duduk di situ.
Demikian sepenggal cerita dibalik perjalanan KRL Joglo yang telah menggantikan operasioanl KA Prameks dalam melayani mobilitas di Lintas Kereta Api Mataram (Vortenslanden). Bicara soal drama, sebetulnya sebelum kejadian beginipun udah terjadi dari awal. Seperti apakah dramanya?
Before We Go
Sebelum lanjut ada sedikit info bahwa ini sebetulnya bukanlah konten baru. Tapi merupakan daur ulang konten yang dibuat ketika awal masa Pandemi Covid-19. Sebelumnya telah tayang di situs Manglayang ID dengan judul KRL Jogja dan Kalioso. Karena ada mutasi semua konten kereta ke sini, jadilah mesti sedikit daur ulang.
Nah banyaknya cerita ketika KRL telah beroperasi di Lintas Kereta Api Mataram (Vortenslanden) mau nggak mau konten lama itu mesti dikaitkan dengan kondisi sekarang. Terutama soal kosong di siang hari dan kereta penuh. Buat kamu yang ingin baca konten lama bisa download di sini : KRL Jogja dan Kalioso
Drama KRL Jogja Solo : Pengiriman Series 205-M23 dari Jepang
Awalnya PT. KAI mendatangkan unit KRL bekas dari Jepang yakni Series 205-M23 yang sebelumnya dinas di Mushashino Line. Pengiriman unit itu sendiri tentu menjadi perhatian terutama dari para pecinta kereta di Jepang.
Banyak video beredar unit tersebut dalam perjalanan menuju Pelabuhan, dimana nantinya itu akan dikapalkan ke Indonesia. Setibanya di Tanjung Priok itupun nggak luput dari sorotan. Namun Series 205-M23 itu langsung dibawa menuju Dipo KRL Depok untuk dilakukan penyesuaian eksterior.
Rencananya unit tersebut akan dikirim dalam 2 batch ke Solo. Bersama dengan unit Kfw buatan INKA nantinya itu akan dioperasikan di Lintas Kereta Api Mataram (Vortenslanden) yang baru aja dielektrifikasi. Singkat cerita pengiriman batch-1 pun dimulai. KRL ditarik menggunakan lokomotif dan 1 kereta dinas.
Drama KRL Jogja Solo : Tragedi Kalioso Akhir Oktober 2020
Rencananya KRL dikirim melalui Jalur Kereta Pantura dan nantinya akan masuk ke Percabangan Solo via Stasiun Brumbung Demak. Etape awal perjalanan berlangsung dengan lancar sampai memasuki Stasiun Tegal, kemudian ke Semarang, hingga memasuki Stasiun Brumbung untuk selanjutnya berbelok arah selatan.
Sayangnya justru sesuatu yang nggak diduga akan terjadi di jalur kereta api legendaris itu. Setibanya di Jembatan Kalioso terjadilah sebuah insiden. Ternyata KRL Series 205-M23 itu nggak muat masuk ke Jembatan Kalioso. Istilahnya ngegasruk, terdapat komponen AC tersangkut di besi jembatan dan sebuah pantograf mengalami kerusakan cukup parah.
Perjalanan KLB kirim rangkaian itupun terhenti di Stasiun Kalioso. Insiden ini mendapat sorotan tajam. Bahkan tersiar hingga ke Jepang. Belum juga dinas di Lintas Kereta Api Mataram (Vortenslanden) udah mengalami masalah. Singkatnya unit KRL itu langsung diperbaiki dan masih bisa dioperasikan.
Atas insiden tersebut pengiriman batch-2 nggak lagi lewat Jalur Kereta Pantura belok Stasiun Brumbung. Tapi lewat Jalur KA Cirebon Kroya. Meskipun disitu harus melewati 3 terowongan, dianggap masih cukup aman dan pantografnya ditutup.
Gasruk di Kalioso Jadi Drama KRL Jogja Solo Pertama
Dengan adanya kejadian gasruk di Kalioso otomatis menjadikannya Drama KRL Jogja Solo pertama. Memang akhirnya KRL Joglo bisa beroperasi dengan lancar di Lintas Kereta Api Mataram (Vortenslanden). Namun Series 205-M23 itu akhirnya dikirim pulang ke Depok untuk dioperasikan di Lintas Jabodetabek yang padat.
Adapun segmen Jogja-Palur lebih fokus menggunakan KRL buatan PT.INKA. Sayangnya hal ini justru menjadi titik awal dari Drama selanjutnya. Keterbatasan unit ditambah kebijakan larangan impor bekas membuat PT.KCI (Kereta Commuter Indonesia), anak usaha KAI, harus mengoptimalkan unit yang ada.
Kereta INKA: Rebutan Kursi, Bolong di Siang Hari, hingga Lampu Mati
Dengan memaksimalkan unit kereta INKA yang masih ada bukan berarti masalah selesai. Drama tetap aja terjadi. Mulai dari rebutan kursi sampai menaruh totebag supaya temannya bisa duduk, jadwal bolong di siang hari, dan bahkan pernah pula mengalami kejadian lampu kereta mati yang turut mematikan aliran AC sehingga penumpang kepanasan.
Drama rebutan kursi sampai menaruh totebag pernah viral di media sosial. Ketika mulai berlaku Gapeka 2023 giliran ketiadaan jadwal perjalanan KRL Joglo di siang hari. Jadwal siang digeser ke malam. Katanya kebutuhan pelanggan lebih banyak di sore hingga malam ketimbang siang hari. Di sini mesti pintar mengatur jadwal bila ingin naik KRL Joglo.
Terakhir kereta pernah mengalami lampu mati di sekitar Klaten sehingga nggak bisa lanjutkan perjalanan. Penumpang dioper ke kereta di belakangnya yang tentu akan semakin menambah penuh. Itu belum drama-drama lain seperti antrian panjang di Pintu Selatan Stasiun Tugu hingga menimbulkan meme ”Apakah kita Chaos?”
Semoga saja ada solusi nyata dari pihak terkait supaya drama KRL Jogja Solo nggak terjadi terus-terusan. Tentu kita inginkan yang terbaik. Jangan hanya puas sudah lebih baik dari Mumbai. Kalo belum sebagus Jepang ya jangan berpuas dulu.
Kesimpulan
Walaupun telah banyak beredar akhir-akhir ini, sejatinya Drama KRL Jogja Solo telah terjadi sejak awal rangkaian dikirim. Tragedi Kalioso mengawalinya, ketika rangkaian yang dikirim mengalami ”gasruk” di Jembatan Kalioso. Setelah beroperasi masalah pun tetap berlanjut karena operator mesti mengoptimalkan rangkaian KRL buatan INKA.
Kejadian menaruh totebag di kursi, kemudian lanjut jadwal bolong di siang hari saat diberlakukan Gapeka 2023, sampai kejadian lampu mati yang mengakibatkan penumpang harus diturunkan. Itu masih belum termasuk antrian panjang di Pintu Selatan Stasiun Tugu. Sampai muncul pertanyaan ”Apakah Kita Chaos?”
Leave a Reply