Kereta Garut Tasikmalaya hanya mengandalkan jarak jauh dengan tarif khusus. Dimana itupun masih dirasakan cukup mahal. Diperlukan adanya layanan komuter di koridor Priangan Timur tersebut
Pendahuluan
Baik Kabupaten Garut dan Tasikmalaya pastinya akan dilewati setiap kali naik kereta api menuju Jawa Tengah atau Jawa Timur. Kecuali bila pilihannya KA Ciremai atau Harina yang memutar Cikampek ke Pantura.
Namun yang disayangkan ialah tiadanya layanan komuter sepanjang koridor penting di Priangan Timur tersebut. Kalopun ada itu hanya sampai Stasiun Cibatu sebelum berbelok menuju Stasiun KA Garut.
Segmen tersebut memang dilayani KA Lokal Garut Cibatuan secara reguler. Juga masih ada Kereta Api Cikuray yang berangkat dari Stasiun Jakarta Pasar Senen. Masalahnya untuk segmen dari Garut ke Cilacap itu sama sekali nggak ada komuter.
Kereta Garut Tasikmalaya : Banyak Stasiun Sebatas Persilangan
Sebenarnya dari Garut ke Cilacap itu khususnya sehabis Stasiun Cibatu banyak terdapat stasiun kelas 3. Kecuali Stasiun Cipeundeuy yang memang semua diwajibkan berhenti di sini dan ada layanan penumpang, lainnya nyaris nggak ada.
Diakui memang selepas Stasiun Warung Bandrek itu udah mulai melewati jalur ekstrem menanjak. Melewati Bumiwaluya sampai tiba di Stasiun Cipeundeuy. Setelahnya jalur menurun hingga Ciawi. Di turunan ini ada Stasiun Cirahayu yang bahkan udah kelas 3.
Namun tiadanya layanan penumpang menjadikan stasiun-stasiun kelas 3 itu sebatas untuk kegiatan persilangan dan persusulan. Seperti kita ketahui, lintas Priangan Timur itu masih sepenuhnya single track. Dengan mayoritas masih persinyalan mekanik.
Kereta Garut Tasikmalaya : Andai Ada Layanan Komuter
Kebalikannya, Priangan Barat justru punya layanan komuter reguler. KA Lokal Garut Cibatuan misalnya melayani rute dari Stasiun Garut menuju Purwakarta. Demikian pula sebaliknya.
Maka dari itu stasiun kelas 3 di segmen Priangan Barat itu semuanya hidup. Berkat adanya layanan kereta komuter. Nggak cuma itu, aktivitas turun naik penumpang turut merangsang kegiatan ekonomi di sekitar stasiun.
Sayangnya hal tersebut nggak ada di Priangan Timur. Nggak ada kereta Garut Tasikmalaya yang komuter. Terutama mulai Stasiun Warung Bandrek hingga Manonjaya.
Praktis di sini hanya KAJJ dan Parcel selatan aja yang lewat. Baru berhenti misalnya di Stasiun Cirahayu untuk kegiatan persilangan. Ambil contoh KA Baturraden Ekspres yang bersilang dengan Serayu di sini.
Kereta Garut Tasikmalaya : Tarif Khusus Masih Kemahalan
Memang operator (PT. KAI) telah menetapkan tarif khusus di rute tertentu. Misalnya untuk segmen Bandung – Banjar dan sebaliknya. Nah ini sebetulnya udah mencakup segmen Garut Tasikmalaya.
Sayangnya bagi masyarakat di situ tarif khusus pun masih dirasakan mahal. Di atas 50 ribu sekali jalan. Itu karena tarifnya mengikuti segmen Bandung – Banjar. Bukan parsial sesuai jarak stasiun. Misalnya dari Stasiun Cipeundeuy Garut ke Tasikmalaya.
Kegagalan Kereta Api Galunggung
Berbicara Kereta Garut Tasikmalaya ini pastinya akan mengingatkan kita pada Kereta Api Galunggung yang dulu pernah beroperasi. Kereta ini melayani rute Kiaracondong – Tasikmalaya PP.
Tarifnya memang terlihat nggak terlalu mahal, hanya Rp 30.000,00. Namun akhirnya Kereta Api Galunggung berhenti beroperasi gegara okupansinya minim. Sebetulnya hal itu juga turut dipengaruhi titik-titik pemberhentiannya.
Seperti Stasiun Cibatu dan Leles misalnya, penumpang disitu udah dilayani komuter. Paling disayangkan ialah malah berjalan langsung di Warung Bandrek, Bumiwaluya, Cirahayu, Ciawi, Rajapolah dan Indihiang.
Kalo memang Kereta Api Galunggung mau dijadikan komuter di segmen ini wajib berhenti di tiap stasiun tersebut. Bahkan nggak hanya sampai Stasiun Tasikmalaya. Perjalanan mesti berakhir di Stasiun Manonjaya yang masih berada di kabupaten Tasikmalaya.
Namun karena dari awal Kereta Api Galunggung udah nggak pake rangkaian sendiri, agak susah menjadikannya komuter. Rangkaian KA Lokal Bandung Raya aja sekarang dibagi ke 4 kereta, termasuk Jatiluhur yang masih beroperasi di Daop 1 Jakarta.
Kesimpulan
Kereta Garut Tasikmalaya memang udah seharusnya punya layanan komuter. Tujuan guna menghidupkan stasiun seperti Warung Bandrek, Bumiwaluya, Cirahayu, Ciawi, Rajapolah, Indihiang, dan Manonjaya. Selain itu juga perekonomian di sekitarnya.
Mengandalkan tarif khusus KAJJ juga nggak efektif. Apalagi masyarakat masih menganggap tarifnya kemahalan. Nggak ada komuter praktis stasiun-stasiun itu tadi hanya sebatas untuk persilangan dan susulan.
Sangat disayangkan dahulu pernah ada Kereta Api Galunggung tetapi justru malah berhenti di stasiun yang udah ada komuter nya. Lainnya malah di lewati. Boleh jadi inilah yang membuat okupansinya minim sehingga harus berhenti beroperasi. Mau jadi komuter pun nggak punya kereta sendiri.
Leave a Reply