Bagaimanakah nasib Argo Parahyangan setelah beroperasinya Kereta Cepat Whoosh? Inilah pertanyaan yang terus bermunculan. Titisan Sang Legenda masih dinas hanya saja jadwalnya berkurang dan tanpa sarana sendiri. Kini pinjam sana sini.
Pendahuluan
Apakah dengan adanya Kereta Cepat Whoosh menjadi akhir dari keberadaan KA Argo Parahyangan? Inilah yang menjadi isu liar. Bahkan ketika Whoosh belum resmi jalan. Awalnya disebut masih eksis lantaran tiket Whoosh dipatok sebesar Rp 300.000,00 sekali jalan.
Namun cerita jadi berbeda ketika pihak KCIC selaku operator Whoosh memberlakukan tarif dinamis mulai dari Rp 150.000,00. Itu udah setara dengan tiket KA Argo Parahyangan kelas ekonomi premium.
Dengan tipe kelas yang sama namun dengan kenyamanan dan ketepatan waktu yang lebih orang akan beralih menggunakan Whoosh. Walaupun Ekonomi Premium, versi Whoosh punya kelebihan yakni searah dengan laju kereta. Bukan 50-50 seperti Argo Parahyangan punya.
Disinilah kemudian titisan sang Legenda banyak dipertanyakan. Apakah akan tetap beroperasi atau dipensiunkan. Apalagi ada pernyataan seorang pejabat yang akan menghentikan KA Argo Parahyangan.
Nasib Argo Parahyangan : Jadwal Mulai Berkurang
Sebelum Kereta Cepat Whoosh jalan, KA Argo Parahyangan punya 20 Perjalanan. Masing-masing 10 dari Bandung dan 10 dari Stasiun Gambir Jakarta. Saat itu masih memiliki dua sarana yang terdiri dari Panoramic, Eksekutif, dan Premium. Ditambah pinjaman dari kereta lainnya.
Ketika Kereta Cepat Whoosh beroperasi 1 Oktober 2023 dengan berbagai promo yang ditawarkan, jumlah Perka Argo Parahyangan pun berkurang. Semakin miris ketika PT. KAI menghadirkan 3 layanan baru yakni Malabar Pagi, Papandayan, dan Pangandaran.
Jadwal KA Argo Parahyangan kini tinggal menyisakan 8 perjalanan saja. Masing-masing 4 dari Bandung dan Gambir.
Nasib Argo Parahyangan : Kebagian Sisa dan Pinjam Sana Sini
Dengan mengambil 2 sarana asli yang kemudian digunakan untuk dinas Kereta Api Papandayan dan KA Pangandaran. Memang KA Argo Parahyangan masih kebagian tapi cuma sisaan doang. Yakni setelah dipakai dinas Kereta Api Papandayan barulah Argo Parahyangan.
Sedangkan rangkaian Harina yang selama ini juga “milik” Argo Parahyangan malah dialihkan untuk KA Malabar Pagi. Maka jadilah tanpa adanya sarana sendiri. Sehingga beroperasi tanpa memiliki sarana sendiri.
Memang ada rangkaian KA Mutiara Selatan dan Gajayana yang masih bisa dipinjam. Juga kereta-kereta seperti Argo Wilis, Turangga, hingga Pandalungan untuk perjalanan yang sifatnya Fakultatif.
Nasib Argo Parahyangan : Beginilah Pola Operasionalnya
Dengan jelasnya nasib Argo Parahyangan yang nggak punya sarana, kebagian sisa, dan pinjam sana-sini, tentu menimbulkan pertanyaan tentang Pola Operasional. Seperti apakah pola operasionalnya sekarang?
Untuk lebih jelasnya kita akan gunakan sarana yang kini dipakai Kereta Api Papandayan dan KA Pangandaran 2024. Berikut polanya:
Sarana | Perka 1 | Perka 2 | Perka 3 |
Trainset 1 | Argo Parahyangan (Bandung – Gambir) | Pangandaran (Gambir – Banjar) | Pangandaran (Banjar – Gambir) |
Trainset 2 | Papandayan (Gambir – Garut) | Papandayan (Garut – Gambir) | Argo Parahyangan (Gambir – Bandung) |
Selepas Perka 3, Trainset 1 standby di Stasiun Gambir Jakarta Pusat untuk dinas Kereta Api Papandayan keesokan harinya. Sedangkan Trainset 2 di Stasiun Bandung besoknya dinas pagi sebagai KA Argo Parahyangan dan dari Gambir balik sebagai KA Pangandaran. Begitu seterusnya.
Sedangkan untuk rangkaian KA Mutiara Selatan dan Gajayana itu menyesuaikan dengan rute asli kereta yang bersangkutan. Biasanya dinas sebagai Argo Parahyangan di pagi atau siang hari.
KA Argo Parahyangan Jadi Mirip Tumapel?
Semakin jelaslah nasib KA Argo Parahyangan setelah kita melihat bagaimana pola operasional sarananya di atas. Sekilas kereta ini jadi mirip Kereta Api Tumapel di Daop 8 Surabaya. Kebagian sisa dan jadi sapujagat. Untuk cerita lebih jelas tentang nasib keduanya, inSyaaAlloh akan ada pembahasan sendiri.
Kesimpulan
Beroperasinya Kereta Cepat Whoosh tenyata berefek pada nasib Argo Parahyangan. Apalagi dengan beroperasinya KA Malabar Pagi, Kereta Api Papandayan, dan KA Pangandaran, bahkan nggak ada sarana sendiri. Praktis kini jadi pinjam sana sini dan kebagian sisa.
Leave a Reply