Jalur KA Surabaya Malang : Sejarah Panjang Komuter Dua Kota

jalur ka surabaya malang sejarah panjang komuter

Jalur KA Surabaya Malang telah terbangun sejak 1879. Hal ini sangat berkaitan erat dengan aktivitas komuter kedua kota bertetangga itu. Banyak yang tinggal di Malang tapi kerja di Surabaya. Itu terus berlanjut hingga sekarang. Sayang layanan kereta komuter yang ada seperti belum bisa mengakomodasi.

Pendahuluan

Melihat banyaknya warga Malang yang melakukan aktivitas di Surabaya, ternyata hal ini telah berlangsung sejak era Kolonial Belanda. Fenomena yang hampir mirip dengan orang Bogor yang beraktivitas di Jakarta. Itu juga terjadi dalam konteks hubungan antara Solo dan Jogja.

Bagi warga Bodetabek maupun Solo Raya itu nggak akan jadi masalah. Pasalnya telah ada moda transportasi yang bisa diandalkan yakni KRL Commuter Line. Sayangnya hal tersebut seperti nggak berlaku bagi warga Malang Raya. Terutama yang biasa komuter ke Surabaya. Kondisi lintasan eksisting nampak mustahil untuk membangun double track, elektrifikasi, dan mengoperasikan KRL.

Sejarah Awal Jalur KA Surabaya Malang : Hanya Lintas Cabang

Jalur KA Surabaya Malang telah beroperasi pada tahun 1879. Namun statusnya waktu itu hanya Lintas Cabang dari Lintas Utama Surabaya Pasuruan. Meskipun begitu jalur ini cukup berpengaruh bagi perkembangan wilayah Karesidenan Malang secara umum.

Salah satunya tentu saja membuka keterisolasian. Terbangunnya konektivitas dengan Surabaya sebagai kota besar ke-2 setelah Batavia.

Jalur KA Surabaya Malang : Aktivitas Komuter di Era Kolonial

Kota Malang di era kolonial diinilai sangat ideal sebagai kota tempat tinggal. Sehingga muncul tagline berbunyi “Malang Als Woonstad” atau Malang Kota Tempat Tinggal. Hal tersebut kemudian memunculkan fenomena komuter Malang Surabaya. Banyak pegawai negeri yang bekerja di Surabaya memilih tinggal di Malang.

Staats Spoorwegen (SS) sebagai operator kereta api kemudian mengoperasikan 5 (Lima) Perjalanan Kereta Api Ekspres Malang Surabaya PP. Waktu tempuh antara Malang dan Surabaya ialah 1 jam 40 menit. Tentu hal ini jauh lebih cepat dibanding kereta komuter yang ada sekarang. Kecuali KA Aglomerasi dan Jarak Jauh semacam Arjuna Ekspres dan Jayabaya.

Hanya Tersedia Commuter Line Dhoho dan Penataran

Boleh dibilang fenomena komuter Malang Surabaya itu telah terbangun sejak era kolonial. Karena hal tersebut masih berlaku hingga sekarang. Mengingat jarak kedua kota yang sejatinya sangat dekat.

Namun sayangnya pasca Kemerdekaan Indonesia dunia perkeretaapian terus mengalami penurunan. Waktu tempuh 1 jam 40 menit seolah sulit untuk digapai kembali kecuali oleh rangkaian KA Jarak Jauh yang memiliki tarif khusus koridor Malang Surabaya. Terlebih dengan adanya kewajiban berhenti di Stasiun Lawang.

Dalam konteks layanan kereta komuter di Jalur KA Surabaya Malang, saat ini hanya tersedia Commuter Line Dhoho untuk rute Malang-Surabaya dan Commuter Line Penataran di rute sebaliknya. Itupun waktu tempuhnya sekitar 2 jam 30 menit (bisa sampai 3 jam) lantaran berhenti di tiap stasiun yang dilewatinya.

Jalur KA Surabaya Malang : Lumpur dan Lintasan Ekstrem Jadi Hambatan Double Track

Jalur ini menghadapi dua kendala sekaligus. Pertama ialah semburan Lumpur Lapindo yang telah berlangsung sejak 2006. Meskipun telah dibangun tanggul yang cukup tinggi, semburan lumpur masih terus menjadi ancaman jalur kereta api terutama di segmen Porong.

Memang bukan hanya Surabaya Malang yang terancam, tapi juga di segmen timur Bangil hingga Ketapang. Dengan adanya lumpur panas ini sangat mustahil untuk meningkatkan jalur kereta dengan double track.

Hambatan kedua ialah keberadaan lintasan ekstrem. Pertama segmen Bangil Lawang dengan perbedaan ketinggian sangat ekstrem. Stasiun Bangil berada di ketinggian 4 mdpl, sementara Stasiun Lawang di 491 mdpl. Kedua, Jembatan Kali Mewek antara Singasari dan Blimbing juga lumayan ekstrem.

Dua kondisi ini tentu menyulitkan untuk sekedar membangun double track1. Sangat berbeda dengan segmen Kiaracondong-Cicalengka yang landai sehingga sangat memungkinkan untuk itu.

KRL Surabaya Malang Sulit Terwujud

Dengan adanya hambatan-hambatan di Jalur KA Surabaya Malang tentu akan sulit untuk mewujudkan KRL Surabaya Malang. Secara double track nya aja udah susah dibangun. Armada KRL yang ada sekarang itu semuanya untuk lintasan datar, bukan jalur pegunungan2.

Jangankan KRL, KRD juga sama. Pernah beberapa kali ada ujicoa KRD melintas di Jalur KA Surabaya Malang namun mengalami kegagalan saat melewati petak ekstrem. Dengan demikian, suka atau nggak suka, duo Commuter Line Dhoho dan Commuter Line Penataran tetap akan jadi andalan komuter dua kota. Walaupun dengan waktu tempuh nyaris 3 jam.

Kesimpulan

Fenomena komuter Malang Surabaya ternyata telah ada dan berlangsung sejak era Kolonial. Terutama sejak Jalur KA Surabaya Malang terbangun pada tahun 1879. Staats Spoorwegen (SS) pun menanggapi fenomena ini dengan operasikan 5 (Lima) Perjalanan Kereta Api Ekspres Malang Surabaya.

Kini meskipun fenomena komuter tetap ada, kereta komuter yang ada masih belum bisa mengakomodasi dengan maksimal. Peningkatan jalur kereta api terhambat karena Semburan Lumpur Lapindo dan Lintasan Ekstrem. Hal yang tentu saja membuat KRL Surabaya Malang sulit untuk terwujud.


  1. Kalopun bisa membangun Double Track hanya sampai Stasiun Bangil. Itupun melewati jalur relokasi dari Sidoarjo ke Gununggangsir via Tulangan. Bukan melewati segmen eksisting yang terancam luapan lumpur Lapindo. ↩︎
  2. Elektrifikasi pun sama, hanya bisa di segmen Surabaya Bangil via Sidoarjo-Tulangan. Jadi nggak akan sampai Stasiun Malang. Bahkan kalopun bisa lebih jauh itu ke Stasiun Pasuruan. ↩︎

Comments

Leave a Reply